Patung Dewa-dewi di Klenteng Hok An Kiong Muntilan Dibersihkan Sambut Imlek

Patung dewa-dewi sedang dibersihkan menyambut Tahun Baru Imlek 2572 di Klenteng Hok An Kiong Muntilan, Sabtu (06/02/2021).

Magelang (wartamagelang.com) – Suasana mendung menggelayuti Kota Muntilan Kab. Magelang, Sabtu (06/02/2021). Tetapi hal itu tak mengurungkan niat beberapa orang melakukan kegiatan di Klenteng Hok An Kiong di kota itu.

Satu per satu patung-patung para dewa-dewi (Kim Sin) di altar diturunkan dan dipindahkan di sebuah meja kotak merah berukuran 1×1 meter di halaman tengah. Lalu debu yang menempel di patung-patung itu dibersihkan dengan kuas, tanpa memakai air.

Sebelum dibersihkan, salah seorang panitia mengatupkan 2 tangan sebagai rasa hormat di depan patung itu, sekaligus untuk memohon ijin untuk membersihkannya.

Selesai itu, semacam cairan khusus, dikuaskan dengan hati-hati ke seluruh bagian patung yang terbuat dari kayu itu. Cairan ini berfungsi untuk membuat cat dan material kayu pada patung itu tidak rusak dan semakin awet.

Ya, begitulah yang dilakukan oleh panitia pembersihan patung Dewa-dewi di klenteng di kaki Gunung Merapi itu. Sehari sebelumnya, panitia mengadakan acara kenaikan Toa Pekong ke kahyangan (Punggahan). Kenaikan dewa-dewi ke kahyangan/langit itu untuk laporan kepada Tuhan YME.

Iya, kegiatan itu untuk mengawali perayaan Tahun Baru Imlek 2572 yang jatuh 12 Februari mendatang. Dan dalam acara bersih-bersih itu mereka menghindari penggunaan air karena justru akan merusak patung itu.

“Karena patung ini terbuat dari kayu maka jangan memakai air. Kayu itu sifatnya ‘hidup’ karena terbuat dari pohon. Kalau kena air, khawatir serat kayunya merenggang dan malah membuat kayu tidak awet,” kata Budiono Raharjo, Seksi Upacara Ritual klenteng tersebut.

Budiono tak sendiri. Ia dibantu oleh beberapa pantia lainnya, tak terkecuali anaknya sendiri dan beberapa anak muda. Selesai dibersihkan, patung-patung Dewa-dewi itu dikembalikan ke altar seperti semula.

Klenteng Hok An Kiong Muntilan.

Perayaan Tahun Baru Imlek kali ini memang terasa berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Karena masih dalam suasana pandemi Covid-19, tak ada perayaan yang sifatnya mengundang massa. Termasuk tak adanya perayaan Cap Go Meh. Panitia berusaha untuk mematuhi himbauan pemerintah.

“Umat boleh berdoa kapanpun, kami (panitia) tak mengadakan doa bersama. Ini untuk menghindari kerumunan massa,” imbuh Budiono.

Dewa-dewi yang dibersihkan di klenteng yang dulu pernah bernama ‘Tri Ratna’ itu antara lain Hok Tik Cin Sien, Kwan Tee Ya, Kwee Sing Ong, Sang Budha, Kwan Si Im dan Mi Lik Hud. Total ada sekitar 15 patung dewa-dewi.

Dewa tuan rumah atau yang menjadi pujaan di klenteng ini adalah Hok Tik Cin Sien (Dewa Bumi). Patungnya digambarkan sebagai lelaki tua berwibawa dengan kumis dan jambang putih panjang menjuntai, duduk di kursi dengan lengan berkepala naga.

Ada 3 patung dewa yang penempatannya tidak di altar, tapi tepat di atas pintu masuk utama bagian tengah. Dewa-dewa itu ialah Dewa Air, Dewa Langit dan Dewa Tanah.

Ketiga dewa ini memiliki tingkatan yang lebih tinggi dibanding dewa-dewa lainnya. Karena itu penempatannya di tempat khusus. Ketiga patung dewa inilah yang membedakan dengan klenteng-klenteng lainnya.

Hio Loo atau tempat abu untuk dupa di Klenteng Hok An Kiong Muntilan yang merupakan Hio Loo terbesar di Asia Tenggara.

Klenteng Hok An Kiong berdiri pada tahun 1874 dan direhab pada tahun 1906. Sebelum klenteng berdiri, lokasi tempat ibadah ada di belakang Pegadaian Jl. Pemuda sekarang ini. Kim Sinnya bersifat klenteng perumahan. Karena makin banyaknya umat Tionghoa yang beribadah di tempat itu, lalu dibangunlah Klenteng Hok An Kiong di tempat sekarang ini.

Hok berasal dari kata Hok Tek Cing Sing atau Dewa Bumi sebagai dewa pujaan. An artinya selamat dan Kiong artinya tempat ibadah. Hok An Kiong artinya tempat ibadah yang memuja Dewa Bumi untuk mencari keselamatan.

Yang istimewa dari klenteng ini karena memiliki tempat abu untuk dupa (hio) yang disebut hio loo yang ukurannya terbesar di Asia Tenggara. Ukurannya diameter 178 cm, tinggi 158 cm dan berat 5,8 ton. Holo yang terbuat dari kuningan ini sudah ada di klenteng tersebut sejak tahun 2002 dan didatangkan langsung dari RRT (Republik Rakyat Tiongkok).

Tahun Imlek mendatang memasuki shio Kerbau Logam. Budi Raharjo (Ketua Klenteng Hok An Kiong) berharap pandemi Covid-19 segera berakhir.
“Semoga pandemi segera segera berakhir dan perekonomian segera membaik kembali,” tandasnya.
(bgs)

CATEGORIES
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)