Melalui BPJS Kesehatan, Ziddane Rasakan Negara Hadir untuk Masyarakat

KEHADIRAN NEGARA : Muhammad Ziddane, mahasiswa usia 21 tahun asal Magelang menyampaikan BPJS Kesehatan itu bukan cuma kartu, tapi bentuk nyata dari kehadiran negara (Dok istimewa)
MAGELANG (wartamagelang.com) – Saat penyakit datang tanpa aba-aba, tak ada yang lebih melegakan selain tahu bahwa biaya perawatan sudah terjamin. Itulah yang dialami oleh Muhammad Ziddane, seorang mahasiswa usia 21 tahun asal Magelang, yang dua kali menjalani rawat inap akibat Demam Berdarah Dengue (DBD), dan semuanya ditanggung penuh oleh BPJS Kesehatan.
Ziddane telah terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan segmen Pekerja Penerima Upah (PPU) Swasta sejak enam tahun lalu, saat masih remaja dan didaftarkan bersama keluarganya oleh pihak perusahaan tempat orang tuanya bekerja. Namun, baru saat ia terbaring lemah karena serangan DBD, ia benar-benar merasakan manfaat besar dari kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Kisahnya dimulai saat suatu hari Ziddane mengalami demam tinggi, kepala pusing, dan mata berkunang-kunang. Kondisinya tak kunjung membaik meskipun telah diberi obat dari klinik. Setelah menjalani pemeriksaan lanjutan dan hasil laboratorium keluar, ia dinyatakan positif DBD dengan trombosit turun drastis di bawah 20.000. Ia pun dirujuk ke sebuah rumah sakit di Magelang dan menjalani perawatan intensif selama sepekan.
“Saya benar-benar merasa terbantu waktu itu. Dari awal masuk hingga pulang, semua biaya ditanggung BPJS. Tidak ada iuran biaya sama sekali,” ujar Ziddane.
“Pelayanan yang diterima pun memuaskan. Perawat dan dokter sangat sigap, dan saya tidak pernah diperlakukan berbeda hanya karena saya peserta BPJS,” tambahnya.
Beberapa bulan berselang, kejadian serupa kembali terjadi. Sepulang dari study tour di Bali, Ziddane kembali mengalami gejala DBD. Tanpa menunda waktu, ia langsung menuju rumah sakit yang sama, dan kembali dirawat selama enam hari.
“Saya pikir kejadian pertama itu sudah cukup, tapi ternyata DBD datang lagi. Untungnya, lagi-lagi BPJS Kesehatan hadir dan menanggung semua biaya,” katanya.
Kedua pengalaman itu membuka mata Ziddane tentang pentingnya perlindungan kesehatan, terutama dalam situasi tak terduga. Ziddane mengaku tak menemukan kesulitan berarti selama memanfaatkan layanan BPJS Kesehatan. Dari proses pendaftaran ulang di rumah sakit, klaim, hingga kepulangan, semuanya berjalan lancar.
“Administrasinya tidak ribet. Saya cukup tunjukkan kartu JKN, selebihnya dibantu oleh petugas rumah sakit,” jelasnya.
Ia juga menegaskan bahwa tidak ada perbedaan perlakuan antara peserta JKN dari segmen yang berbeda.
“Saya lihat sendiri, entah itu peserta mandiri, pemerintah, atau dari perusahaan seperti saya, semuanya dilayani dengan setara dan profesional,” ucapnya.
Menurutnya, inilah kekuatan utama dari sistem JKN yaitu memberikan rasa aman dan keadilan bagi seluruh lapisan masyarakat, tanpa memandang latar belakang ekonomi atau jenis kepesertaan.
Meskipun mayoritas pengalamannya positif, Ziddane menyebut ada ruang perbaikan pada sisi digital layanan. Ia pernah menggunakan aplikasi Mobile JKN untuk mengecek status kepesertaan dan mengambil antrean, namun beberapa kali mengalami kendala teknis.
“Aplikasinya sudah cukup membantu, tapi kadang lambat atau error. Harapannya sih bisa terus ditingkatkan supaya makin stabil, karena itu penting banget buat kami yang aktif berobat atau kontrol rutin,” ujarnya.
Ziddane menegaskan, sebagai peserta yang iurannya ditanggung perusahaan, ia sadar bahwa kontribusi kecil yang dibayarkan tiap bulan mampu menghasilkan manfaat luar biasa saat dibutuhkan.
“Kalau dihitung-hitung, biaya opname satu minggu itu mungkin setara dengan iuran BPJS lima tahun. Jadi wajar kalau saya sangat bersyukur punya BPJS,” katanya penuh keyakinan.
Ia berharap masyarakat lainnya juga menyadari pentingnya menjadi peserta JKN, dan tidak menunggu sampai sakit baru mendaftar.
Sebagai generasi muda yang aktif dan produktif, Ziddane melihat kehadiran BPJS Kesehatan sebagai hal yang penting dalam masyarakat. Baginya, program JKN bukan sekadar layanan kesehatan, melainkan jaminan hidup yang membuatnya merasa aman dan dilindungi.
“Saya berharap BPJS Kesehatan terus ada, terus diperbaiki layanannya, terutama untuk generasi kami yang masih punya jalan panjang. Program ini penting banget untuk menjamin kesehatan, bukan hanya saat darurat, tapi juga untuk pencegahan dan pengobatan ringan di faskes pertama,” tuturnya.
Di akhir wawancara, Ziddane memberikan testimoni positif tentang BPJS Kesehatan. Menurutnya, BPJS Kesehatan bentuk nyata dari kehadiran Negara.
“BPJS Kesehatan itu bukan cuma kartu, tapi bentuk nyata dari kehadiran negara. Saat saya sakit, negara hadir melalui program ini. Saya berharap semakin banyak orang sadar dan ikut program ini, karena manfaatnya jauh lebih besar daripada yang kita bayangkan,” tandasnya (adv/had/aha)