Festival Payung Indonesia (Fespin) ke-9 Digelar di Pura Mangkunegaran Solo

KGPAA Mangkunegara X (kiri) didampingi Heru Mataya (kanan) menutup Festival Payung Indonesia 2022 (Fespin) persembahan Mataya Arts & Heritage untuk kembali menyongsong festival di tahun 2023, minggu (04/09/2022). (Foto : fb Heru Mataya)

Festival Payung Indonesia (Fespin) ke 9 digelar di Pura Mangkunegaran Solo 2-4 September 2022 lalu. Acara bertajuk The Kingdom & Umbrella ini beruntung sekali digelar di tempat yang indah dan memiliki sejarah panjang.

Pada bagian latar depan pura, terpasang sekitar 20 motif Pura Mangkunegaran, salah satunya Songsong. Yang dibuat replikanya dengan ukuran diameter 6 meter, yang dibuat untuk edukasi.

Pada festival kali ini hadir peserta dari berbagai negara seperti dari India, Thailand dan Spanyol. Termasuk 58 kota/kabupaten di Indonesia hadir dalam perhelatan pertunjukkan maupun pameran seperti dari Lampung, Jogja, Bandung, Wonosobo, Magelang, Jakarta dan lain-lainnya.

Heru Mataya dari Mataya Arts & Heritage selaku penyelenggara mengatakan jika acara tersebut merupakan upaya pelestarian payung tradisi.

“Ini adalah salah satu upaya melestarikan payung tradisi kita sekaligus mengkreasikan dengan media baru,” ungkap Heru, minggu (04/09/2022).

Sebagai contoh pengrajin boneka karya seorang artisan yang dikolaborasikan dalam payung sebagai media baru.

“Ini adalah sebuah contoh dari upaya mengembangkan payung tradisi sejauh mungkin. Sebuah upaya pelestarian dan kreatifitas menjadi satu,” imbuh Heru.

Jadi Fespin ini merupakan jalan sunyi bagi upaya pelestarian payung tradisi dimana selama ini baik di desa dan kota, payung-payung tradisi ini terpinggirkan.

“Maka dengan gelaran acara ini diharapkan payung-payung tradisi menjadi salah satu pusaka budaya kita,” tuturnya.

Kalau dilihat 80 % pengunjung adalah anak-anak muda, ini berarti payung tradisi kita menjadi menarik dan menjadi budaya baru anak-anak muda kita.

Putri Listyandari dari Eco Culture berfoto bersama KGPAA Mangkunegara X dalam gelaran Festival Payung Indonesia 2022. (Foto : ig Eco Culture)

Salah satu peserta pameran Putri Listyandari dari Eco Culture Kampung Laweyan Solo, mengkreasikan antara aksara Jawa dengan media payung. Dengan telaten ia menulis aksara Jawa yang berasal dari manuskrip lama ke atas payung.

“Aksara-aksara Jawa ini bukan sekadar tulisan biasa, tapi ada nilai falsafahnya,” ungkap Putri Listyandari.

Festival Payung Indonesia yang digelar sejak 2014 itu merupakan salah satu festival yang masuk dalam Kharisma Event Nusantara (KEN) 2022. Pertama kali digelar di Bale Kambang, Candi Borobudur, Candi Prambanan dan kini diadakan di Pura Mangkunegaran.

Festival seperti ini selain sebagai salah satu upaya pelestarian payung tradisi, juga diharapkan mampu mendongkrak ekonomi masyarakat. (bgs)

CATEGORIES
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)