Pameran Seni Merefleksi ke-100 Surrealisme Andre Breton di Museum OHD

Foto: Assifa Zanuba Qatrunnada/wartamagelang.com

Press Conference Pameran Seni Merefleksi ke-100 Surrealisme Andre Breton di Museum OHD pada hari Jumat, 18 Oktober 2024. Foto: Assifa Zanuba Qatrunnada/wartamagelang.com

KOTA MAGELANG (wartamagelang.com) – Museum OHD mengadakan press conference dalam rangka pembukaan Pameran Seni Merefleksi ke-100 Surrealisme Andre Breton di Museum OHD, pada hari Jumat, 18 Oktober 2024. Acara tersebut dihadiri oleh Prof. M. Dwi Marianto sebagai Kurator dan Heri Kris sebagai Ko-kurator, dan dr Oei Hong Djien sebagai pemilik Museum OHD.

Perayaan 100 tahun surrealisme ini tidak hanya dirayakan di Indonesia, namun dirayakan di seluruh dunia pada tanggal 15 Oktober 2024.

Pameran ini telah digagas dan direncana sejak 2020, akan secara  resmi dibuka pada tanggal 19 Oktober 2024, dan berlangsung sampai 10 Februari 2025.

Pameran akan menghadirkan karya-karya dari berbagai media dari 65 seniman, dari yang paling senior almarhum Sudibio (1912 – 1980), almarhum Soedjojojol (1913 – ) sampai pegrafis dari Jakarta yang baru saja lulus dari ISI Yogyakarta tahun lalu. Ada Mahdi Abdullah dari Aceh, Dicky Takndare dari Papua, Venzha (Kelahiran Banyuwangi), Made Jirna (Bali), Insanul Qisty Barriyah (Jakarta), Mella Jaarsma (seniman kelahiran Berlanda), Zulfa Hendra (Sumatera Barat), Edo Pop (Sumatera Selatan), Entang Wiharso (Tegal), Kadhir Supartini (Yogyakarta), dan lainnya

Karya-karya terpilih tersebut dibuat dengan berbagai macam teknik dan media. Seperti menggunakan media konvensional, media jamur atau kombucha, serta media terbaru yaitu dengan menggunakan media video.

Surrealisme sendiri merupakan gerakan seni yang mengajarkan kepada pengikutnya untuk mendapatkan ide-ide baru yang tidak hanya dari logika, tetapi bisa didapatkan melalui dunia mimpi, dunia imajinasi, alam bawah sadar, maupun keajaiban.

Owner Museum OHD, dr Oei Hong Djien menjelaskan, surrealisme menjadikan sastrawan dan seniman tidak hanya terpancang pada rasionalisme sempit, tetapi juga harus mengetuk berbagai potensi dari dunia mimpi, imaginasi,  bawah-sadar, keajaiban, dan masa lalu.

“Surrealisme ternyata mampu memicu pemunculan potensi naratif dan storytelling dan mithologi lokal, serta berbagai absurditas dari fenomena keseharian di Indonesia, yang kemudian tertransformasi jadi karya-karya surrealistik,” ujar dr Oei Hong Djien.

Prof. M. Dwi Marianto, MFA, PhD. menyampaikan teknis pengumpulan dari karya-karya surrealis terpilih hingga akhirnya karya tersebut dapat hadir dan dipamerkan di Museum OHD.

“Pertama kami mencari kontak para seniman, lalu kita mengirimkan TOR kepada mereka yang berisikan karya yang kami cari seperti apa lalu kita kirim dan kita tanya, setelah dikirimi gambarnya lalu kita datangi mereka, kita cari yang paling unik,” kata Prof Dwi.

Heri Kris, sebagai ko-kurator menyatakan bahwa Indonesia memang tidak memiliki gerakan surealisme tetapi indonesia memiliki seniman yang memiliki kecenderungan untuk berkarya dengan kecenderungan surrealis. Selain itu, Indonesia ini sangat kaya dengan unsur-unsur yang berbau surealis yaitu tentang mitologi.

“Semoga dalam pameran ini bisa menjawab hegemoni bahwa kita memiliki karya yang kuat mengenai surealisme, bahwa kita juga punya kekuatan yang mampu melahirkan atau mempamerkan karya surrealisme dengan diksi yang benar, bahwa kita melakukan sebuah gerakan surrealisme untuk merefleksi seratus tahun yang dulu dituliskan oleh Andre Breton,” tambah Kris. (mg1/mg2/wq)

Penulis: Assifa Zanuba Q dan Ariani Putri A

Editor: Freddy Sudiono Uwek

CATEGORIES
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)