Wali Kota Magelang Komitmen Dorong Pengembangan Seni Budaya di Kota Magelang
KOTA MAGELANG (wartamagelang.com) – Wali Kota Magelang dr Muchammad Nur Aziz berkomitmen akan mendorong pengembangan seni budaya di Kota Magelang. Komitmen ini juga akan diikuti dengan kebijakan anggaran dan regulasi dari Pemkot Magelang.
Tahun ini atau 3,5 tahun pemerintahan saya, memang akan saya fokuskan pada dua hal. Yaitu kesehatan dan pariwisata. Otomatis pariwisata akan berhubungan dengan seni. Akan kita anggarkan, malah segera ini, akan kita serahkan gedung yang disebelahnya Bank Jateng, untuk rumah seni. Monggo, Silahkan,” kata Wali Kota Magelang dr Muchammad Nur Aziz, Rabu (26/05/2021) saat Diskusi Seni Budaya di Museum BPK RI, yang disiarkan secara Live Streaming melalui Youtube WartaMagelang TV. Diskusi ini bertemakan Menggagas Pasar Seni Magelang dan dalam rangkaian pameran seni rupa NanoNano.NanaNina Art Exhibition.
Wali Kota Aziz menuturkan, bidang seni ini sifatnya independen. Untuk itu, kata Aziz, dirinya mewakili Pemerintah Kota Magelang akan menyerahkan (gedung kesenian-red) nanti, agar dikelola dengan baik, untuk mengembangkan seni di kota Magelang.
“Ini nanti dimasukkan anggaran di pemerintah daerah. Saat ini kita sedang membahas rencana pembangunan jangka menengah. Ini bisa dimasukkan anggaran-anggarannya. Tergantung panjenengan semua, anggaran milik rakyat, silahkan,” tuturnya.
“Dan saya sangat support, seni ini luar biasa. Orang yang sudah mikir seni adalah orang yang luar biasa, bukan orang gila, tetapi orang yang jiwanya halus,” tambahnya.
Menurut Aziz, memajukan kesenian dan kebudayaan juga tugas sebagai wali kota baru. Untuk itu, kata Aziz, event-event ini harus sering dilakukan terus, jangan hanya pertama dulu.
“Ini letupan-letupan kecil. Kemarin sudah di pendopo, kemudian disini. Besok tanggal empat, ada lagi, anak-anak tak suruh berkesenian di pendopo, nanti saya biayai. Nanti terserah mau dimana, mau di Kyai Langgeng atau mana, monggo. Kita dorong, nanti pariwisata juga akan memasukan semua program yang dimiliki oleh teman-teman, saya welcome,” ucapnya.
Narasumber lainnya, Ketua Jurusan Tata Kelola Seni ISI Yogyakarta Mikke Susanto menyebutkan, bahwa pasar seni adalah pasar merupakan kata sifat, bukan lagi kata benda. Pasar, kata Mikke, adalah hubungan sosial.
“Jadi misal mengartikan ini, kita lebih luas lagi perspektifnya. Bukan lagi masalah jual beli barang, karena yang dijual apa, yang dibeli apa, sekarang berkembang. Bukan hanya barang dan jasa, tapi ide, kelakuan, harga diri, macam-macam dijual sekarang,” imbuhnya.
Mikke juga menyarankan bahwa kemungkinan dan peluang pengembangan seni budaya itu besar. Artinya, kata Mike, hanya bagaimana mengagendakan event-event ini menjadi bagian isu nasional, bukan isu lokal.
“Libatkan seniman-seniman yang bisa menarik minat orang datang ke Magelang,” bebernya.
Pemiliik OHD Museum dr Oei Hong Djien menuturkan, sejelek-sejeleknya Magelang, bahwa Magelang pernah mempunyai jumlah kolektor seni rupa terbanyak kedua di Indonesia setelah Jakarta. Itu semuanya itu, kata OHD, membuat Semarang saja ketinggalan.
“Magelang pernah jadi pusatnya,” tandasnya.
OHD juga menyampaikan bahwa pada masa saat ini, sudah tidak bisa bekerja sendiri-sendiri, semuanya harus bekerjasama atau berkolaborasi. Kalau mau sendiri, menurut OHD, pasti nanti akan terkucilkan dan mati.
“Apalagi masa korona sekarang ini. Dunia saja sudah bekerjasama kok,” sanggahnya.
Sementara Seniman Arahmaiani mengungkapkan, seniman perlu saling berinteraksi agar terus saling belajar. Interaksi bersama, menurut Arahmaiani, biasanya untuk seniman fleksibel sekali.
“Jika ada satu tempat khusus, ya bagus. Tapi kalau nggak, di jalanan juga bisa kok. Seniman dimana saja bisa, namanya juga orang kreatif, agen kreatif,” tutupnya (coi/wq/aha)