Tidar Campur, Kampung Penuh Potensi

Kebun anggrek yang menjadi salah satu potensi unggulan di Kampung Tidar Campur Kel. Tidar Selatan Kota Magelang.

Kampung memiliki beberapa arti, antara lain suatu daerah, di mana terdapat beberapa rumah atau keluarga yang bertempat tinggal di sana.

Ada kemungkinan kata kampung diambil dari bahasa Portugis; campo, tempat perkemahan. Nama-nama daerah di Kamboja sering disebut ‘kompong’ yang merupakan sebuah distrik sering kali juga dipakai sebagai nama provinsinya. Istilah kampung dalam bahasa Aceh disebut ‘gampong’ dan dalam bahasa Minang disebut ‘kampuang’. Istilah kampung biasanya disingkat dengan Kp (di Indonesia) atau Kg (di Malaysia).

Kampung memiliki karakter dan potensi yang berbeda-beda yang menjasi ciri khas dan pembeda debgan kampung lainnya, sebagaimana yang ada di Kampung Tidar Campur. Selama ini, kampung yang masuk wilayah Kel. Tidar Selatan Kota Magelang ini lebih populer sebagai kampung warna-warni. Konsep kampung bak pelangi ini memang mampu menarik minat pengunjung. Tak sedikit pengunjung yang menjadikan kampung ini sebagai lokasi kunjungan.

Selain itu, kampung yang berada di paling pojok tenggara di kota berjuluk ‘Sejuta Bunga’ ini rupanya memiliki potensi yang tersembunyi. Misalnya saja kampung ini memiliki kebun anggrek, pengelolaan IPAL pabrik tahu dan pengolahan sampah TPST.

Seperti disampaikan oleh Ketua RW 1 Deni Redi (35) yang ditemui (17/08/2020).
“Kampung kami memiliki banyak potensi. Tiga potensi utamanya yaitu kampung warna-warni yang pernah nge-hit, lalu ada kampung anggrek dan kampung tahu. Selain itu ada TPST 3R,” tuturnya.

Kampung warna-warni sendiri mulai dirintis pada 2016, dan masih populer hingga kini. Yang unik lagi, di dalam kampung ini terdapat masjid berbentuk Ka’bah. Nama lengkap masjid berwarna hitam ini yakni Ash Shirath yang baru selesai dibangun 1 Ramadan 1441H/2020 lalu. Pengerjaan masjid ini memakan waktu selama enam bulan dan dibangun mulai 27 Oktober 2019.

Masjid dibangun dengan ukuran bangunan utama 6×7,5 meter, tinggi 5,30 meter, dan lebar 6,8 meter. Bentuknya pun mirip dengan aslinya di Masjidil Haram Mekkah.

Pada bagian atas terdapat ukiran kaligrafi berwarna emas dengan kalimat asmaul husna mengelilingi bangunan utama dan kalimat syahadat di bagian temboknya yang berwarna hitam kelam. Bentuk Ka’bah lengkap dengan adanya hajar aswad di pojok timur laut.

Untuk menambah suasana religius, pada bagian tembok yang berbatasan dengan makam dilukis gambar bertema kisah kenabian. Lukisan tembok itu berupa kisah ketika Ka’bah diserang oleh pasukan gajah. Terlihat burung ababil membawa kerikil dari neraka dan dijatuhkan ke pasukan gajah.

Proses pembuatan lukisan di tembok

Potensi lainnya adalah kebun anggrek yang berdiri di atas lahan seluas 900 meter persegi. Letaknya sangat nyaman karena berada di bawah kerindangan pepohonan.

Munadi (45), pengelola kebun anggrek mengatakan, kebun anggrek yang dikelolanya memiliki 2000 bibit anggrek yang berada di 3 tempat di lokasi itu. Bibit anggrek itu dirawat dari kecil.
“Saat ini anggreknya sudah besar dan sudah ada yang mulai berbunga,” tutur Munadi.

Untuk membuat makin nyaman, sebuah gazebo kayu berdiri yang bisa digunakan untuk pertemuan kecil atau istirahat para pengunjung.

Adanya kebun anggrek ini menjadi salah satu poin penting dalam penilaian Evaluasi Perkembangan Desa dan Kelurahan Tingkat Jateng 2019 yang menjadikan Kampung Tidar Campur masuk tiga besar Jateng.

TPST 3R di Kampung Tidar Campur.

Persis di bawah dari kebun anggrek yang berbatasan dengan Kali Elo, terdapat TPS 3R (Tempat Pengelolaan Sampah) dan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah).

Deni Redi juga menambahkan jika sampah rumah tangga sebelum dibuang di tempat sampah, dipilah terlebih dahulu oleh ibu rumah tangga. Hasilnya lalu disetorkan dan ditabung di bank sampah.

Sisanya lalu diambil oleh petugas TPS 3R seperti sampah organik (daun-daun) ataupun non organik (kaleng dll). Sampah organik inilah yang diolah menjadi pupuk organik/kompos.
“Komposnya dipergunakan untuk memupuk taman organik milik warga,” imbuh Deni Redi.

Persis di bawah TPST terdapat IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) yang merupakan bantuan dari pemerintah Propinsi Jawa Tengah. IPAL ini untuk menampuh air limbah dari 35 pabrik tahu yang ada di kampung ini. Sebelumnya, air limbah dibuang langsung di Kali Elo sehingga menimbulkan pencemaran sungai.

IPAL ini akan menghasilkan biogas yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar untuk pengolahan tahu.

IPAL dari air limbah pabrik tahu

Kampung Tidar Campur memiliki banyak potensi. Sudah selayaknya potensi itu dikembangkan dan ditingkatkan agar membawa kesejahteraan bagi masyarakat, dan kemajuan bagi kota tercinta, Magelang.

CATEGORIES
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)