Pelawak Gepeng Srimulat, Karirnya Dimulai dari Magelang

Lagak pelawak kondang (alm) Gepeng dalam berbagai gaya. (Foto: dok Ervin Surya)

Magelang (wartamagelang.com) – Di era pertengahan tahun 1980-an, siapa yang tak kenal dengan pelawak kondang Gepeng? Namanya begitu populer, sepopuler grup lawak yang diikutinya, Srimulat. Sepopuler jokenya yang sangat terkenal ‘untung ada saya’.

Siapa sangka, Gepeng yang nama aslinya adalah Aris Fredy ini ternyata lahir di Koplak Lor, sebuah kampung di utara Muntilan, Magelang Jawa Tengah pada 27 Agustus 1950.

Gepeng memulai kariernya sebagai pemain kendang (pengrawit) dalam Ketoprak Cokrojiyo, cabang Aneka Ria Srimulat, yang bermarkas di Bale Kambang, Solo. Sejak awal, Gepeng bersama bapak dan adik-adiknya memang melamar sebagai pengrawit dan diterima setelah melewati proses seleksi.

Kho Djien Tiong alias Teguh Slamet Rahardjo alias Teguh Srimulat, sang pimpinan grup itu melihat bakat Gepeng dalam melawak ketika melihat celetukan Gepeng di balik panggung kala menanggapi para pelawak yang sedang pentas di atas panggung.

Dari hal inilah lalu Gepeng ‘naik kelas’ di kelompok lawak Srimulat, bukan lagi sebagai pengendang tapi sebagai pelawak dimana kariernya sebagai pelawak melejit dan menjadi sangat populer.

Dalam salah satu episode lawakan Srimulat yang ditayangkan di televisi, ada adegan di mana Jujuk – sang primadona Srimulat – yang berperan sebagai majikan Gepeng sang jongos, terancam dilecehkan, tetapi sempat diselamatkan oleh Gepeng.

Pada adegan tersebut Gepeng berucap “Untung, ada saya!”, sambil membusungkan dada. Ucapan tersebut menjadi terkenal bersamaan dengan melejitnya popularitas Gepeng.

Gepeng dan Jujuk (foto: dok Bagus Priyana)

Magelang bagi Gepeng bukan hanya sebagai kota kelahirannya. Tetapi di sini pula ia merangkai jejak sejarah awal kesenimannya di awal tahun 1970, jauh sebelum dirinya terjun bersama Srimulat.

Di sini pula ia memperistri Supiyah, seniwati yang bergabung di grup WO Edi Budaya yang sering pentas di Taman Hiburan Rakyat (THR) Magelang. Memang di tempat ini sering diadakan pentas ketoprak dan wayang orang.

“Saya menikah dengan Pak Gepeng ya di Magelang itu. Kami satu grup dan sering pentas bareng. Beliau yang ‘mengendang’, saya yang menari. Witing tresna jalaran saka kulina,” kata Supiyah, istri (alm) Gepeng saat ditemui bulan Maret 2020 di rumahnya di Solo.

THR ini didirikan lahan bekas Hotel Loze di timur Alun-alun Kota Magelang (masuk Kampung Losmenan). Letaknya sangat strategis karena berdekatan dengan Aloon-aloon, bioskop, hotel, stopplaats kereta api, kantor pos, tempat ibadah, dll.

Secara rutin, beberapa grup budaya tampil secara reguler maupun secara temporer di THR ini. Misalnya saja ada grup ketoprak Siswo Budoyo dari Tulungagung. Termasuk juga grup wayang orang (WO) Edi Budaya yang menghadirkan bintang-bintang populernya yakni Aries Freddy alias Gepeng sebagai Gareng dan juga Timbul.

Mengutip dari unggahan di grup fb KOTA TOEA MAGELANG, beberapa kesaksian dari member grup itu terhadap grup WO Edi Budoyo yang pernah menjadi tempat ‘pendadaran’ Gepeng di dunia seni budaya.

Misalnya saja Anton Widodo, warga Kampung Losmenan yang mengatakan jika Bambang Gentolet dan Timbul Srimulat pernah tinggal disitu.
“Sebab dulu ada WO Edi Budoyo di Taman Hiburan Rakyat (THR) Losmenan,” katanya.

Mbilung Sarawita, budayawan Magelang memberikan tambahan jika WO Edi Budoyo dipimpin oleh Edi Bagong.
“Kalau yang asli Magelang ya kelompok ‘Edi Budoyo’ yang markasnya di “MT”. Pimpinannya suwargi Pak Edi Bagong,” ungkapnya. MT adalah sebutan untuk Bioskop Magelang Theater yang berdiri di atas eks THR

Kesaksian lain yang lebih tajam terhadap sosok Gepeng berasal dari Faisal An Nur. Ia mengatakan jika pengendang grup wayang orang itu adalah Gepeng.

“Pengendang “Edi Budoyo” adalah almarhum Mas Aris yang kemudian jadi artis lawak terkenal dengan nama Gepeng,” katanya.

“Beliau guru privat tari saya. beliau jarang tampil sebagai penari, lebih banyak sebagai pengendang. Yang sering tampil ya istri beliau mbak Supiyah. Putranya waktu itu masih bayi. Sekarang pelawak Tatang yang mirip sekali dengan almarhum Gepeng,” imbuhnya.

THR Magelang, tempat ‘pendadaran’ (alm) Gepeng sebagai seniman (foto: dok Bagus Priyana)

Hal senada disampaikan juga oleh bekas anak didik tari Gepeng dan Supiyah yakni Etty Nanos Suthe yang tinggal di Payaman Magelang.

“Saya kalau latihan di rumah. Jadi Mas Aris (Gepeng) dan istrinya (Supiyah) datang ke rumah,” ujarnya.

Etty juga menambahkan jika WO Edi Budoyo berganti nama menjadi Sasono Budoyo yang dimiliki Marsono, ayahnya.

Di puncak karirnya, Gepeng pernah tampil di beberapa film layar lebar, misalnya di Gaya Merayu (1980), Untung Ada Saya (1982), Gepeng Mencari Untung (1983) dan Gepeng Bayar Kontan (1983).

Masih mengutip dari grup fb KOTA TOEA MAGELANG, salah seorang anak beliau yaitu Dellia Oktavia mengatakan jika ayahnya meninggal pada 11 Juni 1988 pada umur 37 tahun.

“Almarhum bapak meninggal tahun 1988 karena sakit komplikasi liver gula maag. Dan waktu meninggal saya masih SD,” ungkapnya.

Gepeng, meski sudah meninggal lebih dari 30 tahun yang lalu, namanya tetap kondang di hati masyarakat Indonesia. Ia adalah seorang pelawak Indonesia yang abadi sepanjang masa.

“Untung ada Gepeng”..
(bgs)

CATEGORIES
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)