Jajanan Tiwul Naik Kelas, Disajikan di Tour de Borobudur
MAGELANG (wartamagelang.com) – Tiwul atau thiwul, makanan tradisional terbuat dari singkong dengan campuran parutan kelapa dan gula jawa yang dikukus. Tiwul merupakan makanan pokok pengganti beras yang biasa dikonsumsi masyarakat Gunungkidul.
Rasa tiwul dengan perpaduan gurih dan legit, akan lebih enak disantap ketika masih hangat. Terobosan berani dilakukan oleh pasangan suami istri di Warga Dusun Bumen, Kembanglimus, Borobudur, Kabupaten Magelang. Keduanya yakni Mura Aristina dan Linda Purwaningsih.
Berkat ketekunan mereka, bahkan tiwul akan menjadi kudapan peserta Tour de Borobudur (TdB), pada Minggu (6/08/2023) mendatang. Di puncak acara TdB yang berlangsung di Candi Borobudur itu, Mura juga mengisi stan kuliner.
Mura mampu membuat tiwul beraneka rasa. Ada rasa original, gula jawa, gula aren, coklat, keju, coklat keju, gula jawa keju, pisang coklat, kopi gula aren, dan milo. Harga tiwulnya mulai dari Rp 20.000 sampai Rp 28.000 per porsi, tergantung varian rasa.
Mura Aristina bercerita, usaha ini dirintisnya sejak Agustus 2020. Ketika pandemi Covid-19, Mura ingin menambah penghasilannya agar ‘dapur’ tetap ngebul. Dirinya pun kemudian membuat makanan khas asal kampung halaman istrinya, Gunungkidul. Namun, ia dan sang istri mengkreasikan resep tiwul yang berbeda. Ahasil, rasa tiwul buatannya memiliki tekstur lembut, sekalipun dimakan saat dingin.
“Kita buat tiwul ini untuk menyasar segmentasi menengah ke atas,” kata Mura—sapaan akrabnya, Jum’at, (04/08/2023).
Supaya tiwulnya menarik, Mura menga, sengaja membentuk menyerupai gunung. Di bagian atasnya, dibuat lebih cekung untuk menaruh toping gula jawa cair. Seolah-olah, gunung itu mengeluarkan lava dari puncak. Tiwulnya ini pun dikenalkan sebagai Tiwul Lava Merapi.
Karena keunikan rasa dan bentuknya, tiwul buatan Mura dipesan untuk kudapan peserta Tour de Borobudur (TdB), Minggu (6/08/2023) mendatang. Di puncak acara TdB yang berlangsung di Candi Borobudur itu, Mura juga mengisi stan kuliner.
“Saya beruntung diajak meramaikan TdB. Di sana kita sudah tidak mencari konsumen, karena konsumen sudah didatangkan oleh panitia TdB,” bebernya.
Mura mengaku, tiwulnya pernah dicicipi oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Ia juga ingin bergabung di Lapak Ganjar, agar produk tiwulnya makin terkenal. “Beliau beberapa kali mencicipi tiwul buatan saya, dan memberikan kesan yang baik,” imbuhnya bersemangat.
Ia berharap bisa memberikan warna dan keunikan tersendiri di acara TdB. Ia ingin para peserta terkesan dengan tiwulnya. Apalagi, tiwulnya menggunakan bahan-bahan berkualitas. Gula jawanya asli, bukan campuran gula pasir. Sedangkan singkongnya langsung diambil dari Gunungkidul.
Selain di acara TdB, Mura juga sering mendapat pesanan untuk hajatan pernikahan, maupun untuk hidangan para pejabat. Tapi di hari-hari biasa, ia mampu menjual 25 porsi tiwul per hari, bahkan lebih. “Biasanya kalau rombongan wisata sudah pesan dulu, karena proses kukus membutuhkan waktu 12 menit,” jelasnya.
Usaha tiwul ini juga menjadi caranya untuk mengisi kemerdekaan. Selain melestarikan makanan warisan nenek moyang, tapi juga untuk pemberdayaan masyarakat. Saat ini ia dibantu 4-5 orang karyawan (ang/aha)