Wanita ini Saksi Hidup Perobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato Surabaya

Siti Fatimah Soedibyo (91), saksi hidup perobekan bendera Belanda di atas Hotel Yamato Surabaya pada 19 September 1945. (foto: dok. keluarga)

Siti Fatimah Soedibyo (91), wanita kelahiran Surabaya, 6 April 1930, begitu bersemangat menceritakan sebuah peristiwa yang menjadi bagian penting dalam sejarah perjuangan rakyat Indonesia.

Wanita yang berumur hampir 1 abad yang tinggal di Perumahan Cluster Sanggriya Blok B 11-13 Kel. Wates Kota Magelang, mengisahkan peristiwa perobekan bendera Belanda di atas Hotel Yamato Surabaya.

Saat tinggal di Surabaya, ayahnya yang bernama Dulrachman, bekerja sebagai Kepala Stasiun Pasar Turi.

Siti Fatimah, meski masih duduk di bangku sekolah rakyat kelas 6, tapi sudah mengenal Bung Tomo karena tempat tinggalnya yang kebetulan berdekatan. Siti Fatimah di gang 5, Bung Tomo di gang 6.

Pada usia sekitar 15 tahun, Siti Fatimah  menyaksikan sebuah peristiwa bersejarah yakni peristiwa perobekan bendera Belanda yang saat itu berkibar di atas Hotel Yamato kawasan Tunjungan.

“Namanya juga anak-anak, saat itu ikut lari-lari bersama pemuda di Tunjungan. Saya menyaksikan perobekan bendera merah putih biru di Hotel Yamato yang dilakukan oleh para pemuda,” ungkap Siti Fatimah Soedibyo kepada Warta Magelang, Kamis (07/11/2021).

Insiden tersebut terjadi pada 19 September 1945 yang didahului gagalnya perundingan antara Residen Surabaya Soedirman dan W. V. C. Ploegman. Perundingan itu untuk menurunkan bendera Belanda.

Namun karena perundingan gagal maka para pejuang naik ke atas Hotel Yamato. Lalu bendera Belanda yang berwarna merah putih biru tersebut oleh para pejuang dirobek bagian birunya sehingga tinggallah warna merah putih dan dikibarkan kembali di atas hotel.

“Saking banyaknya orang, itu kan di jalan besar, saya melihatnya dari jauh. Saya tidak tahu siapa yang naik ke atas, merobek dan mengibarkannya kembali,” tuturnya.

Usai peristiwa tersebut, pekik merdeka bergema diteriakkan oleh para pemuda.

Sebenarnya, Siti Fatimah begitu menggebu untuk ikut berjuang secara langsung. Ia pun mencoba mendaftarkan diri ke Tentara Pelajar (TP) di Surabaya.

Sayangnya, karena usianya masih belum memenuhi syarat, ia belum bisa diterima bergabung.

Siti Fatimah Soedibyo bersama Kepala Museum Taruna Abdul Djalil Akmil Letkol Ilham (kanan). (foto: Bagus Priyana)

Usai peristiwa penyobekan bendera Belanda di Hotel Yamato dan dengan mengingat situasi yang semakin tidak nyaman, ayahnya beserta keluarganya berpindah ke Muntilan (Magelang), tempat asal ayahnya dengan naik kereta api terakhir.

Ketika tinggal di Muntilan, Siti Fatimah meneruskan pendidikan di sekolah guru bantu (SGB) di Yogyakarta. Di kota inilah ia bergabung dengan Tentara Pelajar (Brigade 17).

Jiwa nasionalismenya bangkit kala Belanda menguasai Magelang pada tahun 1949. Para pejuang Indonesia mengungsi ke luar kota terutama di desa-desa di wilayah Gunung Sumbing, Merapi dan Merbabu dan sekitarnya dan melakukan perang gerilya.

Siti Fatimah pun bergabung bersama Tentara Pelajar (TP) di Muntilan dengan komandan Tulus Pranoto. Sebagai TP, tugasnya adalah membantu para pejuang.

Yang menarik, meski ia seorang perempuan, tapi dipercaya untuk memegang senapan laras panjang.

Karena beban senjatanya tersebut terlalu berat, ia pun berganti memegang pistol.

Ia pun terlibat di beberapa medan pertempuran melawan Belanda seperti di Sawangan, Blabak dan di kaki Gunung Merapi meskipun posisinya berada hanya di belakang para pejuang.

Sebuah kisah unik pernah ia alami, saat terperosok di sawah.

“Saat itu terjadi pertempuran dengan Belanda di Sawangan. Saya sedang berlari di pematang sawah. Eh lha kok malah terperosok ke perengan sawah sampai terguling-guling,” ungkapnya sambil tertawa kecil mengingat peristiwa itu.

Atas perjuangannya, Siti Fatimah mendapat Gelar Kehormatan Veteran Pejuang Kemerdekaan RI kelas E dengan masa bakti 8 bulan dari Menhankam LB Moerdani tertanggal 2 November 1988. Siti Fatimah memiliki NPV (Nomor Pokok Veteran) 10.072.630.

(bgs)

CATEGORIES
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)