Dukung Eksistensi Jamu Tradisional, HIMAPBIO UNTIDAR Resmikan Kafe Jamu ‘Bu Jatem’ Tempuran

RESMIKAN KAFE JAMU : Rektor UNTIDAR, Prof. Dr. Sugiyarto, meresmikan pendirian kafe jamu yang diinisasi oleh Himpunan Mahasiswa Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan, dan Ilmu Pendidikan Universitas Tidar (Dok Humas UNTIDAR)

MAGELANG (wartamagelang.com) Himpunan Mahasiswa Pendidikan Biologi (HIMAPBIO), Fakultas Keguruan, dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tidar meresmikan pendirian Kafe Jamu ‘Bu Jatem’ (Bumi Jamu Tempurejo). Kafe Jamu yang ada di Pasar Babrik, Tempuran, Kabupaten Magelang ini sebagai bentuk perhatian dan dukungan keberadaan jamu tradisional.

Peresmian dihadiri oleh Rektor, Prof. Dr. Sugiyarto, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Prof. Dr. Parmin, Dekan FKIP, Dr. Ahmad Muhlisinserta Guru Besar FKIP, UNTIDAR, Prof. Dr. Cahyo Yusuf. Secara simbolis Rektor menumbuk rempah-rempah bahan jamu dalam lumpang batu sebagai tanda resmi dibukanya Kaje Jamu Bu Jatem. Kegiatan dilanjutkan dengan minum jamu bersama.

“Sebagian besar penduduk Dusun Tempursari bermata pencaharian sebagai penjual jamu keliling. Peresmian Kafe Bu Jatem ini diharapkan bisa mengenalkan dusun ini sebagai sentra penghasil jamu,” kata Dr. Setiyo Prajoko, Dosen Pendamping PPK Ormawa Himapbio.

Kafe Bu Jatem ini merupakan realisasi Program Penguatan Kapasitas Organisasi Mahasiswa (PPK Ormawa) yaitu program penguatan kapasitas Ormawa melalui serangkaian proses pembinaan Ormawa oleh Perguruan Tinggi yang diimplementasikan dalam program pengabdian dan pemberdayaan masyarakat.

Kegiatan PPK Ormawa Himapbio dimulai Juli hingga Desember 2023. Kafe Jamu ini merupakan salah satu inovasi dalam pemasaran produk jamu.

“Kafe Bu Jatem semoga menjadi wadah bagi masyarakat untuk memajukan perekonomian desa utamanya para komunitas jamu,” ujar Rektor UNTIDAR, Prof Sugiyarto dalam sambutannya.

“Minum jamu kita buat lebih kekinian, lokasi penjualan kita buat semenarik dan senyaman mungkin jadi anak-anak muda pun akan ikut tertarik minum jamu di kafe ini. Metode ini juga menjadi solusi bagi beberapa penjual jamu yang terkendala alat transportasi dalam memasarkan produknya selama ini,” jelas Fitria Alfiyah Hastuari, Ketua Tim PPK Ormawa Himapbio.

Perbedaan dari penjual jamu keliling yaitu Kafe Jamu penjualannya menetap pada satu lokasi, penataan tempat bernuansa Kafe menjadi daya tarik tersendiri terutama anak muda, dan Kafe Jamu Bu Jatem ini merupakan pelopor dan satu satunya Kafe Jamu di Tempurejo.

Fitri dan 14 anggotanya juga mendampingi warga dalam pembentukan komunitas Kafe Jamu yang melibatkan seluruh produsen jamu di Dusun Tempursari, Desa Tempurejo.

“Kami akan mendampingi dalam pembuatan media sosial juga, tujuannya agar Kaje Jamu ini dapat dikenal banyak orang dan meningkatkan penjualan produknya juga,” tambah Fitria.

Varian produk jamu hampir sama dengan produk jamu yang sudah ada di pasaran. Contohnya beras kencur, kunir asem, cabe puyang, paitan, gula asem, air sirih, uyup uyup dan sebagainya. Harga mulai sekitar Rp 3000 per gelas dan Rp 6000 untuk jamu bubuk.

“Selain tempat, Kafe Bu Jatem juga mulai mengembangkan jamu bubuk yang mempunyai ketahanan jangka panjang,” pungkasnya (ang/aha)

CATEGORIES
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)