Hari Kedua FLG XXIII Ditutup dengan Penampilan Spektakuler KIAIKANJENG Bertajuk “Komposisi Jalan Sunyi”

Foto : Luky Halisah

Penampilan spektakuler dari KiaiKanjeng bertajuk “Komposisi Jalan Sunyi” Festival Lima Gunung XXIII hari kedua diselenggarakan di Dusun Keron, Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan. pada Kamis, 26 September 2024. Foto : Luky Halisah4Annisa Eka Putri/wartamagelang.com

Magelang (wartamagelang.com) – Festival Lima Gunung XXIII hari kedua diselenggarakan pada Kamis, 26 September 2024. Bertempat di Sanggar Saujana, Dusun Keron, Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan. Pada hari kedua ini terdapat berbagai macam penampilan yang terbagi menjadi tiga sesi yaitu pagi, siang sampai sore, dan malam hari yang memikat perhatian penonton dengan adanya penampilan dari KiaiKanjeng.

Pagi hari jadwal Festival Lima Gunung XXIII dimulai pada pukul 10.00-10.40 WIB yang dimeriahkan oleh penampil dari Magelang dan Salatiga. Pada sesi siang hingga sore dimulai pada pukul 13.25-17.30, diselingi break Salat Asar dan Magrib.

Pada sesi dua ini, penampil terbanyak berasal dari Magelang yang menampilkan tarian khas Magelang seperti rampak buto, grasak, dan soreng. Menariknya, UKM Seni Teater Fajar dari Unimma turut berpartisipasi dalam acara ini dengan menampilkan musikalisasi puisi Majoi.

Setelah itu memasuki sesi ketiga yaitu malam hari yang terjadwal pukul 19.15-19.35 WIB. Dinginnya angin malam tidak menyurutkan minat masyarakat untuk memadati Sanggar Saujana Keron. Pastinya untuk mencari hiburan dan mengapresiasi seni yang tersaji.  Puncak hari kedua ini ditutup dengan penampilan spektakuler dari KiaiKanjeng bertajuk “Komposisi Jalan Sunyi.”

Sebelum menampilkan performance terbaiknya, penonton diajak untuk naik dan merapat ke atas panggung. Tujuannya agar lebih dekat dengan KaiKanjeng. Surat Al-fatihah menjadi pembuka untuk dilantunkan.

“Mari kita melafalkan Al-fatihah terlebih dahulu, khususnya untuk Mbah Nun, kesehatan dan kegembiraan yang selalu ditumpahkan oleh Pak Tanto, untuk Festival Lima Gunung yang Alhamdulillah sudah ke-23 kali,” ujar salah satu vokalis KiaiKanjeng.

Uniknya, lagu yang dibawakan oleh KiaiKanjeng ini memadukan alat musik tradisional yaitu gamelan dan alat musik modern. Perpaduan keduanya menciptakan irama musik nan indah dan memukau para pendengarnya. Dalam setiap lagu, selalu diselipkan puisi yang dirangkai dari diksi menjadi kalimat penuh arti. Berikut salah satu puisi yang dibacakan dan menggugah hati pendengar.

Aku tidak meminta kepadamu

Aku mengizinkan tanganku menengadah hanya ke langit

Aku tidak mengemis kepada negara

Tidak kepada hulu palang, jendral, atau perwira

Aku tidak menyodor-nyodorkan gelas kosong kesana kemari

Untuk menanti tetesan air belas kasihan kepada manusia

Siapapun namanya, apapun pangkat dan organisasinya, tidak

Aku makan dagingku sendiri

Ku minum keringatku sendiri

Ku pijati ku urus badan penatku dengan minyak kencingku sendiri

Dan kau belum puas

Beberapa lagu yang dibawakan mulai dari lagu jawa Bang-Bang Wetan, Zaman Wis Akhir, dan Rampak Osing KiaiKanjeng. Kemudian sholawat Ya Thoybah Ya Dawal Ayaana dan Ya Nabi Salam ‘Alaika. Lirik lagu berbahasa asing juga dikemas apik dengan aransemen yang khas. Menuju performance terakhir, KiaiKanjeng bersama penonton melakukan doa bersama kemudian ditutup dengan sholawat Thola’al Badru ‘Alaina.

Penampilan dari KiaiKanjeng ini menjadi penutup serangkaian acara hari kedua Festival Lima Gunung XXIII 2024. Penonton dapat kembali esok hari untuk menyaksikan penampilan yang tak kalah seru dari rekan-rekan Magelang, Sulawesi Selatan, Bali, dan masih banyak lagi. (mg8/wq)

Penulis : Annisa Eka Putri

Editor : Freddy Sudiono

CATEGORIES
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)