ANDRITOPO PENTASKAN WAYANG INFUS DI KAMPUNG HABITAT

Properti Wayang Infus karya seniman Magelang Andritopo pada pentas dengan lakon Kodok Nawu Segara di Kampung Bogeman Wetan Kelurahan Panjang Kota Magelang, Sabtu, 24 September 2022. (dok. mbilung)

Properti Wayang Infus karya seniman Magelang, Andritopo, pada pentas pertunjukan dengan lakon Kodok Nawu Segara di Kampung Habitat di lingkungan Bogeman Wetan Kelurahan Panjang Kota Magelang, Sabtu, 24 September 2022. (dok. mbilung)

MAGELANG – Pertunjukan Wayang memang bukanlah hal yang aneh bagi masyarakat Indonesia khususnya di Pulau Jawa. Kisah-kisah wayang sering diidentikkan dengan kehidupan manusia yang senyatanya. Cerita pewayangan bahkan sering jadi acuan dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan.

Demikian juga dari Wayang Infus, dari seniman Andritopo menciptakan wayang versi sendiri yang lebih kekinian dalam bentuk semacam boneka wayang yang terbuat dari botol-botol infus bekas. Wayang milik Andritopo ini tak hanya dibentuk menyerupai wayang tetapi juga di atasnya ditutup dengan rumbai rumbai plastik yang menyerupai rambut, dilukis dengan cat, dan benda-benda lain yang dianggap sesuai. Andritopo melukis sebuah potret diri sesuai karakter atau tokoh-tokohnya. Tokoh-tokoh dalam wayang infusnya menjadi acuan pertunjukan pentas pertunjukannya, yang memperlihatkan lika-liku kisah kehidupan manusia. Ada kisah pertemanan, persaudaraan, kebaikan, kejahatan, percintaan, kekerasan, perebutan kekuasaan, hingga tipu daya.

“Saya sengaja menampilkan figur dari karakter manusia pada kehidupan sehari-hari yang kita hadapi sehingga figur tersebut muncul menjadi tokoh dalam cerita-cerita pertunjukan,” ujar Andritopo yang ditemui usai pentas pada Sabtu (24/9/2022).

Pentas Wayang Infus yang dibawakan Andritopo mengambil lakon dengan judul “Kodok Nawu Segara” dengan isi cerita tentang kesehatan dan kepedulian lingkungan. Pentas diselanggarakan pada hari Sabtu, 24 September 2022 mulai pukul 19.00 WIB sampai pukul 11.30 WIB di Kampung Habitat lingkungan RW 8 Bogeman Wetan, Kelurahan Panjang Kecamatan Magelang Tengah Kota Magelang. Pentas Pertunjukan Wayang Infus sendiri diiringi dengan musik dari grup Jodhokemil, grup musik etnik kontemporer ternama di Magelang.

Camat Magelang Tengah Tri Teguh Widada, S.Sos, M. Si dalam sambutan sebelum acara menyampaikan bahwa wayang infus merupakan salah satu inovasi kreatif seniman lokal yang sangat perlu kita hargai.

“Wayang Infus dengan lakon Kodok Nawu Segra ini merupakan suatu inovasi kreatif yang menandakan masyarakat sangat kreatif,” tandasnya.

Sedangan Imam Baihaqi, S.Pd.,M.Pd,  Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Magelang dalam kesempatan yang sama menyampaikan bahwa Kampung Habitat ini tempat yang bagus untuk berkegiatan terutama kegiatan seni budaya bagi warga.

“Kegiatan wayang Infus ini merupakan rangkaian terakhir dari pentas wayang dalam rangka Peringatan Hari Jadi Kota Magelang tahun 2022 ini. Pemanfaatan botol infus untuk media wayang merupakan hal luar biasa, inovatif. Semoga dengan pertunjukan wayang di Kampung Habitat Kelurahan Panjang ini bisa memicu partisipasi masyarakat terutama dalam membangkitan perputaran ekonomi lokal melalui kegiatan seni budaya,” sambutnya.

Sandi, salah satu penonton menyampaikan bahwa sosialisasi dengan seni budaya seperti ini sangat bisa terterima dan mudah dipahami oleh penonton yang menyaksikan.

“Pertunjukan tadi sangat mudah diterima pesannya bahwa dalam kehidupan kita harus mulai dari diri sendiri untuk bisa lebih baik terutama ketika dihadapan permasalahan kesehatan dan lingkungan,” ungkapnya.

Selaras dengan tema pentas tersebut, di dalam salah satu pupuh, dari rangkaian tembang Dandanggula, dalam Serat Jayabaya ada sebuah syair yang indah, tentang Kodok Nawu Segara. Pada pupuh III point 21 Serat Jayabaya di tuliskan,

“ Semut ireng ngendog jroning geni,

Ono merak memitran lan baya,

Keyong sak kenong matane,

Tikuse podo ngidung,

Kucing gering kang nunggoni,

Kodok nawu segara,

Holeh banteng sewu,

Precil-precil kang anjaga,

Semut ngangrang angrangsang gunung merapi,

Wit ranti woh delimo”.

Yang artinya dalam Bahasa Indonesia “Semut hitam bertelur di dalam api, burung merak berkawan dengan buaya, keong bermata sebesar kenong ( gamelan berbentuk gong kecil), tikus bernyanyi. kucing kurus setia menjaga. katak mengeringkan air laut mendapatkan banteng seribu. anak katak menjadi penjaga. semut merah naik ke gunung berapi, pohon ranti berbuah delima.”

Bisa jadi tema  Kodok nawu segara, itu sebagaimana jalannya orang kecil yang mencari keadilan tak pernah berkesudahan, bahkan masalahnya tak pernah ada ujungnya. Apalagi di masa sekarang ini dihadapan permasalahan – permasalahan lingkungan yang semakin rumit dan menggunung. Seperti kodok menguras lautan sepertinya hal ini mustahil untuk di perbaiki, segala sendi, segala sisi dari kehidupan negara maupun pribadi di dalamnya sudah morat-marit dan mustahil di benahi kalau tidak kita mulai dari diri kita sendiri. Sebagaimana dimafhumi, perubahan besar akan terjadi bilamana dimulai dari diri pribadi kita sendiri. (mn)

CATEGORIES
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)