Asah Kreatifitas Anak Lewat Mewarnai Topeng Kertas

ANTUSIAS : Anak-anak antusias mengikuti workshop Mewarnai Topeng Kertas dalam Festival Pinggir Kali 2020 dengan standar protokol kesehatan (Bagus Priyana/wartamagelang.com)

MAGELANG (wartamagelang.com) Siang itu Sabtu (10/10/2020), terlihat beberapa puluh anak-anak berkumpul di depan Museum Diponegoro di sebuah halaman bangunan tua yang populer disebut gedung Residenan di Magelang. Mereka berkumpul untuk mengikuti acara workshop ‘Mewarnai Topeng Kertas’ dalam rangkaian acara Festival Pinggir Kali 8-10 Oktober.

Tangan-tangan mungil itu mengikuti panduan dari narasumber untuk mewarnai topeng-topeng kertas itu dengan spidol warna-warni. Mereka duduk melingkar dengan jarak tertentu dengan mengenakan masker dan face shield terpasang di wajah mereka. Sebotol cairan handsanitizer pun dibagi-bagikan untuk semua peserta. Dengan standar protokol yang ketat, mereka menyimak panduan dari narasumber pengrajin topeng kertas, Sugeng Prayitno warga RT 2 RW 11 Kampung Tidar Sari Kelurahan Tidar Selatan Kota Magelang atau depan SMPN 8.

Sugeng, yang juga merupakan pengrajin wayang karton dengan nama Sanggar Wisnu Murti, memanfaatkan kertas bekas dari buku-buku tulis, HVS atau lainnya. Kertas koranpun juga bisa dimanfaatkan tapi untuk penyubal topeng.
“Tapi untuk lapisan luar tetap memakai kertas HVS karena halus dan kencang,” tutur Sugeng.

Dalam workshop itupun Sugeng menjelaskan jika anak-anak bisa memanfaatkan buku-buku tulis bekas pelajaran untuk membuat topeng kertas ini.

Awalnya, tiga tahun lalu Sugeng membeli dua topeng dari seorang kawannya dari Temanggung. Lalu topeng-topeng itu ‘dikorbankan’ untuk dibuatnya menjadi cetakan topeng kertas.
“Dua topeng yang saya beli itu saya korbankan untuk membuat topeng kertas karya pertama saya,” imbuh Sugeng.

Sugeng menceritakan kronologis cara pembuatan topeng kertas itu. Caranya kertas-kertas bekas ini direkatkan dengan lem kanji (tapioka) secara berlapis-lapis hingga ketebalan tertentu. Setelah itu dikeringkan.

Dalam sehari Sugeng bisa menghasilkan 5-6 topeng. Bahan-bahan kertas topeng inilah yang nantinya akan diolah dengan cara dicat warna-warni menjadi tokoh tertentu. Proses pewarnaannya memang cukup memakan waktu. Cat yang digunakan memakai cat minyak karena lebih tahan lama. Cat tembok pun juga bisa digunakan.

Sugeng mengambil karakter wajah dari tokoh Panji dari Kerajaan Jenggala di Jawa Timur. Tokoh Panji ini memang seorang tokoh terkenal seperti Panji Asmarabangun dan Panji Semirang. Selain itu ada tokoh wanita bernama Sekartaji. Tokoh laki-laki biasanya ada ciri khasnya berupa kumis melintang. Ada juga tokoh-tokoh lain misalnya Damarwulan.

Salah satu peserta sedang memberi sket pada topeng kertas.

Selama ini penjualan hanya di rumah saja, tak jarang ada juga pembeli yang datang ke rumahnya. Sebelum pandemi Covid-19, topeng-topeng kertas karyanya dipasarkan di Taman Wisata Candi Borobudur dan Taman Kyai Langgeng Kota Magelang.

Tak hanya itu, karyanya juga bisa digunakan dalam kesenian Jatilan atau tari topeng.

Dalam 3 tahun menjalani aktivitasnya, sudah ratusan karya topeng kertas dibuatnya. Dalam sebulan bisa laku puluhan. Tapi laku tidaknya topeng tergantung oleh ramai tidaknya kunjungan wisatawan di 2 tempat wisata itu.

Saat korona melanda seperti ini penjualan topengnya sangat menurun drastis. Maklum saja karena sektor pariwisata yang paling parah terkena dampak pandemi ini.
“Pernah dalam 1 bulan hanya laku 1 buah,” keluh Sugeng.

Sementara itu salah satu peserta workshop, Okta, 6, merasa senang dengan mengikuti acara workshop mewarnai topeng kertas ini. Walaupun ia merasa kesulitan untuk mewarnainya.
“Bisa menambah pengalaman dan belajar mengenal budaya tradisional Indonesia,” ungkap Okta. (bgs)

CATEGORIES
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)