Prof Sri Haryati Ikuti Jejak Suami Sandang Gelar Profesor

PASANGAN PROFESOR : Dekan FKIP Untidar Magelang, Prof Sukarno berfoto bersama istrinya, Prof Sri Haryati yang kini dikukuhkan sebagai guru besar (Dok Humas Untidar)

KOTA MAGELANG (wartamagelang.com) Buah dari ketekunan, kegigihan serta konsistensi, A. Sri Haryati akhirnya berhasil meraih gelar Guru Besar/ Profesor di bidang ilmu Manajemen Pendidikan. Bukan proses yang mudah, sejatinya Sri Haryati sudah memulai proses pengajuan sejak tahun 2017.

Namun karena adanya perubahan dalam prosedur maupun syarat pengajuan, proses yang panjang harus dilalui. Sri Haryati mengikuti jejak suami yaitu Prof. Dr. Sukarno, M.Si. yang telah menjadi Guru Besar di bidang ilmu Pendidikan Bahasa Inggris sejak tahun 2009. Kini Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tidar (UNTIDAR) memiliki 2 orang Guru Besar.

“Dalam hal apapun kuncinya adalah konsisten. Saya tidak pernah berhenti mencoba dan selalu melakukan action. Jika gagal saya perbaiki. Ada kekurangan, saya ulangi dan lengkapi lagi. Alhamdulillah, meskipun butuh waktu yang tidak sebentar, gelar Guru Besar akhirnya bisa saya raih,“ kata Prof A Sri Haryati, Rabu (25/05/2022) usai dikukuhkan sebagai guru besar di Auditorium HR Suparsono  Untidar.

Prof Sri Haryati mengaku,dirinya sejak kecil saya memang ingin menjadi pendidik. Tapi belum terpikir untuk menjadi Profesor.

Menurutnya, saat lulus SMA, ibunya tidak menginginkan meneruskan ke perguruan tinggi karena keterbatasan biaya.

“Namun hal ini justru menjadi tantangan bagi saya. Saya berupaya untuk mencari beasiswa agar bisa melanjutkan studi ke jenjang Sarjana. Alhamdulillah karena motivasi yang kuat dan usaha yang sungguh-sungguh, saya berhasil mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Beasiswa juga saya peroleh saat melanjutkan S2 dan S3. Saat menempuh studi S3, bersyukur bisa menjadi lulusan tercepat dengan Indeks Prestasi tertinggi,” urainya.

Ibu dari dua orang putri ini menuturkan bahwa ia tidak pernah memaksakan kedua putrinya untuk mengikuti jejak ayah dan ibunya menjadi dosen.

“Profesi itu pilihan masing-masing pribadi. Saya dan suami tidak pernah mendikte anak harus begini begitu. Terpenting bagi kami adalah bisa memberikan suri tauladan melalui aksi nyata,” jelasnya.

“Penanaman nilai-nilai seperti kejujuran, kedisiplinan, ketekunan, kegigihan, kemandirian, itu yang kami tanamkan kepada anak-anak, termasuk ke cucu,“ tambah wanita berusia 64 tahun yang masih terlihat awet muda ini.

Salah satu hal yang menjadi tantangan dalam proses pengajuan Guru Besar adalah syarat harus memiliki Jurnal Internasional Bereputasi.

“Bagi saya yang sudah berumur, hal ini tidaklah mudah. Apalagi latar belakang saya bukan Pendidikan Bahasa Inggris melainkan Manajemen Pendidikan. Tak hilang akal, saya selalu ajak teman dosen yang lebih muda untuk berkolaborasi dalam berbagai penelitian. Saya tidak malu belajar dari yang muda, karena masing-masing dari kita punya keunggulan dan kekurangan. Dengan kolaborasi masalah ini bisa teratasi,” ungkapnya.

“Untuk teman-teman dosen yang lain, saya berharap agar terus bersemangat. Jangan tunda apa yang bisa dilakukan sekarang. Lakukan langkah nyata, jangan enggan mencoba,” pesannya.

Dekan FKIP Untidar, Prof Sukarno mengaku bahwa pencapaian istrinya merupakan hal yang membanggakan. Baginya, perjuangan istrinya lah yang membuatnya menjadi guru besar saat dulu.

“Ini merupakan capaian yang membanggakan. Semoga bisa memotivasi teman-teman dosen yang lain agar bersemangat dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Tidak hanya mengajar, tapi juga melakukan penelitian dan pengabdian secara rutin dan kontinyu. Mencintai bidang ilmu yang ditekuni, menjadi dosen yang tangguh dan inspiratif,” ucap Prof. Sukarno.

“Ibu Sri Haryati ini memang rajin dan ulet luar biasa. Beberapa tahun yang lalu saat saya mengajukan jabatan fungsional Guru Besar, segala urusan administrasi beliau yang tangani. Kalau bukan karena ketekunannya rasanya tak mungkin saya meraih gelar Guru Besar saat itu,” tambahnya sambil tersenyum (coi/aha)

CATEGORIES
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)