Tekan Konten Negatif dari Medsos, Perlu Ada Regulasi dan Edukasi
MAGELANG (wartamagelang.com) – Aplikasi tik tok saat ini mulai digandrungi oleh generasi muda, termasuk di Kabupaten Magelang. Padahal, aplikasi ini juga mempunyai dampak negatif cukup besar.
Aplikasi Tik-Tok juga di kenal sebagai Douyin yang artinya video pendek, merupakan jaringan sosial dan platform video musik dari Tiongkok. Aplikasi ini sudah muncul sejak September 2016 lalu, dan sempat diblokir Kementerian Komunikasi dan Informatika karena dianggap memiliki konten negatif, khususnya bagi anak-anak.
Namun, kini penggunaan Tik Tok cenderung lebih mengumbar erotisme. Banyak yang memanfaatkan aplikasi ini untuk menari-nari, meliuk-liukkan tubuhnya sehingga ditiru oleh banyak orang.
Wakil Dekan Fakultas Psikologi dan Humaniora Universitas Muhammadiyah Magelang (Unimma), Aning Azzahra, Senin (22/02/2021) mengatakan, fenomena Tik Tok sebenarnya mirip dengan sosial media yang lain, yang memiliki sisi positif dan negatif. Dari sisi positif, kata Aning, menjadikan seseorang dapat eksis dan mengekpresikan dirinya. Namun dari sisi negatif, salah satunya adalah membuat konten-konten yang cukup erotis.
Menurut Aning, fenomena Tik Tok ini karena kurang adanya regulasi dan edukasi, sehingga konten-konten yang dihadirkan justru konten-konten yang mengandung erotisme dan pornografi. Selanjutnya, peran publik figur itu juga penting karena mereka adalah ‘model’ bagi masyarakat dan membentuk mindset di masyarakat.
“Hal yang tadinya dianggap alay dan kurang baik bisa jadi dianggap wajar dan menghibur,” katanya.
Aning menuturkan, orang-orang atau masyarakat yang melakukan hal tersebut diakui dan justru di buat viral. Hal ini semakin memberikan penguatan bagi seseorang yang melakukannya.
“Oleh karena itu regulasi dan edukasi dalam bermedia sosial itu merupakan hal yang penting,” tegasnya.
Disisi lain, kata Aning, orangtua juga dihimbau dapat mendampingi anak- anaknya agar dapat memfilter apa yang dilakukan anak- anak mereka.
“Mana yang diperbolehkan dan mana yang tidak, mana yang harus di ekspos, dan mana yang tidak boleh,” tuturnya.
Aning mengemukakan, dirinya merasa yakin bahwa sebenarnya pihak pemerintah terutama Kominfo sudah melakukan edukasi terhadap penggunakan aplikasi Tik Tok. Hanya saja, menurut Aning, dampaknya belum optimal, mengingat kesadaran masyarakat terhadap konten-konten seperti itu masih kurang, dan justru menikmatinya dan dianggap sebagai hal yang wajar.
Maraknya media sosial ini, menurut Aning, juga membuat norma masyarakat bergeser. Yakni dulu dianggap kurang etis sekarang dianggap wajar.
“Terhadap fenomena ini, kemungkinan juga tidak ada atau tidak banyak masyarakat yang melapor dan menganggap suatu hal yang melanggar etik. Sehingga perlu kerjasama antara pemerintah dan masyarakat dalam hal ini,” paparnya.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kabupaten Magelang, Endra Endah Wacana membenarkan bahwa aplikasi Tik Tok saat ini sedang di gandrungi masyarakat. Pengguna Tik Tok, kata Endra, juga dari berbagai kalangan.
“Bahkan aplikasi ini bisa membuat masyarakat menjadi lebih kreatif, karena di dalamnya juga ada unsur entertainnya. Selama Tik Tok digunakan secara positif, ada hiburan, edukasi, bisnis, tidak ada salahnya untuk digunakan,” ungkapnya.
Menurut Endra, Tik Tok juga efektif digunakan untuk menyosialisasikan kebijakan pemerintah kepada masyarakat. Lewat Tik Tok, apa yang menjadi kebijakan pemerintah bisa disampaikan dengan cara yang menghibur dan di sukai, sehingga tepat sasaran.
Namun tidak dipungkiri, bila aplikasi Tik Tok juga ada konten negatifnya. Terhadap hal itu, Endra memiliki pemikiran, agar konten-konten yang berdampak negatif kepada masyarakat, sebaiknya tidak di tayangkan oleh admin Tik Tok.
“Artinya, admin Tik Tok menyaring mana yang boleh tayang dan tidak. Kalau selama itu positif, tidak ada salahnya menggunakan aplikasi Tik Tok,” tegasnya.
Endra membenarkan, pihaknya akan mengedukasi masyarakat di Kabupaten Magelang dengan cara memberikan contoh menggunakan aplikasi Tik Tok secara positif.
“Kita sedang merancang bersama dengan teman-teman untuk mengedukasi masyarakat, bagaimana membuat konten positif yang layak dikonsumsi oleh masyarakat,” ujarnya.
Saat disinggung mengenai pendapat ditutupnya aplikasi Tik Tok, Endra mengaku kurang setuju. Dirinya tidak sependapat bila aplikasi Tik Tok harus ditiadakan.
“Ibaratnya jari sedang sakit jangan di potong, namun di sembuhkan,” tukasnya (tie/aha)