YDK Dharma Magelang Resmikan Tungku Krematorium Baru
Untuk lebih meningkatkan pelayanan ke masyarakat, YDK (Yayasan Dana Kematian) Dharma Magelang meresmikan tungku krematorium baru, Rabu (26/08/2020). Krematorium baru ini berada di pemakaman Desa Soropadan Kec. Pringsurat Kab. Temanggung.
Krematorium ini merupakan tungku nomer dua, sehingga saat ini memiliki 2 tungku. Tungku nomer dua ini sebenarnya tungku lama yang dibongkar dan dibangun baru. Proses pembangunannya sendiri memakan waktu lebih dari 2 bulan.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Ketua YDK Dharma Magelang, Hino Candra.
“Peresmian tungku nomer 2 untuk mengkremasi jenazah agar dapat melayani masyarakat dengan baik,” ungkap Hino Candra.
Yang menarik, saat proses peresmian tungku ini, selain dihadiri oleh pengurus YDK Dharma, yayasan tersebut juga mengundang tokoh agama dari Kampung Digelan Desa Soropadan untuk mendoakan dan selamatan dengan cara Islam.
“Saya berharap dengan adanya 2 tungku ini pengoperasian tungku dapat lancar dan bisa melaksanakan dengan baik,” imbuh Hino.
Sementara itu pengelola pemakaman Soropadan, Hari, menambahkan jika dengan adanya tungku krematorium baru ini akan mempersingkat waktu prosesi pengremasian.
“Jika dulu waktu pengremasian bisa lebih dari 3 jam, sekarang cukup 2,5 jam. Lebih singkat karena sekarang memakai peralatan yang lebih modern,” jelas Hari.
Hari juga menambahkan jika teknis pengremasian cukup mudah karena tinggal memencet tombol. Maka api di dalam tungku bisa langsung menyala.
“Bahan bakarnya memakai solar karena memakai genset,” imbuhnya.
Hari juga menambahkan jika ruang krematorium ini dipergunakan untuk berbagai agama yakni Nasrani, Hindu dan Budha. Masing-masing memakai tata cara tersendiri.
“Kalau dari Nasrani hanya upacara dari pendeta, masuk ke tungku dan selesai. Kalau dari Hindu sesudah selesai dikremasi, pihak keluarga akan ikut menumbuk abu menjadi halus,” tandas Hari.
Sementara itu, salah satu warga Kampung Digelan yang hadir di acara itu, Salamun (66), menceritakan kondisi pemakaman Soropadan di masa lalu.
“Pemakaman ini baru dibuka pada tahun 1987. Saat itu berupa bukit dengan ladang. Sedangkan ruang kremasi, baru ada tahun 1993,” jelas Salamun.
Salamun sendiri sudah bekerja di pemakaman Soropadan sejak 1993 hingga kini sehingga tahu betul masa di awal pemakaman ini dibuka. Ia pun masih ingat ruang kremasi di jaman dulu ketika masih memakai kompor biasa berbahan minyak tanah.
“Lamanya pembakaran tergantung oleh ketebalan peti. Makin tebal peti maka makin lama. Begitu juga sebaliknya,” tambahnya.