Peringati Hari Wayang Nasional dan Dunia, Sanggar Kinnara Kinnari Borobudur Gelar Acara World Wayang Way ke-7

foto: Fauziah Dwi Febriyanti/wartamagelang.com

Penampilan wayang bocah pada World Wayang Way (WWW) 2024, di Tourism Information Center (TIC) Borobudur, Kamis (07/11/2024). foto: Fauziah Dwi Febriyanti/wartamagelang.com

Magelang (wartamagelang.com) Sanggar Kinnara Kinnari selenggarakan wayang bocah pada World Wayang Way (WWW) 2024, di Tourism Information Center (TIC) Borobudur, Kamis (07/11/2024).

WWW merupakan acara tahunan sejak 2017 yang diprakarsai oleh Ki Eko Sunyoto untuk peringatan Hari Wayang Sedunia serta Hari Wayang Nasional yang sudah ditetapkan oleh UNESCO sejak (7/11/03). Acara WWW menghadirkan beragam kegiatan menarik, termasuk lomba mewarnai bagi anak-anak usia 6 hingga 8 tahun, penampilan para dalang cilik, serta pertunjukan Wayang Bocah yang melibatkan 70 peserta anak-anak berusia 7 hingga 13 tahun.

Acara World Wayang Way tahun ini mengusung kegiatan yang berbeda dari sebelumnya yaitu dengan mengadakan lomba mewarnai wayang, pagelaran wayang kulit, dan pagelaran wayang wong. Dalam acara tersebut melibatkan anak-anak yang menjadi pusat utama. Dalam acara ini terdapat tiga dalang anak yang membawakan cerita wayang secara bergantian kemudian dilanjutkan dengan penampilan wayang bocah.

Wayang bocah pada acara ini mengangkat cerita tentang Anoman Duto. Anoman kera putih yang melambangkan kesucian yang sebenarnya putra Bhatara Bayu. Melalui perlambangan tersebut dapat dianalogikan jika kera saja memiliki jiwa melebihi seperti manusia seharusnya manusia bisa lebih dari itu.

Pendiri Sanggar Kinnara Kinnari Borobudur sekaligus Ketua Panitia, Eko Sunyoto mengatakan, menuturkan pemilihan cerita wayang ini berdasarkan yang familiar di masyarakat sebagai bahan belajar untuk anak-anak.

“Wayang itu secara yang diketahui oleh masyarakat itu ada dua kitab, yaitu Mahabharata dan Ramayana. Yang familiar di masyarakat kan cerita-cerita tentang Mahabharata dan Ramayana. Artinya ini juga bagaimana anak-anak itu jadi Anoman dia mau membaca karakter Anoman seperti apa. Saya menjadi Rahwana mereka mencari tahu Rahwana itu siapa. Akhirnya mereka belajar,” kata Eko.

Eko Sunyoto juga menjelaskan selain bertujuan untuk memperkenalkan wayang sebagai warisan budaya tak benda yang perlu dijaga kelestariannya, World Wayang Way tahun ini mencoba hal baru dengan upaya memberikan nilai kepada anak-anak.

“Wayang anak-anak ini memang target kami sebagai jalan. Walaupun memang harus tekun, harus ngajari dari nol, pantang marah dan harus sabar. Ini yang harus kami berikan kepada mereka tentang tata nilai, etika, adab, dan sebagainya. Secara tidak langsung akan saling asah asih asuh, saling toleransi, saling menghargai, disitu ada kerja bareng. Disitulah energi positif itu sebenarnya,” jelasnya.

Eko membeberkan terdapat tantangan dalam menarik antusias anak-anak terhadap kesenian wayang bocah.

“Ini kerja bareng tidak hanya pemimpin sanggar tidak hanya pelatih sanggar tetapi juga orang tua. Dari situ menjadi edukasi bagaimana cara menempatkan diri. Ini akhirnya menjadi kebiasaan dan menjadi budaya mereka tentang kemandirian, bagaimana harus mengimbangi teman saya yang kecil yang besar, bagaimana cara saya menyeimbangkan dengan mereka. Artinya disitu ada sinergi harmoni antara mereka,” bebernya.

Eko juga berharap pada World Wayang Way yang akan datang semakin banyak anak-anak yang berpartisipasi.

Wayang yang ditampilkan pada malam ini mengisahkan Anoman Duta. Tokoh Anoman digambarkan sebagai simbol kesucian, yang diwakili oleh warna putih sebagai warna simbolisnya.

Wayang bocah ini dijadikan upaya pelestarian budaya wayang, meskipun prosesnya membutuhkan ketekunan, kesabaran, dan keuletan. Di dalamnya terselip berbagai nilai, seperti etika dan adab, yang secara tidak langsung mengajarkan mereka untuk saling asah, asih, asuh. Mereka belajar menghargai, bertoleransi, serta bekerja sama dalam sebuah proses kolektif yang penuh makna.

Wayang bocah ini terwujud bukan hanya melalui peran pemimpin sanggar, tetapi juga berkat kolaborasi dan kerja sama yang erat antara pemimpin sanggar, para pelatih, dan orang tua anak-anak.

Sanggar Kinnara Kinnari juga memiliki keunikan tersendiri, yakni menjadikan tarian sebagai sarana terapi. Terapi ini bertujuan untuk menciptakan keselarasan antara otak kanan dan otak kiri, menggabungkan aktivitas analitis dengan kreativitas secara harmonis. (mg5/mg7/wq)

Penulis: Fauziah Dwi Febriyanti dan Lukluk Shafwatu Niswa

Editor: Freddy Sudiono Uwek

CATEGORIES
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)