Tempat Pengungsian Bersekat, Ide dari Bencana di Jepang
MAGELANG (wartamagelang.com) – Bencana Erupsi Merapi merupakan bencana rutin yang dihadapi masyarakat Kabupaten Magelang. Namun, bencana erupsi Merapi ditengah pandemic covid-19 adalah tantangan terberat.
Namun demikian, berkat perpaduan siter village (desa bersaudara) yang sudah terbangun dan tempat pengungsian bersekat-sekat, menjadi solusi terbaik. Bahkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat kunjungan ke Kabupaten Magelang, mengapresiasi langkah maju dari Pemkab Magelang.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang, Edi Susanto mengatakan wilayah Kabupaten Magelang letak geografisnya berada di bawah lereng lima gunung antara lain, Gunung Merbabu, Sumbing, Andong, Telomoyo, dan Merapi. Kondisi inilah, kata Edi, mempengaruhi kondisi Kabupaten Magelang rentan terhadap bencana seperti, tanah longsor, angin kencang (puting beliung), banjir, dan yang paling diwaspadai oleh masyarakat adalah erupsi Gunung Merapi.
Edi mengungkapkan, belajar dari setiap erupsi yang telah terjadi, maka dibentuklah suatu sistem yang sangat efektif yakni “Sister village” (Desa Bersaudara). Dimana apabila suatu desa terdampak dengan erupsi merapi, kata Edi, maka desa tersebut akan mengungsi ke desa saudaranya, yang sebelumnya sudah ada perjanjian terlebih dahulu.
Edi menyebutkan, adanya Pandemi Covid-19, membuat sistem sister village ini agak sedikit kerepotan untuk dilakukan. Sebab, kata Edi, jika desa harus mengungsi ke desa saudaranya dengan tetap mengedepankan protokol Covid-19 salah satunya yaitu harus menjaga jarak.
“Hal inilah yang mengakibatkan nantinya tempat penampungan menjadi kurang, karena harus mengedepankan social distancing (jaga jarak) yang akan memakan tempat,” katanya.
Edi menceritakan, dirinya lalu ingat pada saat melakukan kunjungan studi banding di Jepang beberapa waktu lalu. Ia mengakui, di Jepang teknologi kebencanaannya sangatlah maju, selain itu kepatuhan masyarakatnya juga sangat tinggi.
“Pada saat saya kesana, saya melihat ada suatu seperti tempat pengungsian tetapi tidak tahu bencananya apa. Tempat pengungsian itu ditata sedemikian rupa dan terbagi dengan sekat-sekat sesuai dengan kuantitas atau jumlah KK-nya,” ucapnya.
Edi mengaku, dirinya langsung teringat dengan cara di Jepang dalam bencana, dan segera diterapkan pada kondisi saat ini di wilayah Kabupaten Magelang.
“Tidak berpikir panjang saya langsung perintahkan untuk membuat tempat penampungan dengan dilengkapi sekat-sekat dengan tujuan membagi per kelompok/per KK untuk mengurangi dampak Covid-19,” imbuhnya (coi/aha)