Untidar Tambah Jumlah Guru Besar

KALUNGKAN SAMIR : Rektor Untidar, Prof. Dr. Ir. Mukh Arifin, M.Sc mengalungkan Samir dalam pengukuhan Prof. Dr. A. Sri Haryati, M.Pd sebagai guru besar (Dok Humas Untidar)

KOTA MAGELANG (wartamagelang.com) Universitas Tidar (Untidar) Magelang menambah jumlah guru besar. Saat ini, Untidar memiliki sembilan guru besar.

Penambahan jumlah guru besar usai Prof. Dr. A. Sri Haryati, M.Pd. dikukuhkan menjadi Guru Besar di bidang ilmu Manajemen Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tidar (Untidar), Rabu (25/05/2022).

Rektor Untidar, Prof. Dr. Ir. Mukh Arifin, M.Sc  mengatakan, kehadiran Guru Besar Bidang Ilmu Pendidikan ini menambah jumlah Guru besar di Untidarr menjadi sembilan orang.

“Kehadiran guru besar ini sangat ditunggu untuk mendukung pengembangan UNTIDAR. Terlebih, dunia pendidikan yang digeluti Prof. Dr. A. Sri Haryati merupakan bagian penting dari kemajuan bangsa,” katanya.

Prof Arifin menuturkan, jika ingin menghancurkan suatu bangsa, tidak dibutuhkan senjata yang canggih dan menghabiskan banyak dana, cukup dirusak saja sistem pendidikannya.

“Misalnya, jika dalam sekolah kita biarkan saja para siswa tidak disiplin waktu, berperilaku tidak jujur, tidak hormat sesama dan orang tua maka rusak sudah negara dan bangsa ini. Akan bermunculan penegak hukum tidak jujur, kepada daerah tidak jujur dan malas,” tambahnya.

Prof Arifin menyebutkan, kehadiran professor manajemen pendidikan diharapkan dapat meningkatkan peran Untidar dalam berkontribusi terhadap perbaikan sistem pendidikan. Hal ini, kata Prof Arifin, melalui pembelajaran untuk menghasilkan pendidik yang berkualitas.

“Juga penelitian yang menghasilkan solusi baru bagi permasalahan di bidang pendidikan dan layanan masyarakat untuk memberikan pencerahan bagi masyarakat tentang bagaimana berurusan dengan dunia pendidikan secara benar,” imbuhnya.

Sementara, dalam upacara pengukuhan, Prof Sri Haryati menyampaikan pidato berjudul ‘Mitigasi Learning Loss Sebagai Dampak Pandemi Covid-19’.

Ia menjelaskan bahwa dampak Covid-19 pada sektor pendidikan diantaranya kebijakan social distancing yang berdampak pada proses pembelajaran. Kemudian online learning dikarenakan proses pembelajaran tatap muka yang harus dihentikan sementara.

Imbasnya, kata Prof Sri Haryati, learning loss yaitu hilangnya capaian hasil belajar akibat terhentinya/terganggunya proses pembelajaran di sistem pendidikan.

“Merujuk pada laporan Bank Dunia tahun 2021, ‘Kemiskinan Belajar’ terjadi terutama di negara-negara dengan pendapatan menengah ke bawah. Literasi turun sekitar 32-37%, Matematika turun sekitar 50-63%, sementara itu masalah Mental dan Sosial terjadi akibat minimnya interaksi antara siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa,” paparnya.

Prof Sri Haryati memaparkan, strategi untuk mengurangi risiko dan dampak learning loss yaitu pengajaran dengan metode spiral, penekanan pada materi prasyarat, pembelajaran kilat untuk materi khusus, dan perencanaan yang fleksibel, serta fokus pada personal dan pembelajaran Abad 21.

Lebih lanjut ia menjelaskan Pembelajaran Abad 21 meliputi pembelajaran berbasis riset dan pembelajaran berbasis proyek.

“Pembelajaran Berbasis Riset adalah proses pembelajaran menekankan pada aktivitas penyelidikan yang dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan belajarnya. Tahapannya  yaitu Engage: Persiapan Penyelidikan, Research: Penyelidikan, Analisis, Penyimpulan, dan Penyusunan Laporan, serta Present: Pengkomunikasian hasil penyelidikan,” ujarnya.

Dalam pidatonya, Sri Haryati juga memaparkan bahwa Kelas Hibrida adalah solusi yang bisa diterapkan sebagai langkah mitigasi learning loss pasca pandemi. Metode ini merupakan jalan tengah untuk mengakomodasi pembelajaran daring dan luring.

“Mitigasi learning loss merupakan tanggung jawab bersama demi mencapai tujuan pembelajaran. Institusi Pendidikan diharapkan dapat menerapkan strategi-strategi penanggulangan learning loss yang dianggap paling efektif sesuai kondisi masing-masing,” paparnya.

“Dengan mempertimbangkan berbagai faktor dalam mengambil kebijakan, institusi pendidikan hendaknya berupaya untuk meminimalisir kerugian yang ditimbulkan oleh kebijakan yang diambil dan memaksimalkan manfaat dari kebijakan tersebut, sehingga kebijakan akan diterima di semua lini,” tambahnya (coi/aha)

CATEGORIES
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)