Bioskop Kresna, Sang Legenda Perbioskopan di Magelang

Suasana Bioskop Kresna di Jl. Pemuda Pecinan Kota Magelang di tahun 1960-an.


Bagi masyarakat di Kota Magelang, tentu tidak asing lagi dengan Bioskop Kresna. Bioskop legendaris di pojok Aloon-aloon, tepat di gerbang Pecinan ini begitu populer khususnya untuk generasi usia 40 tahun ke atas.

Bentuk bangunan yang khas menjadi penanda akan keberadaan bioskop ini.
Sejak beroperasi di tahun 1955, bioskop ini menjadi tempat terfavorit buat mencari hiburan. Bioskop ini berdiri di atas bekas apotik legendaris di jaman Belanda yaitu Apotik van Gorkom.

Tidak bisa dipungkiri bahwa bioskop Kresna menjadi saksi sejarah kota kita selama 40 tahun.

Sejak Liem Ting Lok memimpin kongsi 12 orang untuk mendirikan bioskop ini pada 1955, bioskop Kresna mampu menjadi idola masyarakat dalam rentang tahun 1955 hingga 1995.

Bah Ting Lok, demikian sapaan akrab Liem Ting Lok, juga menjadi pengurus Bioskop Globe yang ada di Jl. Tidar. Rumahnya terletak di Jl. Kawatan no. 2 (kini Jl. Sigaluh), persis di belakang Bioskop Kresna.

Berbagai film ditayangkan, baik film lokal, India (Bolywood), Hongkong (Mandarin) maupun Amerika (Holywood). Terlebih saat liburan lebaran, dapat dipastikan jika bioskop ini dipenuhi dengan antrian masyarakat.

Misalnya saja di awal era tahun 1990an, film Warkop DKI, SAUR Saur Sepuh, Tutur Tinular dll yang mampu menghibur penonton. Tidak ketinggalan lagu, tarian dan deretan artis-artis cantik dalam film Bolywood India selalu di tunggu oleh masyarakat.

Harga tiket yang terjangkau untuk kalangan masyarakat, membuat Bioskop Kresna selalu dijubeli penonton. Separo harga jika yang nonton adalah pelajar, cukup memakai kartu OSIS saja. Misalnya harga tiket untuk umum Rp 300,- maka harga untuk pelajar bisa Rp 100 hingga Rp 150,-. Benar-benar murah meriah untuk ukuran saat itu.

Terlebih dalam sehari ada beberapa kali jam tayang, dimana di akhir pekan ada tambahan jam tayang.

Bahkan karena saking antusiasnya masyarakat dalam menonton, dimanfaatkan oleh para calo karcis untuk mendapatkan keuntungan. Caranya, karcis seharga Rp 300,- dijual kembali kepada calon penonton yang tidak kebagian karcis menjadi Rp 325,- hingga Rp 350,-, tergantung dari jenis filmnya.

Repotnya jika para calo karcis ini sudah membeli karcis tapi diluar dugaan ternyata pembelinya sedikit. Bukannya untung tapi malah buntung.


Suasana Bioskop Kresna tahun 1971.

Penonton di bagi dalam beberapa kelas yaitu kelas 1, 2 dan 3. Kelas di bagi menurut posisi duduk. Kelas 1 posisi duduk di paling belakang dan letaknya paling atas. Kelas 2 di tengah-tengah dan kelas 3 tepat didepan layar. Posisi kelas mempengaruhi harga tiket, kelas 1 paling mahal dan kelas 3 tentu saja yang paling murah.

Kursi kayu dengan alas dan sandaran memakai rotan menjadi tempat duduk yang kurang nyaman buat penonton karena seringkali menjadi tempat hidup buat si kutu tengil yang disebut dengan “tinggi”. Bisa dipastikan sehabis menonton, pantat pengunjung pada bentol-bentol merah dan gatal karena di gigit oleh si kutu ini.

Kadang kala, tikus berseliweran di antara kaki pengunjung yang membuat makin tidak nyaman. Tetapi cerita ini menjadi kenangan tersendiri buat masyarakat yang pernah menikmatinya.
Banyak pedagang kecil ikut mengais rejeki di muka bioskop. Diantaranya berjualan obat, nomer buntut SDSB, makanan kecil, dll. Benar-benar bioskop Kresna mampu menjadi daya tarik tersendiri dan memberi rejeki buat sebagian kalangan masyarakat.

Di era kejayaannya, Bioskop Kresna tidaklah sendiri menghibur masyarakat melalui tayangan layar lebarnya. Di sebelah utara ada Bioskop Rahayu (dahulu Roxy dan Abadi), ada Magelang dan Tidar Theater, ada Bioskop Bayeman di jalan Bayeman, ada Bioskop Globe atau Bima di kawasan Ampera jalan Tidar kini, dsb.
Jauh sebelumnya di jaman Belanda ada Bioskop Roxy dan Alhambra di Panti PERI di Botton.

Kemunculan televisi swasta di awal tahun 1990an membuat industri perbioskopan menjadi lesu. Yang pada akhirnya Bioskop Kresna menutup layarnya pada tahun 1995 setelah 40 tahun menghibur masyarakat Magelang.

Komparasi Bioskop Kresna tahun 1960-an dan 2018.

Selama rentang 22 tahun kondisi gedung bioskop ini mangkrak (1995-2017). Sekitar 3 tahun lalu bagian dalam bioskop di bongkar, hanya menyisakan fasad depan saja.

Bioskop Kresna dan bioskop lainnya bukan sekadar menjadi pusat hiburan dari masyarakat, bukan pula cuma menjadi saksi perkembangan kota tetapi juga menjadi salah satu bagian memori kolektif warganya dari masa ke masa.
(bgs)

CATEGORIES
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)