Komunitas Djokjakarta 45 Gelar Sosiodrama Peringati Djokja Kembali 29 Juni 1949

Peserta sarasehan sejarah sedang menyimak adegan sosiodrama peringatan ‘Djokja Kembali’ ketika Sultan Hamengkubuwono IX didatangi oleh Generaal Meyer dan Kolonel van Langen. Sosiodrama ini digelar oleh Komunitas Djokjakarta 45 di Dinas Kebudayaan DIY, Minggu 27 Juni 2021 (foto: Eko Isdianto)

Jogjakarta (wartamagelang.com) – Jangan melupakan sejarah. Sebuah kalimat yang dipegang teguh oleh komunitas Djokjakarta 45. Iya komunitas peraga ulang peristiwa sejarah ini tak ingin bangsa Indonesia melupakan sejarah-sejarah di masa lalu.

Bertempat di Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Minggu (27/06/2021), komunitas ini bekerja sama dengan dinas tersebut, menggelar peringatan peristiwa ‘Djokja Kembali’ yang terjadi pada 29 Juni 1949.

Ketua Djokjakarta 45 Eko Isdianto mengatakan jika gelaran peringatan kali ini diadakan secara sederhana tapi penuh makna mengingat masih dalam masa pandemi Covid-19. Sehingga gelaran kali ini diadakan dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat dan dengan jumlah perserta yang terbatas.

“Ada 2 acara yakni Sarasehan sejarah tentang ‘Djokja Kembali’ dan Lomba Lukis tingkat Lanjut Usia dengan mengambil tema Merefleksikan Peristiwa Djokja Kembali Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara,” tutur Eko Isdianto.

Dalam acara sarasehan sejarah, komunitas ini tak lupa menggelar sosiodrama peristiwa 72 tahun yang lalu yang diikuti oleh puluhan anggota komunitas ini dengan pakaian khas tahun 1949 seperti tentara Republik, Belanda, dll.

Menurut Penyo, sapaan akrab Eko Isdianto, ibarat start dan finish kedua peristiwa ini (Serangan Umum 1 Maret 1949 dan Djokja Kembali 29 Juni 1949) menorehkan sejarah yang luar biasa di Yogyakarta atas keberadaan Republik Indonesia.

Menurutnya, tidak perlu waktu lama pendudukan pasukan Belanda atas Jokjakarta sebagai ibukota RI segera di balas dengan Serangan Umum 1 Maret 1949 dengan melibatkan semua element Wehkreis III Jokjakarta.

Serangan ini yang membuat Belanda semakin kuwalahan menghadapi serangan-serangan diplomasi dan tekanan dari dunia internasional atas Republik Indonesia. Yang pada akhirnya pada 29 Juni 1949, Belanda menarik pasukannya dari Jokjakarta menuju Semarang.

“Kemudian peristiwa ini ditandai dengan pergantian jawatan pemerintahan dan militer. Peristiwa penting ini disebut dengan peristiwa ‘Djokja Kembali'”, ungkap Eko Isdianto.

Adegan sosiodrama ketika Panglima Jenderal Sudirman kembali dari perang gerilya dan disambut dengan pelukan oleh Presiden Sukarno dan disaksikan oleh Sultan Hamengkubuwono IX dan para pejuang. (foto: Bagus Priyana)

Sosiodrama peristiwa ‘Djokja Kembali’ ini disutradarai oleh Eko Isdianto dengan narator Hans Prasetyo dan diperagakan dengan dialog secara langsung oleh para pemerannya. Tampak para anggota Djokjakarta 45 memerankan tokoh-tokoh di tahun 1949 seperti Sultan Hamengkubuwono IX, Jenderal Sudirman, Presiden Sukarno, dll. Tak lupa ada juga yang memerankan perwira Belanda seperti General Meyer dan Kolonel van Langen.

Eko berharap, gelaran acara ini bukan sekadar acara biasa. Tetapi merupakan rangkaian bagian dari upaya agar 1 Maret ditetapkan menjadi Hari Penegakkan Kedaulatan Bangsa.

“Pada 1 Maret 1949 terjadi Serangan Umum yang dilakukan bangsa Indonesia kepada Belanda. Hal ini untuk membuka mata dunia internasional jika bangsa Indonesia masih ada dan sebagai upaya penegakkan kedaulatan bangsa Indonesia dari penjajah Belanda,” pungkasnya. (bgs)

 

CATEGORIES
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)