Presiden Turki Erdogan Disuntik Vaksin Covid-19 Buatan Sinovac

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menerima suntikan vaksin Sinovac pada 14 Januari 2021 (AP PHOTO/Turkish Presidency/Pool)
TURKI (wartamagelang.com) – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendapatkan dosis pertama vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan farmasi China, Sinovac.
Mengenakan kaus berwarna hitam, Erdogan termasuk dalam 83 juta yang menerima vaksinasi, meski data terkait efikasi masih diperdebatkan. Presiden 66 tahun itu datang ke rumah sakit di Ankara bersama rombongan pengawal, dan keluar sekitar satu jam kemudian.
Kepada awak media, dirinya menekankan pentingnya pejabat negara memberikan contoh dengan mendapatkan vaksin. “Masih ada orang yang berkampanye negatif (mengenai vaksinasi). Tapi saya yakin akal sehat akan menang,” tegas Erdogan. Di saat dia berbicara itulah, lengannya disuntik oleh dokter, dengan seorang perawat berusaha melemaskan lengan itu. Kepada awak media selepas vaksinasi, dia menyerukan kepada semua pemimpin politik agar secara sukarela divaksin.
Berdasarkan sebuah jajak pendapat yang digelar pada November, sekitar setengah dari respons mengaku tidak ingin mendapat vaksin Covid-19. Otoritas kesehatan pun bekerja keras selama dua pekan untuk memeriksa keselamatan vaksin yang diproduksi Sinovac. Berdasarkan data awal dari 7.371 relawan, vaksin yang berasal dari China itu menunjukkan efektivitas 91,25 persen.
Namun dalam uji coba skala luas di Brasil, ternyata efikasi dari Sinovac hanya 50,4 persen. Sementara di Indonesia 65,3 persen. Seperti yang dikutip dari kompas.com yang melansir dari AFP Kamis (14/1/2021), data yang berbeda-beda menimbulkan perdebatan mengenai transparansi dari Sinovac. Recep Demirhan, kepala dokter di Istanbul meminta publik untuk tidak khawatir, karena tenaga kesehatan sepertinya juga divaksin.
Sejumlah dokter dan perawat yang mengantre untuk divaksin mengaku lega karena mendapatkan vaksin virus corona. Selama satu tahun ke belakang, mereka berjuang melawan corona yang sudah membunuh 23.000 orang di Turki, dan membuat rumah sakit di ibu kota penuh. “Kami sudah berjuang untuk jangka waktu yang lama,” kata Nimeat Aktasa, seorang tenaga medis di rumah sakit Ankara. Setelah program vaksinasi terhadap 1,1 juta garda medis terpenuhi, fokus pemerintah beralih ke pekerja esensial, dan lansia di atas 65 tahun. (wq)