Lahir dari Keluarga Kekurangan, Fitriya Ningrum Buktikan Berhasil Jadi Wisudawan Terbaik

WISUDAWAN TERBAIK : Wisudawan terbaik Fitriya Ningrum usai diwisuda (Hadianto/wartamagelang.com)

KOTA MAGELANG (wartamagelang.com) Berasal dari keluarga yang terbilang kekurangan, justru menjadi motivasi tersendiri bagi Fitriya Ningrum, mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Untidar. Dirinya berhasil mendapatkan IPK 3,92, dan menempatkannya sebagai wisudawan terbaik, serta tampil di podium menjadi wakil wisudawan.

Fitriya Ningrum hanya bisa mengusap airmata kala diumumkan sebagai wisudawan terbaik dalam Wisuda ke-58 Universitas Tidar Tahun 2021 yang diselenggarakan Sabtu, (25/09/2021). Bahkan saat maju tampil di podium mewakili para wisudawan/wisudawati, beberapa kali suaranya tercekat menahan haru.

Putri dari Supodo dan Nurul Ngafiah ini, berasal dari Gentan RT 01/RW 01 Pasuruhan, Mertoyudan, Magelang. Ia menyelesaikan kuliahnya dalam jangka waktu 3 tahun 9 bulan 23 hari.

Berasal dari keluarga sederhana, tidak menyurutkan semangat dalam mewujudkan cita-citanya sebagai Guru. Walau banyak yang meragukan kemampuannya karena kondisi ekonominya, Fitriya membuktikan dirinya mampu menjadi yang terbaik di sekolahnya terdahulu. Bahkan sekarang menjadi wisudawan terbaik.

“Sejujurnya, saat  SD dan SMP saya malu karena selalu diejek teman-teman. Mereka bilang bau sampah begitu. Tapi Mak’e dan Pak’e selalu membersarkan hati saya dan mengajak melihat kondisi sekitar dimana masih banyak yang kondisi ekonomimnya jauh dibawah keluara kami,” terang Fitriya

Semenjak itu, Fitriya berusaha selalu membanggakan kedua orang tuanya.  Apapun pekerjaan keduanya, mereka selalu bersyukur dan berusaha keras untuk membuat anak-anaknya lebih unggul dari mereka. Bapaknya dulu bekerja sebagai pemilah sampah di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA) sejak 1998.

Anin (panggilan akrab Fitriya Ningrum), menuturkan, bapaknya kemudian diangkat menjadi tukang sapu oleh DLH Kabupaten Magelang pada 2019 dan pada tahun 2021 dijadikan penjaga malam oleh Dinas Lingkungan Hidup.

“Ibu saya tetap menjadi pemilah sampah di TPSA sampai saat ini,” ucapnya.

Anin mengaku, awalnya ingin kuliah di luar Magelang. Namun demikian, kata Anin, orangtuanya tidak mengijinkan untuk kuliah luar daerah.

“Selepas lulus SMA, sebenarnya saran dari sekolah dijuruskan untuk kuliah jurusan prodi Akuntansi di sebuah perguruan tinggi di Semarang. Namun, orang tua tidak memperbolehkan kuliah di luar Magelang lalu saya merubah pilihan ke Untidar dan memilih prodi PBSI,” kata Fitriya.

Anak pertama dari dua bersaudara ini awalnya mengaku pesimis mengambil jurusan PBSI karena menurutnya nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia tertinggal jauh daripada nilai ilmu sosial dan matematika. Tapi berkat ridho kedua orang tua dan kemantapan hati, dirinya diterima di Untidar lewat jalur SNMPTN di prodi PBSI.

“Awalnya pesimis namun setelah saya berkecimpung dalam dunia sastra, ternyata saya menyukainya. Bahkan saya tidak tahu kalau ternyata mempunyai bakat dalam puisi,” tuturnya.

Anin mengaku, dirinya kini sudah bekerja sebagai Guru Bahasa Indonesia di MA Al Huda serta menjadi tentor mengajik dan tematik SD kelas 3 di Smart Collage Pandan Sari.

“Seekor burung yang bertengger di ranting tidak takut rantingnya patah, karena mereka percaya dengan kekuatan sayapnya sendiri. Maka buat adek-adek yang sama seperti saya jadilah kalian pribadi yang kuat, tangguh, dan mandiri dalam menggapai mimpi. Yakinlah pada kekuatan diri sendiri karena kekuatan terbesar ada pada kemauan diri kita sendiri. bukan tergantung seberapa kaya materi yang dimiliki orang tua. Selalu cari terobosan buat tetap berdiri dan meraih mimpi,” pungkasnya (coi/aha)

CATEGORIES
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)