Ada “Pendowo Gumolong” Pada Baja Lapis Zinc Alumunium Di Studio Mendut, Pertama Kali Didunia

Pementasan wayang dari Nexalum di Studio Mendut oleh Dalang Sih Agung Prasetya. (14/03/2021). Foto: Mastique/wartamagelang.com

Pementasan wayang dari Nexalum di Studio Mendut oleh Dalang Sih Agung Prasetya. (14/03/2021). Foto: Mastique/wartamagelang.com

Magelang (wartamagelang.com)  – Ada yang menarik pada pementasan wayang kontemporer di Studio Mendut hari Minggu, 14 Maret 2021. Wayang yang dipergunakan untuk mementaskan pagelaran tersebut menggunakan bahan dasar Baja Lapis Zinc Alumunium atau yang biasa dikenal masyarakat dengan istilah pelat galvalum, dan untuk saat ini menggunakan produk dari nexalum.

Wayang dengan dalang Sih Agung Prasetyo yang berasal dari Grabag itu berlangsung sekitar dua jam. Sebelumnya acara dibuka dengan penampilan tari oleh Nabila Rivani dan kawan-kawan dengan judul “Mawas Muwus Misesa”, dan kemudian dilanjutkan dengan sekapur sirih budaya oleh Seniman Sutanto Mendut, yang juga pemilik Studio Mendut sekaligus Museum Lima Gunung. Kemudian dilanjutkan dengan pementasan wayang “Pendowo Gumolong” yang diiringi oleh gamelan grup karawitan “Sumanggem” pimpinan Agus dari Dusun Gejayan, Desa Banyusidi, Pakis.

Yang paling menarik dari pementasan wayang tersebut adalah pementasan wayang itu memakai wayang-wayang yang terbuat dari Baja Lapis Zinc Alumunium, karya Seniman Lima Gunung bernama Sujono Keron, yang berasal dari Dusun Keron, Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan, Magelang.

Sujono Keron mengatakan bahwa kenapa dia memakai bahan pelat baja itu, bukan kulit atau kardus yang biasa dipakai untuk wayang adalah karena agar wayang itu bisa awet dan tahan menghadapi cuaca. Jono menambahkan bahwa dia pernah menerima order membuat sekitar 100 wayang yang terbuat dari pelat baja untuk salah satu destinasi wisata di Salaman.

“Saya membuat wayang dari pelat baja ini agar awet dipajang diluar, karena pelat ini juga dilapisi zinc alumunium maka tidak bisa berkarat, dulu membuat sebagai instalasi seni, dan baru kali ini dipakai untuk pentas, jadi ini perdana didunia, wayang pelat dipentaskan,” kata Jono.

Lebih lanjut dalang Sih Agung mengatakan bahwa pemilihan lakon “Pendowo Gumolong” atau jika diterjemahkan bebas menjadi Pandawa Manunggal ini, sebagai usaha para penguasa pemerintahan menggalang persatuan dengan masyarakat yang disimbolkan sebagai panawakan, dalam mengatasi pandemi atau pagebluk.

“Virus Covid-19 saya gambarkan sebagai buta atau raksasa, kemudian berusaha disirep dengan kedatangan para punakawan setelah ada goro-goro. Mereka kemudian berembug dengan  para kesatria Amarta yang notabene pemerintah mengenai cara mengatasi pandemi atau pagebluk ini dengan vaksinasi,” kata Sih Agung.

Lebih lanjut Sih Agung berkata bahwa tingkat kesukaran memainkan wayang dari pelat baja ini lebih tinggi, karena beratnya yang hampir tiga kali berat wayang kulit normal. “Dan yang penting pinggirnya tajam, landhep, saya gak berani memainkan dengan main-main, apalagi pas peperangan, tadi saja jempol saya sudah jadi korban,” pungkas Sih Agung sambil memperlihatkan jempolnya yang berdarah karena memainkan wayang berbahan dasar nexalum tersebut. (wq)

CATEGORIES
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)