Peluncuran Buku dan Talkshow Arsitektur Vernakular Borobudur: Harmoni Budaya, Alam, dan Kehidupan

Foto: Asmita Yuthia/wartamagelang.com

Sesi talkshow di Pameran Arsitektur Vernakular dan Potensi Desa Borobudur 2024 pada Sabtu, (16/11/2024). Foto: Asmita Yuthia/wartamagelang.com

MAGELANG (wartamagelang.com) – Peluncuran buku berjudul Arsitektur Vernakular Borobudur digelar di Pameran Arsitektur Vernakular dan Potensi Desa Borobudur 2024 pada Sabtu, (16/11/2024). Bertempat di Situs Brongsongan, Borobudur, Magelang. Adishakti, Muhammad Panji Kusumah, dan Eko CahyoSaputro.

Memasuki hari ke-enam Pameran Arsitektur Vernakular dan Potensi Desa Borobudur 2024, buku Arsitektur Vernakular Borobudur yang diterbitkan oleh Museum dan Cagar Budaya Unit Warisan Dunia Borobudur diluncurkan.

Buku ini merupakan karya dari para ahli arsitektur vernakular antara lain, Laretna T. Adishakti, Muhammad Panji Kusumah, Hari Setyawan, Mohammad Cahyo Novianto, Eko Cahyo Saputro, Andi Putranto,dan Nadia Purwestri.

Buku Arsitektur Vernakular Borobudur memuat sembilan bab yang mengupas berbagai aspek arsitektur vernakular Borobudur, mulai dari material dan kontruksi kayu, dokumentasi dan revitalisasi,  konvservasi bangunan tradisonal kayu hingga peran komunitas dalam pelestarian arsitektur vernakular dan mendukung pariwisata berkelanjutan.

Dalam sesi talkshow yang membahas terkait pengertian arsitektur vernakular atau yang bisa disebut omah jowo. Arsitektur venarkular ini dapat ditemui di Magelang khususnya daerah Borobudur. Contoh bangunannya adalah rumah Limasan.

Laretna T. Adishakt, Ketua UGM-UNESCO Chair in Heritage Cities Conservation and Management menyampaikan bahwa ia telah berkeliling puluhan kota yang ada di Amerika. Lalu ia menyadari bahwa perbedaan lingkungan, alam, dan kulinernya menciptakan budaya dan keberagaman. Begitu juga dengan keberagaman rumah atau arsitektur venarkular.

Muhammad Panji Kusumah, Community Development Specialist dan Ketua Perkumpulan Eksotika Desa Lestari mengatakan bahwa lingkungan sekitar atau alam akan mempengaruhi material pembuatan rumah. Misalnya desa Kebonsari yang lingkugannya di tumbuhi bambu, maka bambu digunakan sebagai meterial pembuatan rumah, misalnya sebagai usuk dan reng. Kemudian dari material pembuatan rumah, kita belajar profesi pemilik rumah sebagai petani dan penganyam. Serta ruangan yang ada di dalam bangunan arsitektur venarkular seperti pawon.

Panji menyoroti potensi ekowisata dalam pelestarian bangunan omah jowo misalnya pawon yang merupakan bagian kebudayaan.

“Wisatawan tidak hanya tertarik melihat bangunan tradisional, tetapi juga ingin merasakan aktivitas sehari-hari masyarakat, seperti memasak di pawon (dapur tradisional) dan menyaksikan keramahan warga desa.” ujar Panji.

Tidak hanya melestarikan bangunannya ketika kita melestarikan arsitektur venarkular, tambah Panji, kita juga melestarikan proses kehidupan masyarakat.

Harapannya dengan adanya kolaborasi antara komunitas, akademisi, dan masyarakat dapat menjaga warisan budaya. Dengan upaya bersama, arsitektur venarkular Borobudur dapat terus menginspirasi generasi mendatang dan mendukung pariwisata berkelanjut sehingga menumbuhkan perekonomian. (mg3/wq)

Penulis Asmita Yuthia

Editor Freddy Sudiono Uwek

CATEGORIES
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)