Pagelaran Wayang Wong “Pedhut Goa Kiskendo” Meriahkan Hari Wayang Nasional di Kota Magelang
Magelang (wartamagelang.com) – Dalam rangka memperingati Hari Wayang Nasional, Pemerintah Kota Magelang menggelar pagelaran wayang wong berjudul “Pedhut Goa Kiskendo”. Pergelaran wayang wong ini baru pertama kali dipertujukan di Alun-Alun Kota Magelang pada Sabtu (9/11/2024).
Berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomer 30 tahun 2018 menempatkan 7 November ditetapkan sebagai Hari Wayang Nasional. Dalam rangka memperingati hari tersebut, Disdikbud Kota Magelang menyelenggarakan kegiatan yang berkaitan dengan wayang. Kegiatan ini dimulai pada 7 November yang terdapat pertujukan wayang kulit dan 8 November terdapat lomba karawitan untuk Tingkat SD-SMP, yang diikuti oleh puluhan peserta.
Pagelaran wayang wong ini melibatkan puluhan kesenian lokal warga Magelang, yang bergotong-royong dalam membawakan kisah ini secara hidup dan memukau. Penggunaan kostum tradisional yang penuh warna, efek cahaya yang dramatis, serta panggung yang didesain menyerupai Goa Kiskendo menambah daya tarik pertunjukan ini. Efek kabut yang diciptakan juga membuat suasana menjadi semakin magis, selaras dengan tema cerita.
Sugeng Priyadi, selaku Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Magelang, mengatakan tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran kita semua terutama masyarakat Magelang terhadap arti penting dari nilai budaya, dimana kita memiliki budaya adhi luhur dan karakter yang harus lestarikan untuk bangsa kita ini.
“Mari kita dorong anak-anak untuk berkarya seni sesuai dengan minatnya seperti melukis, menari atau yang lainnya. Itu semua dalam rangka upaya mencapai terwujudnya generasi emas yang kita cita-citakan. Selain itu petujungan ini juga sebagai ungkapan rasa dan ajakan untuk memajukan seni budaya di Kota Magelang,” beber Sugeng.
Sementara Drs. Parjopo selaku Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Magelang menyatakan bahwa acara pagelaran wayang orang ini adalah bagian dari upaya bersama dalam melestarikan budaya bangsa khususnya budaya Jawa yang kental dengan nilai-niali luhur,
“Dengan mengusung lakon Pedhut Guo Kiskendo kita semua akan diingatkan dengan kisah epic yang penuh makna dan pelajaran. Lakon ini tidak hanya mengandung pesan moral yang tinggi tapi juga mencerminkan semangat kebersamaan, perjuangan, dan pengorbanan yang relevan dengan kehidupan saat ini,” tambah PArjopo.
“Semoga dengan adanya pagelaran wayang orang ini kita semua terutama generasi muda dapat terus belajar dan memahami nilai-nilai luhur yang ada di dalamnya. Mari kita jadikan setiap kisah sebagai cermin untuk merenung dan memahami bahwa kebudayaan adalah salah satu kekuatan yang menyatukan kita sebagai bangsa yang beragam,” pungkas Parjopo.
Lakon Wayang wong “Pedhut Goa Kiskendo” membawakan kisah epik yang menceritakan pertempuran antara Subali dan Sugriwa melawan makhluk raksasa bernama Mahesasura dan Lembusura yang bersembunyi di Goa Kiskendo. Dalam kisah ini, Subali dan Sugriwa harus menggunakan kecerdikan dan kekuatan untuk menumpas kejahatan yang merajalela, sebuah simbol perjuangan melawan nafsu buruk dan kebatilan. Dibalut dengan tarian yang anggun dan dialog berbahasa Jawa, penampilan ini memberikan nuansa mistis dan mendalam bagi penonton, serta menjadi sarana pelestarian budaya tradisional di era modern. (mg1/mg5/wq)
Penulis Assifa Zanuba Qatrunnada dan Lukluk Shafwatu Niswa
Editor Freddy Sudiono Uwek