Puluhan Perempuan Menjahit Bendera Merah Putih di Bengkulu

Foto: Diskominfo Jateng

Kegiatan menjahit bendera merah putih pada rangkaian Peringatan Hari Ibu Tingkat Nasional, di Gedung Balai Raya Semarak, Bengkulu, Rabu (21/12/2022). Foto: Diskominfo Jateng

BENGKULU (wartamagelang.com)  – Dibanding provinsi lain, Bengkulu termasuk wilayah kecil dan tidak ramai. Namun, di provinsi itu, banyak sejarah Indonesia yang ditorehkan.

Bukan saja karena bapak proklamator Soekarno yang pernah diasingkan di Bengkulu, tapi juga perjuangan Fatmawati, istri Soekarno, yang berusaha menjahit bendera merah putih, untuk dikibarkan saat Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945. Hal itu pula yang mendasari diselenggarakannya kegiatan menjahit bendera merah putih pada rangkaian Peringatan Hari Ibu Tingkat Nasional, di Gedung Balai Raya Semarak, Bengkulu, Rabu (21/12/2022).

Puluhan Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi se-Indonesia dilibatkan pada kegiatan tersebut. Bak Fatmawati, semuanya mengenakan kebaya putih, lengkap dengan kerudung putihnya. Masing-masing menjahit bendera merah putih, menggunakan mesih jahit yang dikayuh. Banyak di antaranya yang menjahit dengan lancar, tapi ada pula yang menemui sejumlah hambatan, seperti benang putus, dan sebagainya. Beruntung, panitia telah menyiapkan pendamping yang menguasai teknik menjahit.

Cucu Fatmawati, Puti Guntur Soekarno mengapresiasi kegiatan tersebut. Terlebih, sebelumnya para tamu juga diajak mengunjungi Rumah Ibu Fatmawati Soekarno, yang berada di Jalan Fatmawati.

Dia kembali mengulas kisah neneknya, Fatmawati, yang sempat mengasuhnya saat anak-anak. Menurutnya, Bengkulu merupakan tempat kelahiran ibu negara pertama, pada 5 Februari 1923. Di Bengkulu pula, Bung Karno yang diasingkan pada 1938 hingga 1942, bertemu dengan gadis cantik bernama Fatmawati.

“Bengkulu mungkin sebagai provinsi kurang populer dibanding provinsi lain. Tapi Bengkulu menorehkan sejarah, karena di sini Bung Karno dibuang, dan bertemu Fatmawati, gadis jelita yang menurut saya, karena saya pernah diasuh, adalah sosok perempuan yang progresif, perempuan yang punya pemikiran visioner, dan perempuan yang berani,” ungkap Puti.

Dia menyampaikan, saat itu suasana sangat mencekam, di mana bendera merah putih tabu untuk dikibarkan. Siapa yang ketahuan mengibarkan, akan ditangkap dan mungkin dibunuh. Namun, Fatmawati yang saat itu tengah mengandung anak pertamanya, Guntur Sukarno Putra, justru berpikiran, suatu saat ketika negara ini merdeka, dan dia yakin suaminya yang akan memproklamirkannya, akan tidak lengkap kemerdekaan itu tanpa pengibaran bendera merah putih.

“Maka, ketika ada kain merah dan putih yang saat itu untuk pakaian jabang bayi, dia berpikir bagaimana jika Indonesia dimerdekakan tapi tidak ada yang dikibarkan. Maka dari tangan Fatmawati, diuntailah bendera merah putih, dijahit dengan tangan karena saat itu sedang hamil besar, yang pada 17 Agustus 1945 di Pegangsaan Timur, dikibarkan dalam Proklamasi Indonesia,” ujar Puti.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI, Bintang Puspayoga menyampaikan, rangkaian Peringatan Hari Ibu tahun ini spesial, karena diselenggarakan di Bengkulu, yang menorehkan sejarah perjuangan bangsa. Di provinsi ini dirajut kemerdekaan oleh Presiden pertama Soekarno. Sinergi dan kolaborasi yang dijalin dengan istrinya, harus menjadi contoh masyarakat Indonesia.

“Ibu Fatmawati sosok yang visioner, berani, harus menjadi inspirasi. Kebanggaan perempuan bisa berkiprah di semua bidang pembangunan,” terangnya.

Diakui, masih ada pekerjaan kesetaraan wanita dan pria yang belum tercapai. Hal itu perlu dikejar, mengingat partisipasi perempuan tidak hanya dilakukan saat kemerdekaan, melainkan juga sebelum kemerdekaan.

“Pengakuan partisipasi perempuan sangat diperlukan, karena indeksnya masih menganga. Peringatan Hari Ibu di Bengkulu ini, ke depan apa yang kita harapkan untuk perempuan Indonesia bisa setara dengan laki-laki, bisa jadi momentum perempuan di seantero nusantara,” beber Bintang.

Sementara, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Provinsi Jawa Tengah Retno Sudewi yang hadir dalam kesempatan itu, mengapresiasi kegiatan yang melibatkan perempuan se-Indonesia itu.

“Melihat situasi saat itu, saat Bu Fatmawati menjahit bendera pusaka. Luar biasa ya, pesan Bu Fatmawati. Padahal saat itu mengandung tua, beliau menjahit bendera pusaka untuk dikibarkan pada 17 Agustus 1945,” terangnya.

Terlebih, imbuh Dewi, setelah dari Rumah Bu Fatmawati, seluruh Ketua Tim Penggerak PKK menjahit bendera merah putih, seperti yang dilakukan Fatmawati. Selanjutnya, bendera itu akan dikibarkan di masing-masing provinsi, saat upacara 17 Agustus.

“Jadi, dari itu semua, pesannya, kaum wanita harus selalu berdaya. Dan semuanya kita lakukan, karena perempuan itu sebenarnya bisa, harus setara dengan pria,” tandasnya dalam rilis Diskominfo Jawa Tengah yang diterima oleh wartamagelang.com. (wq)

CATEGORIES
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)