Ternyata Kota Magelang Punya Alun-alun Londo, Dimanakah itu?

TERLIHAT : Alun-alun Londo (lingkaran merah) yang dilihat dari udara di jaman Belanda (foto: Dok Eva Mentari Cristoph)

MAGELANG (wartamagelang.com) – Alun-alun merupakan pusat kota suatu wilayah. Biasanya berbentuk lapangan luas berbentuk persegi. Di sekitar tempat itu biasanya terdapat masjid dan rumah pemimpin wilayah tersebut (bupati).

Di Kota Magelang, bangunan pemerintahan, sekolah, bisnis dan rumah ibadah (masjid, gereja dan kelenteng) letaknya mengelilingi Alun-alun.

Selain itu, ada juga kota yang memiliki Alun-alun lebih dari satu, misalnya saja Kota Malang dengan Alun-alun Bunder dan Kota Pekalongan dengan lapangan Jatayu.

Demikian halnya Kota Magelang yang rupanya juga memiliki Alun-alun lebih dari satu yaitu Alun-alun militer (kini lapangan Rindam IV/Diponegoro) dan Alun-alun Londo. Alun-alun militer dibangun pada tahun 1880-an, hingga kinipun masih terjaga dengan baik. Di sekelilingnya berupa tangsi tentara (markas dan rumah dinas).

Lalu di manakan ‘Alun-alun Londo’ itu?

Tempat ini berada cuma beberapa ratus meter arah timur laut Alun-alun Kota. Tepatnya persis berada di belakang kantor PLN Jl. Akhmad Yani, kini bernama Jl. Kyai Pajang.

Sebenarnya ‘Alun-alun Londo’ merupakan penyebutan dari masyarakat yang tinggal di luar tempat itu seperti dari Kampung Samban, Gelangan dan Losmenan. Disebut demikian karena yang tinggal di tempat itu adalah ‘wong Londo’ atau sebutan untuk orang-orang Belanda.

Luasnya pun tak lebih dari dua lapangan voli. Ada 11 rumah yang mengitari tempat itu, 3 di selatan, 5 di barat dan 3 di sisi utara.

Salah seorang penghuni di kawasan itu, Santi Ratnawati (70) mengatakan jika sebutan ‘Alun-alun Londo’ ia dapatkan dari penuturan orang-orang.

“Saya baru menghuni di rumah ini tahun 1977/1978, dulu yang tinggal di sini pegawai pos. Sebutan itu (Alun-alun Londo) sudah sering disebut-sebut orang. Cuma saya kurang tau ceritanya,” kata Santi.

“Di pojok sana (timur laut-pen) dulu ada makam Kyai Panjang, lalu pada tahun 1980-an dipindahkan ke Bogeman,” imbuh Santi.

Salah seorang warga Kampung Losmenan, Robertus Prayogo mengatakan jika lapangan itu lebih beken disebut dengan ‘Alun-alun Sinyo’.

“Nama bekennya Alun alun Sinyo, dulu ada lapangan volleynya. Biasa buat main warga Losmenan dan Samban,” ungkap Robertus Prayogo.

Merunut peta Stadkaart Magelang tahun 1924 dan dari beberapa sumber data lain, tempat itu disebut dengan nama ‘van Eijkpark/Eyjkpark’ atau tamannya van Eijk. Van Eijk adalah orang kaya yang tinggal di sekitar tempat itu. Van Eijck memiliki sebuah toko ternama yang bernama “Manusje van Ales” (kini Swalayan Gardena).

Sayangnya, mengutip dari koran Soerabaijasch handelsblad edisi 15-04-1931 menuliskan jika sekitar 2 bulan setelah Van Eijck meninggal di usia 65 tahun, Toko Van Eijck dan Taman Van Eijck dijual.

Kemungkinan ‘van Eijkpark’ inilah yang menjadi cikal bakal ‘Alun-alun Londo’ itu.

Dari peta itu juga, dapat dilacak bahwa di selatan Alun-alun Londo itu terdapat pemakaman dengan ditandai berupa salib sebanyak 7 buah. Yang menarik lagi, makam-makam itu berada persis di samping rumah.

Ada 3 rumah di selatan ‘Alun-alun Londo’ ini. Dimana di antara sela rumah itu masing-masing ada 3 makam dan 1 makam tersendiri di sisi barat.

Hal ini diperkuat dengan sebuah foto jaman Belanda yang memperlihatkan sebuah nisan berbentuk obelisk/tugu yang menunjukkan 1 makam yang tersendiri itu.

Makam Letnan Snetz yang berbentuk obelisk/tugu di selatan Alun-alun Londo (foto: Lengkong Sanggar Ginaris)

Lalu siapakah yang dimakamkan di tempat itu?

Menurut catatan B. van Treslong Prins, makam Letnan Carl Snetz terdapat di area Van Eijkpark, Magelang. Pada makamnya, terdapat prasasti yang berisi kalimat sebagai berikut :

“Alhier gesneuveld/door een lanssteek / bij het vervolgen van/muitelingen/De luitenant/Carl Snetz”

Dari prasasti tersebut, diketahi bahwa si letnan tewas terkena tombak saat meredam sebuah pemberontakan. Namun nama Carl Snetz tidak disebutkan dalam buku “De Java Oorlog 1825-1830”.

Namanya juga tidak terdaftar di antara nama-nama perwira yang ambil bagian dalam Perang Jawa. Di buku ajar para perwira KNIL namanya juga tidak tercantumkan.

LOKASI TERKINI : Bekas Alun-alun Londo yang di atasnya sudah berdiri 2 rumah (Dok Bagus Priyana)

KONDISI TERKINI : Rumah tua di barat bekas Alun-alun Londo (Dok Bagus Priyana)

Akhirnya sepenggal informasi mengenai Carl Snetz diperoleh Prins dari arsip pribadi Raden A. A. Danoesoegondo. Menurut arsip tersebut, Snetz bertugas pada suatu pos di Kalijengking. Pada 28 September 1826, pos tersebut diserbu oleh pengikut Pangeran Diponegoro. Bupati pertama Magelang, Raden Tumenggung Danoeningrat I yang saat itu berjaga di pos tersebut tewas dalam penyerbuan itu dan kepalanya dipenggal.

Dua perwira Belanda, Letnan Himler dan Snetz terluka akibat tembakan dan tusukan tombak. Keduanya lalu diangkut ke Magelang. Dalam perjalanan ke Magelang, Snetz meninggal dunia.

Sayangnya kondisi sekarang makam-makam ini sudah hilang karena dampak pembangunan. Bekas jejak-jejak bangunanpun sudah tak bersisa.
(bgs/aha)

CATEGORIES
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)