Angkringan Sastra Mengenang Si Burung Merak dengan “Rendra Selalu Hidup dalam Kesadaran Kita”
MAGELANG (wartamagelang.com) – Angkringan Sastra kembali menghidupkan karya-karya maestro sastra W.S Rendra dalam acara bertema “Rendra Selalu Hidup dalam Kesadaran Kita”. Acara ini digelar pada Sabtu (09/11/2024) di Wedangan Omah Ganten, Magelang. Di mulai pukul 19.00 WIB hingga larut malam.
Acara ini bertujuan untuk memberikan penghormatan dan mengenang W.S Rendra, karena pada tanggal 7 November kemarin merupakan hari lahirnya. Rendra sudah memberikan perubahan terhadap Indonesia melalui sastra.
“Awalnya karena kempikiran kemarin hari lair Rendra. Yaudah kita bikin acara saja yang mengundang temen-temen sastrawan untuk tampil membacakan puisi” Ujar Danu.
Dihadiri para seniman dan sastrawan Magelang Raya, antara lain Sutanto Mendut, Es Wibowo, Haris Kertoraharjo, Hudi DW, Gepeng Nugroho, Freddy Uwek, Hasta Indriyana, Henokh Aldebaran Ngili, Tentrem Lestari dan lain-lain.
Acara dimulai dengan penuh khidmat oleh Es Wibowo yang membawakan puisi Gerilya. Dilanjutkan penampilan Dzikrina membacakan Sajak Pertemuan Mahasiswa. Adapula penampilan satu keluarga Tentrem Lestari dan Nindito membawakan puisi Blues untuk Bonie. Turut serta Kawul Dunyo memusikalisasikan dengan apik puisi Kali Hitam. Selanjutnya penampilan dari Rumah Literasi Aruna dengan Sajak Seonggok Jagung.
Henokh membawakan Nyanyian Angsa dengan sangat memukau. Puisi Pamflet Cinta di bawakan Gepeng Nugroho. Haris sahabat dekat Rendra turut membacakan puisi Serenada Berjan. Freddy Uwek membawakan puisi dengan bermain sampling keyboard. Serta rangkaian pembacaan puisi lainnya.
Mereka yang tampil ini hadir dan menampilkan bakatnya dengan suka rela tanpa bayaran atau biaya apapun.
Setiap penampilan menghadirkan interpretasi yang mendalam dan penuh emosi dari karya-karya WS Rendra, membangkitkan semangat dan pesan-pesan kritis yang selalu disuarakan Rendra melalui sastra.
Danu juga menambahkan bahwa harapannya setelah adanya acara ini, dunia sastra Magelang akan bangkit lagi, karena sekarang sudah mulai mata suri. Kedua, memberikan kesadaran kolektif kepada masyarakat.
” Yang hadir mungkin sekarang hanya sastrawan-sastrawan saja, saya yakin nanti mungkin akan menyebarluas ke masyarakat, sehingga masyarakat dapat lebih baik dalam memandang sesuatu dengan lebih adil dan bijaksana.” tambah Danu.
Sesi akhir diisi dengan orasi budaya yang mengulas peran penting WS Rendra dalam dunia sastra Indonesia dan dampaknya terhadap kesadaran masyarakat. Orasi ini menjadi penutup yang mengesankan bagi para peserta, mempertegas bahwa sosok WS Rendra dan karyanya selalu hidup dalam ingatan dan hati para pecinta sastra.
Dalam orasinya Sutanto mengatakan bahwa Rendra adalah sosok yang teliti dan memang sastrawan sejati, semuanya ia tulisa dan catat. Rendra seharusnya menjadi pahlawan nasional karena banyak membawa perubahan khususnya sastra Indonesia. (mg3/mg4/wq)
Penulis: Asmita Yuthia dan Nurul Hidayah
Editor Freddy Sudiono Uwek