YDK Dharma Magelang Selamatkan Roda Kayu Kereta Jenazah Bernilai Sejarah

Roda kayu bekas kereta jenazah yang bernilai sejarah bagi YDK Dharma.
Yayasan Dana Kematian (YDK) Dharma yang terletak di Jl. Singosari Kota Magelang berupaya menyelamatkan sepasang roda kayu kuna. Roda kayu itu merupakan bekas dari kereta jenazah berusia puluhan tahun milik yayasan itu.
Mulanya roda kayu itu awalnya ada di belakang gudang. Karena dianggap bernilai sejarah, roda kayu itupun diselamatkan untuk dilestarikan.
Dulu, sekitar tahun 1920-1940-an, proses pemakaman jenazah dilakukan dengan kereta berkuda. Kuda penariknya bisa 2 atau 4 ekor. Tergantung dari besar kecilnya ukuran peti jenazah (siupan). Ada 4 roda di bagian bawah kereta.
Roda kayu yang terbuat dari kayu jati itu berlapis besi mirip roda dokar. Diameter roda sekitar 70 cm dengan salah satu roda masih berlapis ban karet. Antara kedua roda tersambung dengan as besi tua dengan per daun (shock breaker) masih terpasang dengan baik.
Roda kayu tersebut merupakan satu satunya peninggalan YDK Dharma yang sangat bernilai dan bersejarah. Seperti yang disampaikan oleh Lianida Tjahyono, ketua yayasan tersebut yang ditemui Rabu (24/10/2020).
“Saya berharap dengan peninggalan tersebut semakin memacu pelayanan di YDK Dharma untuk melayani seluruh warga masyarakat terutama warga Magelang dengan lebih baik lagi,” tutur Lianida.

Prosesi pemakaman jenazah menuju ke Tidar dengan kereta berkuda saat melewati depan Apotik Sumbing sekitar sebelum tahun 1940-an.
Lianida juga menegaskan jika di yayasan yang ia pimpin akan memberikan pelayanan yang profesional, tulus dan tak lekang oleh waktu. Sampai kapanpun dari dulu sampai sekarang bahkan sampai yang akan datang pun.
“Jiwa raga kami untuk memberikan pelayanan kematian, menghantarkan jenasah ke peristirahatan terakhir dengan sebaik baiknya apapun kondisi jenasah, dari ras, golongan dan agama apapun,” imbuh wanita yang akrab dipanggil dengan Cik Yeyen ini.
Lianida juga menambahkan jika pelayanan YDK Dharma sudah didahului dari semangat para pendiri yayasan yang benar-benar bekerja sosial.
“Saya berharap jiwa sosial mereka terpancar dari peninggalan sejarah itu. Dan jiwa sosial itu juga yg menjadi salah satu perbedaan jiwa tenaga kerja di kantor Dharma yang lebih menekankan jiwa sosialnya,” pungkas Lianida.

Mobil pengantar jenazah YDK Dharma di era sekitar tahun 1960-an saat melewati Jl. Tidar (kini depan SMK Wiyasa).
Sesudah masa penggunaan kereta kuda, di era tahun 1950-an, prosesi pemakaman menggunakan mobil. Mobil saat itu berwarna hitam dengan merek Chevrolet. Hal ini mempermudah dalam pengantaran jenazah.
Di era ini pelayanan pengantaran jenazah ke pemakaman tidak hanya di Kerkhof atau di Gunung Tidar, tetapi juga hingga Gremeng di Salam. Sehingga penggunaan mobil jauh lebih efektif dibandingkan dengan kereta kuda.
(bgs)