Kampung Tulung, Tegaskan Diri sebagai Kampung Bersejarah

Tamu undangan berpose di bawah lokasi acara usai peresmian Taman Identitas Kampung Tulung Bersejarah 17 Agustus 2020 oleh sesepuh kampung tersebut, Abak Roflin.

Pagi itu 17 Agustus 2020, seorang laki-laki ‘sepuh’ bersiap-siap beranjak dari rumahnya. Kemeja batik bergambar Garuda Pancasila dengan tulisan di bawahnya ‘Angkatan 45’ dengan pecis hitam, dipadukan dengan sepatu pantofel warna hitam. Di dada kirinya, terpasang deretan tanda penghargaan.

Tak lupa, anak perempuannya memasangkan sebuah masker berwarna merah putih kepadanya. Harap maklum, karena memang pandemi covid-19 belumlah usai.

Dengan ditemani oleh anak lelakinya, Abak Roflin (93) atau yang biasa disapa dengan Mbah Abak, bergegas berjalan kaki menuju ke lokasi acara. Tak jauh dari tempat tinggalnya di RW 1 Kampung Tulung, Kel. Magelang Kota Magelang.

Dengan langkah tegap, Mbah Abak masih menperlihatkan kegagahannya. Beliau adalah saksi mata peristiwa kelam 75 tahun yang lalu di kampungnya. Sebuah peristiwa yang tercatat dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.

Mbah Abak masih ingat betul saat 28 Oktober 1945, dapur umum yang ada di kampungnya diserbu tentara Kidobutai. Kidobutai ini datang dari Semarang karena hasutan dari Inggris jika tentara Jepang yang ada di Magelang dibunuh oleh pejuang Republik.

Kidobutai datang dengan ganasnya dan mengadakan penggeledahan di kampung-kampung seperti di Badaan, Potrobangsan, Botton, Dukuh dan Tulung.

Tentara Kidobutai yang dari utara, menuju dapur umum di Kampung Tulung melalui pekuburan Nglarangan Potrobangsan.

Para pejuang yang berkumpul di dapur umum tak menyangka jika diserbu secara mendadak dari belakang (arah utara). Tentara Jepang ini dikira kawan sendiri mengingat memang sebelumnya ada 5 tentara Jepang yang bergabung dengan Republik.

Akibat peristiwa itu, 42 orang gugur di dapur umum yang merupakan rumah lurah Magelang saat itu. Kenanyakan yang gugur adalah warga Tulung dan Dukuh serta pejuang Republik lainnya.

Petistiwa itu memicu pertempuran hebat antara pejuang Indonesia dan Inggris yang terkenal dengan sebutan Palagan Magelang. Perang hebat ini terjadi pada 31 Oktober – 2 Novembet 1945.

“Korban di pihak kita (Indonesia) sebanyak 178 orang, termasuk yang gugur di dapur umum 42 orang,” kata Mbah Abak.

Pertempuran itu berhenti ketika Presiden Sukarno dan Jenderal Bethel datang dari Semarang ke Magelang dan dilanjutkan dengan perundingan.

Saat di Magelang, Presiden Sukarno pun juga berkunjung ke dapur umum tersebut.

Untuk mengenang peristiwa kelam di Kampung Tulung itulah dibangunlah sebuah monumen di Jalan Kusumabangsa 3 yang merupakan gerbang menuju ke dapur umum.

Monumen ini terdiri dari 3 patung yaitu patung pejuang, perempuan dan rakyat biasa yang merupakan simbol dari perjuangan rakyat Magelang.

Peresmian Taman Identitas

Hari itu (17/8/2020) adalah hari peresmian Taman Identitas Kampung Tulung Bersejarah. Lokasinya berada di pojok Jalan Kusumabangsa I dan Jalan Kapten Yahya. Persis berada di pinggir Kali Bening.

Taman identitas ini berupa taman yang didirikan di sebuah areal tanah kosong dan tulisan “Kampung Tulung Bersejarah” dengan ukuran sekitar 1×5 meter.

Menurut Ketua panitia Sulistyo Nugroho, pembangunan taman merupakan penegasan dari diresmikannya Kampung Tulung sebagai kampung sejarah dan peresmian nama Jalan Kusumabangsa 1, 2 dan 3 tahun 2018 lalu oleh pemerintah Kota Magelang.

“Pada tahun 2018, selain sebagai kampung sejarah, juga diresmikannya nama 3 jalan di kampung ini sebagai Jalan Kusumabangsa 1, 2 dan 3,” imbuhnya.

Sementara itu Lurah Magelang, Suwandarta, SH, MH mengatakan, jika peresmian Taman Identitas Kampung Tulung Bersejarah merupakan implementasi dari perjuangan rakyat Magelang khususnya Kampung Tulung pada masa perjuangan 1945.

“Di masa perjuangan 1945 di kampung ini pernah terjadi peristiwa tragis di dapur umum dan untuk memperkuatnya perlu dibangun sebuah identitas,” tuturnya.

Sementara itu, dengan tangan gemetar, Mbah Abak menggoreskan tanda tangannya di prasasti yang terpasang di tembok persis di bawah tulisan.

Dapur umum di Kampung Tulung, lokasi gugurnya 42 pejuang Republik pada 28 Oktober 1945.

Sebuah prasasti yang berbunyi:

“Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Taman identitas Kampung Tulung Bersejarah. Sesepuh Kampung Tulung Abak Roflin. Magelang 17 Agustus 2020”

Mbah Abak berharap bahwa dengan pendirian Taman Identitas akan melengkapi bangunan monumen yang sudah ada sehingga hal ini bisa menumbuhkan jiwa dan semangat nasionalisme masyarakat dan generasi muda sekarang ini.

CATEGORIES
Share This

COMMENTS Wordpress (0)