BNPT : Radikalisme Tidak Terkait Agama Manapun
KOTA MAGELANG (wartamagelang.com) – Radikalisme meliputi ideologi-ideologi yang mengancam Pancasila dan mampu mengancam stabilitas dan konsensus negara. Radikalisme berhubungan dengan pemahaman dan cara beragama menyimpang yang menyalahi ajaran agama itu sendiri.
Hal itu ditekankan Direktur Deradikalisme Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) Brigjen Pol. R. Achmad Nurwakhid, saat memberikan Kuliah Umum Pendidikan Anti Radikalisme di di Gedung Kuliah Umum dr. H. R. Suparsono UNTIDAR. Kuliah umum diikuti oleh para mahasiswa UNTIDAR dan siswa SMA/SMK di Magelang.
Dalam paparannya, Brigjen Pol. R. Achmad Nurwakhid menegaskan bahwa radikalisme tidak terkait dengan agama manapun. Radikalisme menurutnya meliputi ideologi-ideologi yang mengancam Pancasila dan mampu mengancam stabilitas dan konsensus negara. Radikalisme justru berhubungan dengan pemahaman dan cara beragama yang menyimpang yang menyalahi ajaran agama itu sendiri.
“Kasus yang terjadi sering kali terjadi adalah membela agama. Agama itu ada untuk diamalkan. Praktik beragamapun tidak akan bisa utuh dan khusyuk jika negara tidak aman dan damai,” paparnya, kemarin.
Achmad menuturkan, bangsa Indonesia sebagai pemilik suku bangsa, bahasa daerah, dan pulau terbanyak di dunia tentu memiliki risiko tinggi. Terlebih, Indonesia memiliki enam kepercayaan dengan beragam aliran kepercayaan adat.
“Maka, kita harus berpedoman pada moderasi beragama. Pertama, komitmen kebangsaan. Apa itu komitmen kebangsaan? Berpedoman pada Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Undang-undang 1945. Kedua, toleransi. Jangan merasa paling agamis. Hormati sesama. Ketiga, mengakomodasi kebudayaan dan kearifan lokal. Terakhir, anti kekerasan,” jelasnya.
Dalam kesempatan ini, beliau menyampaikan hal-hal yang bisa dilakukan pemuda dan masyarakat dalam menangkal radikalisme contohnya lebih selektif dalam mengikuti akun-akun di media sosial.
“Segera unfollow saja akun yang sudah menjurus radikal, seperti akun-akun yang terlalu fanatik pada agama tertentu, menyebar hoaks dan konten yang memecah belah persatuan dan toleransi,” tandasnya.
Rektor UNTIDAR Prof. Sugiyarto, menekankan pentingnya memahami bahaya radikalisme demi membangun jiwa nasionalisme pemuda. Terlebih, Magelang memiliki catatan sejarah yang luar biasa.
“Kita harus memberikan catatan terbaik. Teruskan perkembangan peradaban ini sesuai zamannya. Kalau dulu pada zaman Mataram Kuno ada Borobudur sebagai simbol kejayaan, apa yang kita tanam sekarang? Sebagai generasi sekarang, apa yang bisa kita berikan untuk generasi yang akan datang?” tegasnya (coi/aha)