Peringati Hari Pahlawan, Warga Kampung Tulung Adakan Upacara

Camat Magelang Tengah, Tri Teguh Widada, memimpin upacara peringatan Hari Pahlawan 10 November di Monumen Perjuangan Kampung Tulung Kel. Magelang Kota Magelang, Rabu (10/11/2021). (foto: Bagus Priyana).

Camat Magelang Tengah, Tri Teguh Widada, memimpin upacara peringatan Hari Pahlawan 10 November di Monumen Perjuangan Kampung Tulung Kel. Magelang Kota Magelang, Rabu (10/11/2021). (foto: Bagus Priyana).

Peringati Hari Pahlawan 10 November, warga Kampung Tulung Kel. Magelang Kota Magelang, adakan upacara di Monumen Perjuangan di kampung setempat, Rabu (10/11/2021).

Upacara yang dipimpin Camat Magelang Tengah, Tri Teguh Widada, diikuti sejumlah elemen, seperti dari taruna Akmil, TNI, Polri, ormas, komunitas, SMP, SMA dll.

Dalam sambutannya, Camat Magelang Tengah, Tri Teguh Widodo mengatakan, perjuangan rakyat Kampung Tulung dan BKR dalam mempertahankan Kemerdekaan RI tersebut menjadi bukti nyata, bahwa kemerdekaan tersebut bukan hadiah, melainkan benar-benar perjuangan rakyat Indonesia.

“Kemerdekaan itu atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa,” ungkapnya.

Tri Teguh Widodo berharap, upacara memperingat Hari Pahlawan yang digelar masyarakat Kampung Tulung tersebut bisa memupuk jiwa nasioalisme dan patriotisme bagi generasi muda.

Perjuangan masyarakat Kampung Tulung menjadi bagian sejarah penting dalam mempertahankan Kemerdekaan RI dari melawan tentara Sekutu yang  diboncengi  Tentara NICA dalam peristiwa Palagan Magelang (31 Oktober-2 November 1945).

Kampung tersebut pada 29 Oktober 1945 menjadi tempat peristiwa tragis dan sejarah kelam perjuangan bangsa.

Akibat hasutan Inggris yang mengatakan jika tawanan tentara Jepang dibunuh oleh pejuang Indonesia, Tentara Kidobutai dari Semarang menyerang dapur umum dan markas BKR (Badan Keamanan Rakyat) milik Lurah Atmo Pawiro yang berada di Kampung Tulung.

“Kidobutai mengepung Kampung Tulung dari segala arah sehingga tak ada seorangpun warga kampung yang dapat meloloskan diri,” ungkap Ketua RW 2 Lukito Sari.

Akibatnya, 16 pejuang dari Kampung Tulung dan Dukuh serta 24 pahlawan tidak dikenal lainnya gugur.

Para pejuang yang gugur sempat dimakamkan di sekitar rumah tersebut tapi kini sudah dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan (TMP) Giridarmoloyo Magelang.

“Semua sudah dipindah. Dulu sementara para korban dimakamkan di halaman dan belakang, kemudian dipindah ke TMP,” tuturnya.

Lukito menambahkan, bangunan rumah yang dulunya menjadi markas BKR dan dapur umum para pejuang kemerdekaan masih berdiri tegak dan dihuni cucu menantu dari Lurah Atmo Pawiro yakni Dofian Widarso.

Sejumlah taruna Akmil berkunjung di eks dapur umum dan markas BKR (Badan Keamanan Rakyat) di Kampung Tulung Kel. Magelang Kota Magelang, jelang upacara peringatan Hari Pahlawan, Rabu (10/11/2021).

Sejumlah taruna Akmil berkunjung di eks dapur umum dan markas BKR (Badan Keamanan Rakyat) di Kampung Tulung Kel. Magelang Kota Magelang, jelang upacara peringatan Hari Pahlawan, Rabu (10/11/2021).

“Putera Lurah Atmo Pawiro bernama Suroyo mempunyai anak namanya Windarti. Bu Windarti sudah meninggal, kemudian sekarang ditinggali suami Windarti, Dofian Widarso,” imbuh Lukitosari.

Sementara itu, Dofian Widiarso berharap jika rumah yang ditempatinya oleh pemerintah dijadikan bangunan cagar budaya.

“Harapan saya, kepada pemerintah supaya eks dapur umum dan markas BKR ini dilestarikan sebagai bangunan cagar budaya,” tutur Dofian.

Sementara itu, Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Magelang Sugeng Priyadi mengatakan, jika pihaknya mewanti-wanti kepada pemilik agar tidak mengubah bangunan eks dapur umum dan markas BKR tersebut.

“Bangunan ini bernilai sejarah dan cagar budaya,” ujar Sugeng Priyadi.

(bgs)

CATEGORIES
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)