Guru Honorer: Pilar Pendidikan yang Terabaikan
Setiap membangun bangsa dimulai dari ruang kelas. Pada anak-anak yang tekun dalam belajar terdapat sosok guru yang menjadi jantung pendidikan. Akan tetapi, di balik itu semua terdapat ratusan ribu yang hidupnya dalam ketidakpastiaan yaitu sebagai guru honorer. Guru-guru honorer tersebut melaksanakan tugas negara tanpa jaminan negara. Mereka merupakan pahlawan tanpa tanda jasa yang bertahun-tahun mengabdi, menata generasi demi genarasi.
Banyak sekolah, terutama di daerah pedesaan, sangat bergantung pada kehadiran guru honorer. Pada banyak tempat, sekolah akan terhenti sepenuhnya tanpa adanya mereka. Namun, pengakuan yang mereka terima tidak sebanding dengan prestasi penting yang mereka capai. Mereka Menyusun recana pelajaran, mengajar, membimbing peserta didik, semua itu sama seperti guru PNS. Mereka hanya menerima honor yang seringkali tidak cukup untuk menutupi biaya hidup dasar mereka. Beberapa guru hanya menerima Rp300.000 per bulan, tanpa tunjangan jaminan sosial atau insentif lainnya.
Negara berjanji lewat program yang bernama Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Hal ini, sempat menjadi harapan baru bagi guru honorer, tetapi pada kenyataan itu semua tidak mudah. Proses rekrutmen dengan tes tidak memberikan tempat yang adil untuk guru-guru honerer yang sudah puluhan tahun mengabdi. Keahlian mereka yang luas seringkali tidak mendapat pengakuan yang cukup, dan banyak di antara mereka terpaksa keluar digantikan oleh guru muda yang baru lulus. Selain itu, guru honorer di sekolah swasta seringkali tidak memiliki akses ke seleksi perekrutan, seolah-olah pemerintah tidak pernah mempertimbangkan jasa mereka.
Jika permasalahan ini tidak ditangani, dampaknya bukan hanya pada guru, tetapi juga berimbas pada kualitas pendidikan indonesia. Bagi guru yang tidak berkecukupan secara finansial, akan sulit bagi mereka untuk fokus pada pengajaran mereka. Semangat mereka dalam mengajar dapat terganggu kapan saja oleh kesulitan hidup yang berat. Pada kenyataannya, kesejahteraan dan kualitas guru memiliki dampak yang signifikan terhadap standar pendidikan. Tidak ada negara yang berhasil menciptakan sistem pendidikan yang unggul tanpa memperhatikan kesejahteraan guru-gurunya.
Guru honorer merupakan investasi jangka panjang yang kurang dihargai dan mereka bukanlah beban negara. Meningkatkan status dan martabat guru honorer mencerminkan komitmen negara terhadap masa depan pendidikan serta keadilan sosial. Pemerintah harus mengambil tindakan tegas untuk mengubah kebijakan yang selama ini diskriminatif, mulai dari menerapkan perlindungan sosial yang memadai, menetapkan pengangkatan yang adil dan standar upah yang layak.
Pemerintah tidak boleh lagi menganggap guru honorer sebagai solusi sementara. Mereka adalah pilar pendidikan yang sesungguhnya. Jika setiap orang berhak atas pendidikan, maka memperjuangkan hak-hak guru honorer adalah hal yang wajib agar hak tersebut dapat terpenuhi sepenuhnya. Sebuah negara besar menunjukkan apresiasinya terhadap jasa guru dengan tindakan nyata, bukan sekadar kata-kata.
Penulis Opini: Assifa Zanuba Qatrunnada
Editor: Freddy Sudiono
(wq)