Pesan Kuat Film ‘Tersembunyi’, Tarik Hati Dewan Juri Memilihnya
KOTA MAGELANG (wartamagelang.com) – Video kreatif karya Ruang Jeda asal Wonosobo berjudul ‘Tersembunyi’, menarik hati dewan juri. Pesan kuat video tersebut, akhirnya mentahbiskannya menjadi juara pertama video terbaik dalam lomba video yang diadakan PWI Kota Magelang.
Lomba video diadakan selama bulan Maret lalu dalam rangka memperingati HPN 2021 dengan tema ‘Prokes dan Kebangkitan Ekonomi. Lomba ini diikuti peserta dari Sumatera, Kalimantan, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan bahkan Sulawesi.
Video karya tim kreatif Ruang Jeda asal Ngaglik, Pancurwening, Wonosobo ini menyisihkan puluhan peserta yang datang dari berbagai daerah di Indonesia.
“Total ada 53 karya yang dikirimkan ke panitia sampai batas akhir pengiriman 31 Maret lalu. Asal peserta yang beragam menandakan lomba yang kita adakan disambut sangat antusias dan tidak menyangka bisa diikuti sebanyak itu, karena memang baru perdana diadakan,” ujar Koordinator Lomba, Asef F Amani, Minggu (18/04/2021).
Dari catatan sinopsis pengirim, video ‘Tersembunyi’, bercerita tentang kehidupan Bayu, pelajar SMA yang bapaknya seorang security dan ibunya hanya ibu rumah tangga. Ayah Bayu baru saja terkena PHK, padahal menjadi tulang punggung keluarga.
Sekolah Bayu yang biasanya secara tatap muka, sekarang diganti dengan sistem daring/online. Suatu hari kuota internet si Bayu habis dan dia hendak meminta uang kepada orang tuanya. Tetapi ke dua orang tuanya sama sekali tidak punya uang untuk membeli kuota internet Bayu. Bayu pun mendengar percakapan ke dua orang tuanya di saat Bayu sedang membuat teh.
Si Bayu pun menuju ke ruang belajar, Bayu tidak tega mau minta uang karena orang tuanya sedang tidak punya pegangan uang. Di pojok ruang belajarnya, Bayu menemukan mesin jahit yang terbengkalai selama beberapa tahun, dulu ibu Bayu adalah seorang penjahit, ia berhenti menjahit karena mesin jahitnya rusak, Bayu pun mencoba menyervice mesin jahit tersebut.
“Ternyata mesin jahit itu setelah diservice bisa di gunakan lagi. Dan Ibu Bayu bisa menjadi tukang jahit seperti dulu lagi. Perlahan, kehidupan keluarga Bayu pun bangkit kembali dari keterpurukan,” kata wartawan asli Jawa Barat itu.
Asef menyebutkan, adapun yang menjadi juara 2 lomba ini adalah Imam Satrio dengan karya berjudul ‘Satu Hari di Malioboro’. Peserta asal Mejing Wetan, Gamping, Sleman Yogyakarta ini mengusung cerita perjalanan di Malioboro saat pandemi Covid-19. Ia merekam segala aktivitas yang ada di jantung Kota Yogyakarta itu.
Sementara untuk juara 3 diraih oleh peserta asal Magelang yang membuat karya berjudul ‘Anak Kost’. Seperti judulnya, video ini bercerita seputar kehidupan anak kost yang sempat tidak bisa membayar uang sewa, karena pekerjaan sedang seret.
“Tapi kemudian, anak kost dalam film itu diceritakan bangkit dari keadaan dengan cara berjualan aneka jenis makanan produksi UMKM. Perlahan usahanya sukses dan mereka pun bisa mbayar uang kost,” jelas Asef.
Sementara, salah satu dewan juri, Freddy Sudiono, menilai, ketiga juara memang pantas menjadi yang terbaik. Sebab, dari isi film atau video sudah sesuai dengan tema.
“Penilaian lainnya dari ide, semiotika film, teknik, dan lainnya. Dibandingkan peserta lain, ketiganya yang terbaik. Hal ini bukan berarti karya peserta lain kurang baik, tapi itulah yang kami cari dari lomba ini,” paparnya.
Sebelum menentukan tiga pemenang, imbuh Freddy, dewan juri yang terdiri dari tiga orang, yaitu Freddy Sudiono Uwek, Gepeng Nugroho dan Amalia Ila Diastri, memilih 10 karya terbaik yang langsung ditayangkan di kanal YouTube PWI Kota Magelang. Dari 10 karya terbaik itulah dipilih tiga pemenang untuk mendapatkan hadiah berupa piala eksklusif, piagam, voucher hotel bintang empat, dan uang pembinaan masing-masing Rp 1,5 jt, Rp 1 jt, dan Rp 750.000.
“Melalui lomba ini, kami harap menjadi penyemangat teman-teman pembuat film untuk terus berkarya di tengah pandemi. Sekaligus menjadi penyemangat masyarakat bahwa, kita pasti bangkit dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19 ini,” ungkapnya (coi/aha)