Goenawan Mohamad Gelar Pameran Tunggal Bertajuk Potret di Museum OHD Magelang
Goenawan Soesatyo Mohamad alias Goen dan GM selama ini dikenal sebagai seorang wartawan dan budayawan. Namanya sangat lekat dengan majalah Tempo.
Hampir tidak bisa dipisahkan antara Tempo dan dirinya. Ia pendiri dan sekaligus pemimpin redaksi Tempo. Tapi siapa sangka jika GM kini ‘terjun’ di dunia seni rupa.
Apa yang memanggil penulis “Catatan Pinggir” yang legendaris ini menggambar dan melukis potret dengan foto atau image?
Mengapa penulis esai “Potret Seorang Penyair Muda sebagai Si Malin Kundang” yang kini sudah menjadi klasik ini senantiasa belum-sudah menggambar dan melukis potret dengan ingatan?
“Saya senang melukis potret karena itu
memerlukan keterampilan tersendiri dan saya merasa ditantang,” ungkapnya kepada Warta Magelang, Kamis (21/10/2021) kala jumpa pers di Museum OHD Magelang.
Selain itu, kata perupa kelahiran Batang, Jawa Tengah, 29 Juli 1941, ini: “Ada daya tarik etis yang mendalam dalam seni potret, daya tarik untuk memberi penghormatan kepada wajah,” tuturnya.
Atas semua keterangan itulah pameran tunggal kali kesepuluh Goenawan Mohamad ini berketetapan dengan judul POTRET.
Pameran ini akan berlangsung selama 4 bulan, dari 23 Oktober 2021 sampai 28 Februari 2022, di Museum OHD (Oei Hong Djien) Jl. Jenggala 14 Kota Magelang. Dan dapat dikunjungi umum mulai 24 Oktober 2021.
Sementara itu kurator Wahyudin mengatakan jika dalam gelaran pameran tunggal karya GM akan menampilkan sejumlah karya.
“Pameran ini mengusung 38 lukisan di kanvas pelbagai ukuran buatan tahun
2018-2021, sebuah objek-instalasi, 7 boneka Den Kisot dkk., 1 video-rekaman pertunjukan, 1 video-wawancara, 107 gambar di kertas dalam bingkai pelbagai ukuran dan puluhan gambar di kertas dalam 7 meja kaca bikinan
sekitar lima tahun belakangan,” katanya.
Selama lima tahun terakhir, sejak memasuki gelanggang seni rupa Indonesia sebagai perupa pada 2016, Goenawan Mohammad telah melahirkan sekitar 500-an karya kertas, 100-an lukisan di kanvas, dan 200-an karya kolaborasi yang telah diperhelatkan dalam 10 ekshibisi solo (di Jakarta, Yogyakarta, Semarang, dan Magelang), 3 pameran grup (di Jakarta, Semarang, dan Magelang), dan 2 pergelaran duo (dengan perupa Hanafi dalam 57 x 76 di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, dan Komaneka Art Gallery, Bali).
Tak hanya itu, dari 800-an karya itu: 99% berpokok perupaan potret manusia, binatang, wayang, dan makhluk antah-berantah.
Bahkan ada sejumlah sosok seperti Avianti Armand, Ayu Utami, Djoko Pekik, Frida Kahlo, Slamet Gundono, Slamet Raharjo, Rendra, Tony Prabowo, Don Quixote, dan Ondel-Ondel—yang digambar-lukisnya berkali-kali di kertas dan kanvas yang berbeda, atau dilukisnya-ulang di kanvas yang sama dengan pose, komposisi, dan “value” baru.
Sementara itu Oei Hong Djien (pemilik Museum OHD) mengatakan jika gelaran pameran ini merupakan yang pertama di masa pandemi covid 19. Untuk itu, OHD menerapkan protokol kesehatan yang ketat bagi pengunjung.
“Kita tetap harus mematuhi aturan-aturan dari gugus tugas covid 19. Meski wilayah Kota Magelang sudah masuk PPKM level 2 tapi kita tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat (5 M) dan jumlah pengunjungi juga dibatasi,” tegasnya. (bgs)