Transparansi Remunerasi Tak Jelas, Ratusan Nakes RSJ Prof Dr Soerojo Magelang Lakukan Aksi Demonstrasi

AKSI DEMO : Ratusan tenaga kesehatan RSJ Prof Dr Soerojo Magelang melakukan aksi demonstrasi menuntut transparansi remunerasi yang diklaim diputuskan secara sepihak oleh jajaran direksi (Hadianto/wartamagelang.com)

KOTA MAGELANG (wartamagelang.com) Ratusan tenaga kesehatan (nakes) di RSJ Prof Dr Soerojo Magelang, Rabu (13/12/2023) melakukan aksi demonstrasi. Aksi demonstrasi ini menuntut adanya transparansi dan keadilan remunerasi bagi nakes.

Para nakes ini menggelar aksi di lingkungan RSJ Prof Dr Soerojo. Sebelumnya, para nakes yang terdiri dari perawat, bidan, radiografer, dan pranata laborat tersebut berkumpul di bagian halaman Ruang Medik RSJ. Setelah melakukan doa bersama, para nakes tersebut berjalan kaki menuju halama utama depan RSJ Prof Dr Soerojo Magelang.

Sambil berjalan kaki, beberapa peserta aksi demonstrasi membawa poster bertuliskan ‘Rumah Sakit tanpa Nakes Apa bisa’, Transparasi Pendapatan Remunerasi’, ‘Resiko Kerja, dihargai dong’,’Make up boleh luntur tapi keadilan jangan luntur!, Sejahtera Bersama Yuk, Eling Pak…!! Aku anakmu dudu babumu, Kami butuh keadilan’.

Bahkan saat Direktur Utama RSJ Prof Dr Soerojo Magelang, Rukmono Siswishanto, datang dan langsung duduk dibawah untuk menemui peserta aksi demonstrasi, justru ditinggalkan oleh para nakes. Bahkan peserta aksi demonstrasi langsung meninggalkan lokasi dan kembali secara tertib.

Perwakilan Nakes RSJ Prof Dr Soerojo Magelang, Abdul Jalil, kepada awak media, mengatakan, aksi demonstrasi ini sebagai bentuk protes terhadap ketidaktransparan dan ketidakadilan dari direksi mengenai pembagian proporsi perhitungan remunerasi bagi nakes. Remunerasi yang didapat, kata Abdul, tidak sesuai keinginan dan dianggap tidak adil.

“Persoalannya adalah ketika diproporsikan, justru untuk karyawan di bagian lain yang tidak berhubungan langsung dengan pasien, malah mendapatkan bagian yang besar. Padahal tidak ada risiko yang tinggi dalam keselamatan,” katanya.

“Ini kesannya tidak adil. Pendidikan terendah D3 perawat, masa hanya mendapatkan bagian remunerasi sebesar Rp1,9 juta. Sedangkan lulusan SMA yang bekerja di bidang rekam medis mendapatkan bagian sebesar Rp3,1 juta,” tambahnya.

Abdul mengaku, sejak bulan Agustus sudah merasa tidak nyaman dengan adanya perubahan skema remunerasi tersebut. Pihaknya pun meneyadari bahwa rumah sakit sedang ada penurunan pendapatan, termasuk masalah BOR rumah sakit.

“Ini rumah sakit, kebijakan vertikal otomatis kan manut. Cuma persoalan selama proses itu yang kami kadang-kadang kurang dilibatkan secara personal. Pihak kami kadang diwakili oleh unit, hanya yang penting pejabat dari keperawatan hadir. Sudah itu saja menjadi keputusan direksi,” ujarnya.

Abdul mengaku bahwa perubahan skema remunerasi sama sekali tidak dikomunikasikan maupun disosialisasikan kepada mereka. Bahkan beberapa kali pihaknya sudah meminta keterangan terkait kebijakan remunerasi.

“Pas awal itu, tiba-tiba ada perubahan remunerasi, tapi tanpa sosialisasi yang jelas. Kami semua malah hampir tidak tahu perubahan pada awal-awal. Kami akhirnya sendiri-sendiri menyampaikan kegelisahan,” tegasnya.

TUNTUT KEADILAN : Salah satu tenaga kesehatan RSJ Prof Dr Soerojo Magelang peserta aksi demonstrasi menunjukkan poster tulisan transparansi remunerasi yang adil (Hadianto/wartamagelang.com)

Sementara perawat lainnya, Naima, mengaku harus ada kejelasan mengenain remunerasi. Dirinya menganggap keputusan direksi tidak adil dan terkesan tidak berpihak pada nakes yang berada di garda terdepan bidang kesehatan.

“Tuntutan kami hanya lebih keadilan saja karena rumah sakit tanpa nakes apa jadinya. Jadi di rumah sakit yang tercinta ini, kami perawat dan nakes lainnya dipotong terlalu banyak, sampai 30 persen bahkan ada yang lebih dari itu,” ucapnya.

“Tuntutan awal ini, kami minta kenaikan untuk remunerasi sesuai tupoksinya. Itu lebih adil, lebih manusiawi,” tambahnya.

Naima mengakui bahwa terkait masalah potongan remunerasi tersebut, sudah beberapa kali ditetapkan. Namun, kata Naima, untuk 3 bulan terakhir dirasakan paling tidak adil.

“Baru tiga bulanan. (besaran remunerasi) Beda-beda antara D3, S1. Range-nya paling rendah Rp 2,6 juta (perawat), tapi ada nakes lain ada di bawah kami juga ada,” bebernya.

Direktur Utama RSJ Prof Dr Soerojo Magelang, Rukmono Siswishanto saat dimintai tanggapan tentang aksi demonstrasi, mengaku belum tahu apa yang menjadi keinginan para nakes. Bahkan pihaknya menilai, selalu ada ruang komunikasi dan diskusi bersama.

“Karyawan ini mau menyampaikan aspirasi, diskusi. Kalau menurut kami, komunikasi apapun sudah dikerjakan. Jadi, saya belum tahu yang dimaui apa. Jadi, saya datangi, mungkin perwakilan nanti ketemu. Saya belum bisa matur sekarang karena belum tahu yang dimaui apa,” sebut Rukmono.

Rukmono mengatakan, tuntutan peserta aksi demonstrasi perihal potongan remunerasi, tidak ada pemotongan. Menurutnya, remunerasi sudah diberikan sesuai dimana terdiri dari gaji dan tunjangan.

“Itu diberikan pada semua pegawai tidak berkaitan dengan kinerja apa yang dia dilakukan. Itu berdasarkan gaji semua dapat sama, tetapi ada aturan untuk remun komponen yang berikutnya insentif kinerja. Insentif kinerja itu adalah kayak tukin yaitu tunjangan kinerja. Dimana kalau kinerja keuangan baik maka itu didistribusikan ke pegawai dan aturannya juga ada ditetapkan di kementerian. Kita hanya melaksanakan apa yang harus kita laksanakan untuk bagaimana pembagian itu,” ucap Rukmono (coi/aha)

CATEGORIES
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)