KOMUNITAS, MODAL KEMAJUAN KOTA MAGELANG

KOMUNITAS, MODAL KEMAJUAN KOTA MAGELANG

Masyarakat madani atau civil society akan tumbuh dari komunitas-komunitas di masyarakat yang mampu berpartisipasi secara aktif dalam proses pembangunan. Di Kota Magelang ada beragam komunitas yang tumbuh dan bisa berkembang tetapi juga ada yang kemudian mengecil dan bahkan hilang atau tidak terdengar kabarnya lagi.

Komunitas-komunitas di Magelang tumbuh seiring adanya kesamaan minat dan hobi yang menjadi pengikat anggotanya. Dengan minat yang sama menjadi pemicu untuk tumbuhnya kebersamaan sebagai modal sosial dari komunitas-komunitas tersebut. Ketika tidak lagi ada kesamaan minat mungkin yang membuat beberapa komunitas berhenti.

Berdasar buku profil Kebudayaan Kota Magelang tahun 2019 yang diterbitkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, di Kota Magelang terdata ada 220 sanggar atau komunitas seni budaya dan puluhan klub hobi yang terkait seni budaya. Ada komunitas lari, bersepeda, catur, klub fitnes dan beragam kesamaan minat di bidang olahraga lainnya. Ada pula klub penghobi seperti tanaman hias, sepeda onthel, kesejarahan dan lain sebagainya. Termasuk juga yang tergabung dalam komunitas belajar dan komunitas-komunitas sosial kemasyarakatan.

Anggota-anggota komunitas juga berasal dari beragam unsur profesi serta latar belakang. Tumbuhnya kepercayaan, jaringan, kolaborasi, kohesifitas, dan keinginan untuk saling bergotong-royong menjadi modal sosial yang diwujudkan dalam bentuk kesediaan mereka untuk saling bekerjasama, saling membantu, dan saling membangun pengertian di antara sesama anggota komunitas.

Menurut Etienne Wenger, seorang praktisi pendidikan komunitas dalam bukunya Communities of Practice terbitan tahun 1998 menyatakan bahwa komunitas merupakan kelompok sosial yang memiliki habitat lingkungan dan ketertarikan yang sama dalam ruang lingkup keyakinan atau kepercayaan maupun ruang lingkup yang lainnya. Dengan saling berkelompok akan muncul kesadaran bersama untuk saling belajar dalam meningkatkan pengetahuannya.

Keberadaan beragam komunitas yang tumbuh bak jamur di Kota Magelang memberi tanda adanya kehendak untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses pembangunan. Baik dalam pembangunan fisik di lingkungan sekitarnya maupun pembangunan non fisik seperti sumber daya manusia yang ada di masyarakat.

Sebagaimana diketahui, partisipasi dalam pembangunan memerlukan keterlibatan masyarakat secara aktif. Dengan keaktifan partisipatif masyarakat yang meningkat ada harapan hasil-hasil pembangunan selaras dengan kebutuhan yang ada di masyarakat. Pertanyaan/pertanyaan yang bisa muncul kemudian adalah sebetulnya aktif untuk tujuan apa? Apa manfaat keaktifan komunitas dalam pembangunan?

Ada beberapa manfaat yang bisa didapatkan ketika saling terhubung dalam suatu komunitas. Pertama yaitu sebagai wahana penyebaran informasi. Bagi komunitas pecinta burung, segala informasi yang berkaitan dengan burung akan dengan cepat beredar di dalam komunitas tersebut. Demikian juga di komunitas-komunitas lainnya.

Kemudian, manusia merupakan mahkluk sosial yang artinya manusia membutuhkan manusia lainnya dalam hidupnya. Dengan adanya komunitas maka antar sesama anggota bisa menjalin relasi yang lebih baik satu dengan yang lainnya.

Ketiga, karena adanya minat atau ketertarikan yang sama dalam bidang tertentu maka setiap anggota komunitas bisa saling memberi dukungan. Selain mendukung sesama anggotanya, suatu komunitas juga bisa membantu orang lain di luar komunitas tersebut.

Dengan semakin banyaknya komunitas yang tumbuh di masyarakat terutama di Kota Magelang akan memantik munculnya masyarakat madani (civil society) yang kuat dan berdaya. Yaitu, masyarakat yang berbudi luhur, beradab, dan erat dalam ikatan sosial dan budayanya. Dengan berkomunitas akan terjalin nilai-nilai hubungan sosial seperti toleransi, menerima keberagaman sebagai bagian dari tumbuhnya ikatan keadaban masyarakat atau bond of civility.

Reno Ranuh, dalam sebuah diskusi yang diadakan oleh Paguyuban Olahrasa Hayuningbawana (POH) yang diadakan di selasar bangunan GPIB, Reno Ranuh menyampaikan pentingnya akan kesadaran terhadap apa yang ada di lingkungan sekitar kita. Dengan kesadaran tersebut bisa memunculkan rasa kebersamaan sebagai warga. Sebagaimana kesadaran kita akan keberadaan alun-alun kota yang mencerminkan nikai-nilai luhur yang ada di Pancasila.

“Kita berharap agar komunitas-komunitas bisa dapat menyampaikan pendapat, gagasan serta dapat memberi kontribusi penguatan ketahanan bangsa melalui ketahanan wilayah di mana kita berada. Bagaimana pentingnya Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebetulnya sudah tergambar di alun-alun sejak ratusan tahun yang lalu. Tercermin dalam perilaku manusianya serta keberadaan bangunan-bangunan tempat ibadah dan cagar budaya yang ada di sekitar alun-alun. Selayaknya alun-alun dan sekitarnya menjadi semacam kampung besar yang mencerminkan Pancasila. Dengan kata lain menjadi Kampung Pancasila untuk kita semua.” ujar dokter spesialis bedah tulang yang juga Ketua Dewan Penasihat dari POH, Paguyuban Olahrasa Hayuningbawana.

Senada dengan itu, Priyo Pratikno, Ketua Harian POH yang juga dosen arsitektur di UII menyambungkan bahwa POH sendiri merupakan salah satu komunitas yang konsen pada penguatan gerakan-gerakan inklusi yang ada di kota Magelang. Terkait pengembangan dan pembangunan yang ada di alun-alun kota dan sekelilingnya perlu memperhatikan unsur-unsur kesejarahan dan filosofi yang sudah terbangun sejak adanya alun-alun. Di samping itu juga perlu memperhatikan modal sosial yang sudah ada semacam komunitas-komunitas yang ada disekitar alun-alun dalam pengembangan dan pembangunannya. Dengan itu semua akan menghindarkan kita dari rasa kehilangan atau terlupakan, efek dari pembangunan yang terjadi.

“Contohnya, dulu komunitas-komunitas bisa dengan mudah menggunakan alun-alun dalam berbagai kegiatan komunitas tetapi sekarang berbeda karena adanya pembangunan. Dengan adanya keterlibatan partisipatif dari komunitas-komunitas tentu akan menimbulkan rasa memiliki sehingga hasil pembangunan yang ada bisa lebih berdaya guna.” sambung pria kelahiran kampung Sanggrahan kelurahan Wates ini.

Sebagaimana bisa dipahami modal sosial adalah sumberdaya  yang muncul dari hasil interaksi dalam suatu komunitas, baik antar individu maupun institusi yang melahirkan ikatan emosional berupa kepercayaan, hubungan-hubungan timbal balik, dan jaringan-jaringan sosial, nilai-nilai dan norma-norma bersama yang menjadi perekat antar anggota komunitas yang berguna untuk koordinasi dan kerjasama dalam mencapai tujuan bersama.

Modal sosial juga busa menjadi modal dasar yang mempunyai peran utama bagi pembangunan di segala bidang. Dengan besarnya modal sosial yang ada di setiap komunitas di Kota Magelang, menjadi kunci utama dalam menghidupkan pembangunan menjadi lebih hidup.

Bisa jadi dengan memasukkan modal sosial dalam variabel pembangunan di Kota Magelang akan menjadi faktor penting dalam efisiensi dan efektifitas  kebijakan pembangunan di Kota Magelang, kota jasa yang maju, cerdas, relijius, dan melayani untuk semua. (MN)

CATEGORIES
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)