Warga Kanada ini Mencari Jejak Sahabat Kakeknya di Magelang, Johannes van der Steur

Leo Ramakers ditemani 2 cucunya berkunjung di eks rumah tokoh kemanusiaan Johannes van der Steur Jl. Diponegoro 7 Februari 2017. (Foto : Bagus Priyana)

Hello Magelang, apa kabar.
Namaku Leo Ramakers. Lahir di Surabaya, 89 tahun yang lalu. Kini aku tinggal di Kanada.

Hari ini Selasa 7 Februari 2017 aku berkunjung di Magelang, setelah perjalanan jauh dari Jogja dan menikmati keindahan Borobudur.

Aku di temani oleh 2 cucuku yang cantik2 yang kini tinggal di London, Inggris.

Kunjunganku ke Magelang adalah untuk mencari rumah yang dulu pernah ditinggali oleh kakek dan ibuku.

Termasuk menelusuri beberapa tempat bersejarah yang punya ikatan emosional dengan keluargaku.

Kakekku bernama Murdererst Ramakers, yang menjadi kepala sekolah di HIS Katolijk yang ada di belakang Gereja Katolik (katolijk kerk) (kini SD Katolik Pendowo Jl. Yos Sudarso).

Sedangkan ibuku bernama Julia Ramakers, wanita mulia yang telah melahirkanku. Kakekku sahabat baik dari Johannes van de Steur, tokoh kemanusiaan di kota ini.

Maka dari itu dikunjunganku ini aku juga mengunjungi makam beliau di Kerkhof dan ke panti asuhannya di Meteseh.

Alangkah bahagianya diriku saat berkunjung di kedua tempat tersebut. Bagaimana tidak, baru pertama kali ini aku berkunjung di kota ini sekaligus berkunjung di makam dan panti dari tokoh kemanusiaan terkenal itu, sahabat baik kakekku.

Leo Ramakers menatap lukisan Johannes van der Steur dan istri. (Foto: Bagus Priyana)

Aku terpaku ketika berziarah ke tokoh besar ini. Beliau bagaikan malaikat penyelamat anak-anak yatim karena ayahnya meninggal karena perang.

Hingga kini, nama beliau begitu harum di negeri Belanda.

Bahkan tidak sedikit orang-orang Belanda sering berkunjung di sini, termasuk aku.

Di panti asuhan ini masih dapat ku temukan sisa kejayaan panti ini. Masih ada kamar tidur beliau.

Ada relief dan 2 bingkai foto van der Steur bersama istrinya, kami menyebutnya “pa” dan “ma”.

Aku tertegun saat menatap benda-benda tersebut. Seorang manusia yang berhati mulia, penyelamat anak-anak dan sahabat baik kakekku.

Aku bangga padanya. Terima kasih Tuhan.

Selepas dari panti asuhan peninggalan van der Steur di Meteseh, haripun sudah siang dan aku ingin makan.

Sebenarnya aku letih sekali, tetapi aku bahagia sekali bisa mengunjungi tempat bersejarah sahabat kakekku dulu. Di usia yang ke 89 ini aku masih berkesempatan datang ke Magelang.

Menikmati makan siang di WM Voor de Tidar yang penuh dengan foto Magelang Tempo Doeloe. (Foto: Bagus Priyana)

Saat mau cari makan, Bagus menawariku untuk makan siang di Warung Makan “VOOR DE TIDAR” di Jagoan (Jl. Gatot Subroto 58).

Kata Bagus, warung makan ini sangat cocok buat kami untuk bernostalgia karena warungnya memakai bangunan tua dan terpampang foto2 lama tentang Magelang.

Suasananya juga homely seperti di rumah sendiri. Banyak tanaman hias katanya.

Katanya pula warung ini sering dikunjungi oleh orang Belanda sehingga sering disebut sebagai “warung Belanda”. Dan di warung ini saya bisa menikmati makanan tradisional.

Karena aku vegetarian, aku memesan bakmi goreng. Sedangkan cucuku menikmati ayam laos dan nasi merah.

Lekker sekali rasanya. Enak.

Sesudah makan, Bagus mengeluarkan koran lama yang dia bawa. Koran itu berjudul “Kedu-Bode” terbitan tahun 1935.

Leo Ramakers menyimak koran Kedoe Bode tahun 1935. (Foto: Bagus Priyana)

Aku kaget, Bagus punya koran lama yang berbahasa Belanda. Aku membacanya dengan seksama meski harus berhati-hati karena korannya sudah lama. Takut membuat rusak.

Di koran itu ada berita tentang pabrik cerutu KO KWAT IE.

Aku senang sekali membacanya. Membuatku tahu kondisi kota yang pernah menjadi tempat tinggal kakek dan mamaku.
Bahagia sekali rasanya aku.
Terima kasih Bagus.

(Ditulis ulang oleh Bagus Priyana)

CATEGORIES
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)