Pembukaan Pameran Arsip “Do’a Untuk WS Rendra” di Museum Lima Gunung

foto: Asmita Yuthia/wartamagelang.com

Haris Kertorahardjo saat membacakan salah satu puisi karya Rendra dalam event “Do’a Untuk WS Rendra” di Studio Mendut, Kamis, (07/11/2024), foto: Asmita Yuthia/wartamagelang.com

MAGELANG (wartamagelang.com) – Pembukaan Pameran Arsip WS. Rendra, penyair besar yang dijuluki “Burung Merak” resmi dibuka hari ini Kamis, (07/11/2024) bertempat di Studio Mendut, Magelang.

Mengusung tema “Perjalanan Rendra Bersama Lima Gunung”, pameran ini akan berlangsung dari tanggal 7 sampai dengan 15 November 2024, dengan jam buka mulai pukul 12.00 hingga 17.00 WIB.

Pembukaan Pameran Arsip WS. Rendra dengan tajuk “Do’a Untuk WS Rendra” ini bertepatan dengan hari lahir Rendra. Pameran ini bertujuan untuk mengenang karya-karya WS. Rendra. Acara ini diinisiasi oleh dua tokoh seniman Magelang yaitu Sutanto Mendut dan Haris Kertorahardjo.

Para pengunjung diajak menyelami makna karya-karya Rendra dan mengenang perjalanan hidup sang penyair.

Acara pembukaan yang berlangsung pukul 15.30 – 17.40 WIB ini, turut dimeriahkan dengan sejumlah penampil di antaranya, Lysandra, Boby Jeri, Ryan Ajayanto, Yogo Widodo, Mami Kato, Novi Boyolali dan Shaka. Penampilan mereka menghibur pengunjung yang hadir.

Selanjutnya ada prosesi doa untuk Rendra. Prosesi ini dilaksanakan dengan suasana khidmat dan artistik, diinterpretasikan oleh Hudi DW dengan memberi penghormatan di tugu Rendra. Diringi alunan musik saksofon dari Acil dan tabuhan rebab Singgih turut menggambarkan perpaduan kuat antara seni, spiritualitas, dan penghormatan.

Salah satu daya tarik utama dalam pameran ini adalah koleksi puisi WS. Rendra yang tulis tangan di atas kanvas. Selain itu terdapat pula majalah, koran, dan buku-buku karya Rendra di pameran. Koleksi ini sebagian besar merupakan arsip milik Haris Kertorahardjo.

Arsip-arsip ini memberikan kesempatan langka bagi pengunjung untuk melihat langsung karya-karya Rendra, yang mengandung pesan, kritik, dan renungan mendalam mengenai kehidupan dan kebudayaan Indonesia.

Haris juga turut tampil dengan membacakan puisi Rendra yang berjudul ”Perempuan yang Cemburu”.

Ada pula pembacaan Puisi Sajak Rajawali oleh Hudi Danu Wuryanto dan Sutanto Mendut yang menyanyikan beberapa lagu.

“Pada pameran pertama, kami membuatkan patung untuk mengenang beliau. Kali ini, kami menampilkan arsip tulisan tangan Rendra di atas kanvas, yang memang menjadi ide saya,”kata Haris.

Haris menambahkan bahwa selain tulisan tangan, pameran juga menampilkan beragam arsip lain seperti koran, majalah, dan karya-karya dari koleksi pribadi yang dikumpulkannya selama bertahun-tahun.

Selain pameran, terdapat sesi dialog bersama Haris dan Danu yang berbagi cerita tentang Rendra. Haris menceritakan perjalanannya mengumpulkan arsip-arsip Rendra dan ketertarikannya terhadap dunia sastra.

“Saya merasa seperti tersesat, karena dari SD sampai kuliah saya selalu suka ilmu eksak. Tapi saat SMA, saya tiba-tiba tertarik dengan sastra, khususnya puisi-puisi Rendra, Chairil Anwar, dan Ismail,” ujar Haris.

Haris menyampaikan harapannya bahwa ia ingin anak-anak muda yang belum mengenal Rendra dapat memahami karya-karyanya. Arsip-arsip ini bisa memberikan banyak pelajaran dan inspirasi bagi siapa saja yang membaca.

Sementara Danu mengisahkankan cara ia berkenalan dengan Rendra melalui karya-karyanya walaupun tidak bertemu secara langsung.

”Saya itu sebenarnya tidak menganal dekat secara sehari-harinya karena memang jarak usia yang jauh. Saya dulu mengenal penyair hanya Rendra dan Chairil Anwar. Kemudian saya juga mulai menonton pertunjukkan-pertunjukkannya,” kata Danu.

Acil, ketua panitia acara, menjelaskan bahwa acara ini disusun dengan fleksibel dan penuh improvisasi.

“Pameran ini digelar dari tanggal 7 hingga 15 November, dan tanggal 7 kita adakan acara pembukaannya. Kalau ada yang mau tampil, kami terbuka saja,” katanya.

Ia juga menyebutkan bahwa Komunitas Lima Gunung dan sahabat-sahabat Studio Mendut turut meramaikan acara dengan pertunjukan nyanyian dan pembacaan puisi.

“Tema acara ini memang ‘Doa untuk Rendra’ dan diselenggarakan oleh sahabat-sahabat Studio Mendut, terutama diinisiasi oleh Pak Haris dan Pak Sutanto,” tambahnya.

Sementara itu, Sutanto Mendut, owner dari Museum Lima Gunung dan Studio Mendut, mengatakan bahwa pameran ini diharapkan mampu membangkitkan semangat yang pernah dimiliki Rendra.

Acara ditutup dengan penampilan musik dari Ryan Ajayanto dan Yogo Widodo yang melantunkan puisi-puisi karya Rendra, membawa suasana sore semakin khidmat dan mengharukan. (mg3/wq)

Penulis: Asmita Yuthia

Editor: Freddy Sudiono Uwek

CATEGORIES
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)