Kisah eks Tentara Jepang yang Membobol Gudang Senjata Milik Jepang dan Membagikannya untuk Pejuang Indonesia


Foto Letkol (purn) Mitsuyuki Tanaka alias Sutoro mengenakan seragam TNI AD. (foto: Bagus Priyana)

Pasca kekalahan Jepang dari Sekutu pada 1945, membuat para tentaranya yang berada di wilayah Hindia Belanda mengalami kekalutan.

Tak sedikit yang menyerah pada Sekutu dan menunggu pemulangan ke Jepang. Ada pula yang melakukan harakiri atau bunuh diri dengan menusukkan pedang. Tetapi ada juga yang malah beralih membelot dan membela Republik.

Salah satunya adalah Mitsuyuki Tanaka, seorang prajurit muda berpangkat ‘buco’ atau sersan berusia 24 tahun.

Kebenciannya pada Sekutu karena telah menghancurkan negerinya dengan menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada 6 dan 9 Agustus 1945.

Hal itulah yang menyebabkan dirinya bergabung dengan Indonesia.

Tanaka mendapat pangkat Sersan Mayor saat bergabung dengan BKR (cikal bakal TNI) di Magelang pada 1945.

Sebagai bukti kecintaannya pada Indonesia dan setelah menikah dengan gadis desa dari Brengkel Salaman Kab. Magelang bernama Suparti pada 28 Juli 1948, namanyapun berganti menjadi Sutoro.

Keahliannya sebagai pasukan tempur handal yang berpengalaman di medan laga seperti di Manchuria, Taiwan, Singapura, Pilipina, Thailand, Kalimantan dan Surabaya, sangat berarti untuk melatih para pejuang Republik.

Bahkan tak tanggung-tanggung, Tanaka menjadi sosok penting dalam peristiwa sejarah di kota Magelang. Misalnya saja saat pengibaran bendera Merah Putih di Gunung Tidar pada 25 September 1945.

Saat itu tentara Jepang yang tergabung di Kenpeitai menembaki para pejuang yang turun dari Tidar dari markas Kenpeitai di Jalan Tidar (kini SMK Wiyasa). Tanaka membalas dengan menembaki para tentara Kenpeitai itu.

Peristiwa lain adalah saat Palagan Magelang 31 Oktober-2 November 1945. Berkat kepiwaiannya, 2 pesawat cocor merah milik Belanda berhasil ditembak jatuh dari atas Watertoren (Menara Air Minum) di Aloon-aloon. Kedua pesawat itu jatuh di Kaliangkrik dan di Sapuran (Wonosobo).

Di area Palagan Ambarawa, Inggris memberinya ‘hadiah’ peluru tajam yang menembus dada kiri bagian atas, beruntung nyawanya masih bisa terselamatkan. Bekas tembakan di tubuhnya itu menjadi bukti atas kegigihannya membela negeri ini.

Mitsuyuki Tanaka alias Sutoro menunjukkan luka bekas peluru saat peristiwa Palagan Ambarawa. (foto: majalah Intisari edisi 1992)

Sebuah peristiwa yang menjadi bukti kecerdikannya adalah saat Tanaka berhasil membobol gudang senjata milik Inggris di komplek tangsi militer (kini komplek Rindam IV/Diponegoro) pada sekitar tahun 1945.

Tanaka saat itu dipercaya oleh Inggris untuk membawa kunci gudang senjata. Tetapi pada suatu malam, Tanaka berhasil membuka, membobol dan kemudian membagikan senjata-senjata kepada para pejuang Republik.

Senjata yang berhasil diambil yakni 4 juki, 8 watermantel, 12 willys, 120 senapan, 40 gek, 60 bren gun, 80 tekidanto, dan beberapa truk penuh peluru.

Senjata, peluru dan kendaraan inilah yang oleh para pejuang dipergunakan untuk melawan Inggris.

(bgs)

CATEGORIES
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)