Upacara Tradisi Sumur Wali di Mertoyudan, Menjaga Air tetap Lestari

Sumur Wali di lembah Kali Pacet Dusun Saratan Desa Sumberrejo yang menjadi tempat upacara tradisi Sumur Wali sekaligus diresmikan sebagai Desa Wisata, Minggu Wage (25/10/2020).
Di sebuah lembah Kali Pacet, rerimbunan pohon bambu tampak menaungi jalan tanah menurun yang menuju ke sebuah sumur yang disebut Sumur Wali. Sebuah pohon Preh berukuran besar menaungi mata air itu.
Karena jumlahnya ada 9 mata air maka diberi nama Sumur Wali. Dulu sumur ini kering sejak lama. Sejak dibersihkan warga, sumur ini kembali mengeluarkan air.
Ya, sebuah upacara Tradisi Desa Wisata Sumur Wali, digelar di Dusun Saratan 1 dan 2, Desa Sumberrejo Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang, Minggu Wage (25/10/2020).
Panitia kegiatan, Murtadho mengatakan, jika acara yang digelar untuk menyambut Mauludan (bulan Maulud) dan peresmian Sumur Wali sebagai desa wisata. Sebelumnya, diadakan kirab, prosesi budaya dan kembul bujono. Prosesi ritual dilakukan oleh seniman Agus Merapi.
Murtadho mengatakan jika Sumur Wali yang ada di kampungnya merupakan tinggalan para ulama di jaman dulu yang disegani.
“Sumur itu sudah ada sejak saya lahir.
Dulu sebelum ada air di kawasan Sutan, masyarakat banyak mengambil air di sini sehingga disebut Kali Jodo,” tambah Murtadho.
Murtadho menyebutkan jika pelaksanaan muludan setiap mangsa Kapat di hari Jumat wage. Yang menarik, setelah sekian lama sumur itu berhenti mengalir, tepat pada Kamis Kliwon lalu sumur itu mengeluarkan Air.
Murtadho berharap ke depan Sumur Wali itu bisa untuk wisata religi dan wisata anak-anak. Selain itu juga akan diadakan Mujadahan setiap Kamis Kliwon.
Sementara itu, Camat Mertoyudan Bambang Hermanto, menuturkan, dengan adanya obyek wisata Sumur Wali ini menambah destinasi khususnya di Kecamatan Mertoyudan.
Bambang menambahkan bahwa memang jika Desa Wisata bisa memunculkan potensi keuangan, tetapi menurutnya ini adalah nomer sekian.
“Tujuan pertama dengan adanya Sumur Wali ini bisa kembali kepada sebuah kepercayaan jika Gusti Allah itu ada dan adil. Buktinya adalah sumur yang sekian lama tidak keluar air kini keluar airnya,” imbuh Bambang.
Menurutnya, tujuan kedua adalah masyarakat menjadi guyub rukun gembyeng.

Camat Mertoyudan, Bambang Hermanto, sedang merasakan kesegaran air dari Sumur Wali melalui ‘padasan’.
Harapan hampir serupa juga disampaikan oleh Citrah, warga setempat, yang mendapatkan nasi berkat dari prosesi budaya berupa satu tampah yang berisi nasi, bakmi, kerupuk dan sayuran.
“Harapannya diberi barokah dan kelancaran hidup,” terang Citrah.
Di kesempatan yang sama, mewakili Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Magelang, Kepala Bidang Kelembagaan dan Pemasaran Pariwisata, Dinas Pariwisata Kabupaten Magelang, Gunawan Andi Prihananta, S Sos MM, membacakan sambutan Bupati Kabupaten Magelang Zainal Arifin, menyampaikan, sektor pariwisata merupakan sektor yang paling terpuruk saat Pandemi Covid 19 ini.
Hal tersebut membuat pemerintah berusaha untuk membangkitkan sektor pariwisata dari kelesuan dan keterpurukan.
“Bergotongroyong dan bekerja keras untuk membangkitkannya karena industri pariwisata menjadi sektor unggulan untuk menyejahterakan masyarakat,” ungkapnya.
Sumur Wali memiliki keunikan yang menjadi konsep pengembangan yang bersumber dari kearifan lokal dengan ciri khas tersendiri. Hal ini diharapkan menjadi daya tarik wisatawan dan menjadi destinasi unggulan di wilayah Kabupaten Magelang.
Keunikan lainnya adalah dengan tetap mempertahankan konsep alami dengan nuansa pedesaan sehingga bisa memberi manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat.
(bgs)