Program “Wali Kota Merangkul” Jadi Ruang Interaktif Antara Kepala Daerah dan Warga

“Wali Kota Merangkul” dengan isu “Kelas Orang Tua Hebat Bersama Wali Kota Bergerak Bersama Mencegah Stunting” di Pendopo eks BPLK Kemenkeu RI Alun-alun Magelang, Selasa (29/07/2025). Foto: Humas Prokompim Kota Magelang
Magelang (wartamagelang.com) – Pemerintah Kota (Pemkot) Magelang menunjukkan komitmennya untuk melibatkan seluruh unsur dalam setiap program yang diusung. Salah satunya, program “Wali Kota Merangkul”.
Program ini menjadi ruang interaktif antara kepala daerah dan warga, khususnya para orang tua, untuk berdialog, belajar bersama, dan mencari solusi atas berbagai tantangan pengasuhan dan sebagainya.
“Wali Kota Merangkul” digelar rutin sesuai tema atau isu strategis lainnya di wilayah ini. Kali ini, mengangkat “Kelas Orang Tua Hebat Bersama Wali Kota Bergerak Bersama Mencegah Stunting” di Pendopo eks BPLK Kemenkeu RI Alun-alun Magelang, Selasa (29/07/2025).
Kegiatan dihadiri oleh Wali Kota Magelang Damar Prasetyono sebagai narasumber utama, Wakil Wali Kota Magelang dr. Sri Harso, Ketua TP PKK Kota Magelang Nanik Damar Prasetyono, Kepala Dinas Kesehatan Kota Magelang dr. Istikomah dan sejumlah kepala OPD terkait.
Sebagian peserta adalah para orangtua, pendamping, kader posyandu, dan lainnya.
Damar mengatakan, tema ini diangkat karena stunting masih menjadi permasalahan serius di Indonesia, tak terkecuali di Kota Magelang. Secara nasional, prevalensi stunting mencapai 19,8 persen. Sementara di Kota Magelang mencapai 15,3 persen atau sekitar 512 anak.
Maka dari itu, Pemkot Magelang melakukan berbagai intervensi dan mengerahkan semua sektor untuk menekan angka stunting.
“Kami mendorong intervensi model ‘keroyokan’. Setiap organisasi perangkat daerah (OPD), pelaku usaha, dan warga harus ikut serta,” kata Damar.
Damar menjelaskan, anak-anak yang berpotensi mengalami stunting, akan dikelompokkan berdasarkan wilayah atau kelurahan masing-masing. Ini akan mempermudah dalam penanganan cepat kasus stunting.
Pendataan yang lebih detail dilakukan terhadap balita, ibu menyusui (busui), dan ibu hamil (bumil) sebagai kelompok sasaran utama.
“Data ini penting untuk mempermudah intervensi status gizi secara spesifik di suatu wilayah oleh puskesmas dan posyandu maupun para pendamping,” imbuh Damar.
Di sisi lain, Damar juga menekankan pentingnya kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Masyarakat diharapkan saling memperhatikan kondisi anak-anak dan ibu hamil di sekitarnya, serta segera melaporkan jika ditemukan tanda-tanda stunting.
Tak hanya itu, lanjut Damar, peran seorang Bapak juga diperlukan dalam merawat tumbuh kembang anak.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Magelang, dr. Istikomah menekankan, pencegahan tetap menjadi strategi utama. Namun, untuk kasus yang sudah terjadi, pihaknya melakukan intervensi konvergensi, yaitu pendekatan lintas sektor yang mencakup gizi, kesehatan, lingkungan, hingga edukasi.
Sebab, kata dia, tidak semua anak stunting sama penyebabnya. Ada yang karena gizi buruk, penyakit kronis, sanitasi buruk, atau faktor lain.
“Karena itu kami lakukan asesmen terlebih dahulu untuk menentukan jenis intervensinya,” jelas Istikomah.
Intervensi yang dilakukan meliputi pemberian makanan tambahan, pemeriksaan kesehatan, perbaikan akses air bersih, edukasi pola asuh, hingga rujukan medis jika dibutuhkan. Bahkan, CSR dari sektor swasta turut digalang untuk membantu memenuhi kebutuhan anak-anak terdampak. (wq)