Gapura Bhinneka Tunggal Ika Ramaikan Kawasan Pecinan Kota Magelang

RESMIKAN GAPURA : Wali Kota Magelang dr. Muchamad Nur Aziz bersama Kh Muhammad yusuf Chudlori, serta Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Kota Magelang, Slamet Santoso meresmikan gapura bhineka tunggal ika (Hadianto/wartamagelang.com)

KOTA MAGELANG (wartamagelang.com) Untuk meramaikan dan mengembalikan kejayaan kawasan Pecinan Kota Magelang, ikonik Gapura Bhinneka Tunggal Ika pun resmi didirikan. Peresmian gapura ini dilakukan oleh Wali Kota Magelang dr. Muchamad Nur Aziz, Selasa (01/2021) malam..

Hadir dalam kesempatan ttersebut Pengasuh Pondok Pesantren API Tegalrejo Kh Muhammad yusuf Chudlori atau Gus Yusuf, Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Kota Magelang, Slamet Santoso, David Herman Jaya, Paul Candra Wesi Aji, dan lainnya.

Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Kota Magelang, Slamet Santoso, menjelaskan, Jalan Pemuda Kota Magelang atau dikenal dengan Pecinan pernah menjadi pusat perekomian dan perdagangan se eks-Karesidenan Kedu pada era 1970-1980an. Seiring perkembangan jaman kawasan ini semakin meredup.

Slamet mengungkapkan, para pengusaha di Pecinan pun berharap kawasan tersebut berjaya kembali menjadi pusat perbelanjaan unggulan di Kota Magelang. Mereka swadaya mendirikan Gapura Bhinneka Tunggal Ika sebagai upaya untuk membangkitkan lagi geliat ekonomi di Pecinan.

“Ide pembangunan gapura ini tercetus oleh beberapa tokoh pengusaha seperti David Herman Jaya, Paul Candra Wesi Aji, dan lainnya. Ide ini muncul 4 tahun lalu ketika ada isu akan dibangun jalan tol Jogjakarta-Borobudur-Magelang. Khawatirnya dengan pembangunan tol ini akan meredupkan Jalan Pemuda,” sebutnya.

Pembangunan jalan tol, lanjutnya, ditakutkan berdampak pada kelesuan perdagangan di Kota Magelang. Saat ini saja, Pecinan sudah sepi akibat dampak dari pandemi Covid-19.

“Jalan Pemuda pernah jadi Ibukotanya Karesidenan Kedu. Contoh saja, ada Toko Victoria merupakan supermarket terbesar. Orang-orang se-Kedu kalau mau malam mingguan ya di Toko Victoria,” jelasnya.

Ada juga, kata dia, Toko Nasional, Toko Sehat (apotek), Toko Trio (batik), toko buku, bahkan orang yang mau nonton pun tersedia bioskop. Termasuk usaha foto yang melegenda saat itu yakni Foto Kawan.

Namun demikian, popularitas Pecinan pun terus meredup sejak era 1990-an hingga saat ini. Bahkan, jam operasional pertokoan hanya sampai pukul 20.00 WIB, sehingga membuat kawasan tersebut sepi ketika malam hari.

“Harapannya Gapura Bhinneka Tunggal Ika sebagai ikon kalau Pecinan kembali gemerlap sekarang. Ditambah dalam waktu dekat, pohon-pohon peneduh akan diberi lampu hias, supaya kesannya kalau malam tidak sepi, tidak sunyi. Nanti jam operasional toko juga ditambah sampai jam 21.00 WIB,” urainya.

Berbagai rencana itu, lanjut Slamet, tujuannya untuk meramaikan kembali Pecinan. Apalagi adanya 500 perusahaan baik yang besar maupun kecil, ditambah ribuan karyawan di kawasan Pecinan diyakini mampu menjadi pompa keramaian suasana Jalan Pemuda seperti 4 dekade lalu.

Sementara itu, Wali Kota Magelang dr. Muchamad Nur Aziz usai meresmikan gapura menuturkan, kawasan Pecinan di saat ia masih kecil memang selalu ramai. Namun pemandangan berbeda sejak beberapa dekade lalu, kondisi Pecinan cenderung sepi.

“Saya heran waktu itu, Magelang kok sepi sekarang. Ya, memang jalannya rapi, tapi kita butuh keseimbangan. Salah satunya adalah rekayasa lalu lintas dan transportasi modern, ini yang dibutuhkan di Pecinan,” katanya.

Ia melihat bahwa kondisi transportasi umum saat ini di wilayahnya masih sama dengan situasi di tahun 1991 silam. Menurutnya, perlu adanya modernisasi transportasi agar Pecinan ramai lagi.

“Kota Magelang harus punya Trans-Magelang, seperti di Semarang, Jogja, dan kota-kota besar lainnya. Terutama bisa menghubungkan antara Borobudur yang jadi super prioritas, sehingga mampu menjadi kekuatan ekonomi baru,” tukasnya (coi/aha)

CATEGORIES
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)