Dedok Lukis Keberagaman dan Kebhinnekaan Kota Magelang dalam Kanvas

Walikota Magelang Muchammad Nur Azis bersama seniman asal Bali yang tinggal di Magelang I Made Arya Dwita Dedok yang melukis di kanvas secara ‘on the spot’ di titik 0 (nol) kilometer Kota Magelang, Jawa Tengah, Kamis (10/06/2021).

Adanya klenteng, masjid dan gereja di sekitar Alun-alun, ibaratnya Kota Magelang menjadi Indonesia kecil dan menjadi contoh kebhinnekaan dan keberagaman.

Hal itu pula yang menginspirasi seniman asal Bali yang tinggal di Magelang I Made Arya Dwita Dedok melukis di kanvas secara ‘on the spot’ di titik 0 (nol) kilometer Kota Magelang, Jawa Tengah, Kamis (10/06/2021).

“Saya ingin menyebarkan cinta kasih kepada sesama agar kita hidup dengan cinta, keberagaman dan toleransi,” ungkap Dedok.

Dengan berpakaian putih-putih ala Bali dan mawar merah di dahinya, jemari Dedok begitu lincah melukis dengan cat akrilik di atas kanvas putih berukuran 2×1,45 meter. Lukisannya berjudul “Magelang in Love” yang menggambarkan antara lain berupa Gapura Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi gerbang kawasan Pecinan, Klenteng Liong Hok Bio, dan Masjid Agung Kauman.

Yang menarik, melukis ‘on the spot’ tersebut dilakukan Dedok tepat di hari ulang tahunnya yang ke 50 yang jatuh pada 10 Juni 2021. Karena suatu hal yang langka, tak sedikit masyarakat Magelang yang berhenti sejenak menyaksikan acara yang jarang disaksikan ini.

Sementara itu, Walikota Magelang dr. Muchammad Nur Azis mengapresiasi kegiatan yang dilakukan oleh Dedok tersebut.

“Boleh, jadi kita harus membiasakan diri bahkan kita akan mencintai semua kesenian di Kota Magelang. Apalagi mas Made ini (Dedok) sudah membuat kreativitas seperti ini, harus kita dukung, jangan dicegah,” ungkapnya.

Bahkan Azis pun mendukung jika para seniman melakukan di tempat-tempat lain di kota yang dipimpinnya ini.

“Dan di tempat-tempat lain kita persilahkan. Kota Magelang harus menjadi kota seni budaya, tidak hanya bangunan-bangunan mati tapi seni-seni juga harus hidup,” imbuhnya.

Kepala Bidang Kebudayaan Dikbud Kota Magelang, Sugeng Priyadi mengatakan, jika pihaknya berusaha untuk tidak membatasi ruang atau tempat bagi para seniman.

“Pada prinsipnya berkarya, berseni bisa di mana-mana, kalau perlu di ruang-ruang publik, yang penting koordinasi dengan aparat. Sesungguhnya ruang terbuka itu milik rakyat, milik siapa pun,” katanya.

Tepat di hari ulang tahunnya yang ke 50 yang jatuh pada 10 Juni 2021, seniman asal Bali yang tinggal di Magelang I Made Arya Dwita Dedok melukis di kanvas berjudul ‘Magelang in Love’ yang menggambarkan keberagaman dan kebhinnekaan Kota Magelang.

Sementara itu, pegiat seni budaya sekaligus Koordinator Komunitas Pinggir Kali, Muhammad Nafi mengatakan jika kawasan Alun-alun dengan berbagai tempat ibadah ini ibarat Kampung Pancasila.

“Jantung kota kita ini (Alun-alun) menjadi Kampung Pancasila yang menjadi pegangan bersama,” tuturnya.

Menurut Nafi, sebutan Kampung Pancasila berasal dari dr. Reno Ranuh, seorang dokter bedah yang tinggal di Magelang, pada tahun 2017.

“Bahwa sudah ratusan tahun Kampung Pancasila itu sudah terbangun. Kota Magelang bisa menjadi inspirasi bagi kota-kota lain dalam hidup berdampingan dengan rukun,” kata Reno. (bgs)

CATEGORIES
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)