Umat Hindu Gelar Melasti Dan Tawur Agung Menyambut Hari Raya Nyepi
Magelang (wartamagelang.com) – Segenap umat Hindu di wilayah Magelang, Sabtu (13/3/2021) mengadakan upacara Melasti dan Mecaru atau Tawur Agung menjelang hari raya Nyepi yang jatuh pada Minggu (14/3/2021). Karena masih dalam situasi pandemi Covid-19, upacara Melasti di Desa Lebak Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang hanya diikuti 5 orang saja. Demikian juga dengan Mecaru atau Tawur Agung yang berlangsung di Pura Wira Bhuana di Panca Arga Komplek Akmil, hanya diikuti 80 umat saja.
“Tahun ini kita melaksanakan sak Madyo atau tidak kecil juga tidak besar, karena masih pandemi Covid-19,” kata Ketua Parisadha Hindu Dharma, Gde Suwarti, yang ditemui di sela-sela upacara Mecaru di Pura Wira Bhuana.
Gde Suwarti mengatakan, upacara Melasti dipimpin Jero Mangku Surono untuk mengambil air suci di lereng Gunung Andong. Meskipun hanya lima orang, tidak mengurangi kesakralan dari Melasti itu sendiri. Melasti dilaksanakan di Tuk Mas, karena Magelang jauh dari laut.
Dipilihnya Tuk Mas, karena tuk ini merupakan peninggalan zaman kerajaan Hindu abad 6 sampai 7 Masehi. Dalam prasasti yang ada di Tuk Mas disebutkan, sumber air yang mengalir seperti aliran sungai Gangga.
Melasti bertujuan agar alam raya beserta isinya di dunia ini terjaga kelestariannya dan dijauhkan dari segala malapetaka.
Usai Melasti kemudian dilaksanakan Mecaru yang merupakan upacara untuk menjaga keharmonisan antar manusia. Upacara ini juga untuk merawat lima unsur alam, yakni tanah, air, udara, api dan ether atau langit. Upacara ini dipimpin Jero Mangku Anak Agung Alit.
Kemudian umat melakukan sembahyang memohon kepada Sang Hyang Widi di dalam pura menyambut hari Raya Nyepi 1943 Caka/2021. Dalam sembahyang ini, umat duduk dengan khidmat dan memohon agar saat melaksanakan Catur Brata Penyepian, umat bisa mendapatkan anugrah.
Dilangsungkan pula pemercikan air suci kepada umat yang dilakukan oleh dua orang wanita menggunakan janur atau daun kelapa.
Besok hari, imbuh Gde Suwarti, umat Hindu melaksanakan Catur Brata Penyepian, dimana umat tidak menyalakan api.
“Tidak hanya memadamkan api saja, namun juga bisa memadamkan emosi diri. Umat Hindu juga tidak bepergian, bersenang-senang dan mengurangi hal yang bersifat dunia. Saat Nyepi umat akan merenung atau introspeksi diri, apa yang sudah dilakukan dan apa yang belum,” imbuhnya.
Gde Suwarti juga menyampaikan, tahun ini tidak dilaksanakan kirab Ogoh-ogoh karena masih pandemi Covid-19.
“Kirab Ogoh-ogoh rawan menimbulkan kerumunan hingga kita tiadakan. Karena itukami berharap pandemi Covid segera berlalu agar semua kembali normal termasuk ekonomi,” ujarnya.
Sebagai gantinya, dilaksanakan gelaran sendratari Sumambang yang diambilkan dari cerita Calon Arang yang terkenal di Bali. Para penari merupakan pemuda-pemudi Hindu dan taruna Akmil Magelang. Sendratari ini nantinya akan ditampilkan dalam perayaan yang akan digelar di dalam komplek Akmil beberapa hari mendatang. (wq)