Magelang, Kota Pancasila

Magelang, Kota Pancasila

Pemahaman akan keadilan sosial, inklusi, serta keteladanan sangat memengaruhi hubungan sosial masyarakat secara langsung.

Suri teladan juga merupakan bagian utama dalam penyemaian dan pembudayaan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Perihal keteladanan merupakan satu hal yang paling terasa dalam kehidupan masyarakat. Kurangnya tindakan maupun perilaku sosial, baik dalam konteks individu maupuan lembaga, berhubungan langsung dengan pengamalan nilai-nilai Pancasila.

Magelang yang posisinya di pertengahan jalur utara dan selatan Jawa merupakan kota yang sangat unik serta mempunyai kekhasan, yang tidak bisa ditemukan di daerah lain.

Salah satunya adalah adanya alun-alun kota yang selain menjadi pusat aktivitas kota juga menjadi cermin nyata dari nilai-nilai Pancasila.

Posisi rumah-rumah ibadah dari beragam agama yang ada di seputar Alun-Alun Kota Magelang menunjukkan tingginya toleransi beragama di kota tersebut. Hal itu terkait dengan cermin sila pertama Pancasila, “Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Sila kedua tercermin dalam beragam fasilitas publik yang bisa diakses oleh semua lapisan masyarakat, antara lain adanya jalur khusus untuk difabel di pusat kuliner Tuin Van Java, juga trotoar yang ramah untuk semua.Trotoar yang ramah untuk semua di sekeliling alun-alun menunjukkan tingginya jiwa kemanusiaan dalam membangun peradaban yang lebih baik ke depannya.

Seringnya agenda yang diikuti masyarakat luas dari Magelang dan sekitarnya menjadi cermin dari semangat persatuan dan kesatuan masyarakat yang tinggi. Bahkan alun-alun ini menjadi satu penanda utama oleh masyarakat untuk saling bertemu dan beraktivitas kemudian.

Tetap diperbolehkannya para pedagang pasar tiban “Pahingan” berjualan walaupun sekarang di jalan sisi barat alun-alun, menjadi cermin adanya musyawarah mufakat untuk mewujudkan perubahan.

Aktivitas pedagang yang sempat akan dipindahkan oleh Pemerintah Kota Magelang ini, masih bisa berjalan rutin saat pengajian di Masjid Agung Kauman Alun-Alun Kota Magelang yang digelar setiap 35 hari sekali. Hanya situasi darurat atau “force majour” seperti adanya pandemi Covid-19 ini yang bisa menghentikan aktivitas rutin yang diadakan setiap Minggu Pahing setiap bulannya ini.

Cermin nilai dari sila kelima Pancasila adalah setiap orang bisa mengakses alun-alun dengan mudah.

Pelayanan pemerintah kota juga sangat penting untuk diapresiasi. Ada banyak fasilitas yang bisa diakses oleh umum, seperti adanya “tab” atau keran air layak minum di area dekat Watertoren (Menara Air), fasilitas “free wifi” yang bisa diakses umum mencerminkan upaya untuk pemerataan akses informasi bagi semua, termasuk bagi yang tidak mempunyai kuota.

Pancasila dan nilai-nilainya dengan jelas tergambar dalam keberadaan Alun-Alun Kota Magelang. Alun-alun itu penanda atau “landmark” secara nyata atas pembumian nilai-nilai Pancasila.

Dalam artikel di “Buku Magelang Kampung Pancasila” yang ditulis dr. Reno Ranuh disebutkan bahwa Alun-Alun Kota Magelang merupakan jantung kota, bukan sekedar pusat kota.

Magelang sebagai kampung besar Pancasila adalah tempat menyatu berbagai aspirasi warga kota untuk tumbuh dan berkembang dalam kedamaian secara hakiki.

“Sejak lahirnya, Magelang, salah satu kota terkecil di Indonesia ini, dirawat dalam suasana rukun dan diharapkan selalu menghadirkan suasana damai hingga generasi-generasi selanjutnya,” demikian salah satu kutipan artikel dokter senior di Kota Magelang berdarah Bali yang sudah puluhan tahun tinggal di kota ini.

Hanya saja, aktivitas di alun-alun yang selama ini terbangun di Kota Magelang sedikit terusik dengan adanya wabah atau pandemi Covid yang sudah berlangsung beberapa bulan ini.

Banyak kegiatan masyarakat yang yang dahulu sering diadakan di alun-alun sekarang terpaksa harus dihentikan.

Data terbaru dari Dinas Kesehatan Kota Magelang yang dirilis di covid19.magelangkota.go.id per tanggal 11 Agustus 2020 yang dilansir pukul 18.00 WIB menunjukkan ada total 22 orang meninggal, 72 terkonfirmasi positif terpapar covid 19, 428 orang suspek, dan 629 orang mempunyai kontak erat dengan covid 19.

Data tersebut menunjukkan covid 19 masih menjadi ancaman serius untuk kesehatan warga. Sehingga aktivitas masyarakat di alun-alun belum bisa kembali normal. Dalam suasana yang mengkhawatirkan seperti tergambar dalam data tersebut. Kesadaran akan pentingnya kewaspadaan pada ancaman covid 19 menjadi sangat penting untuk menumbuhkan kenyamanan bersama bagi semua pihak. Kelengahan dan kekuranghati-hatian bisa membuat semua sistem bisa terganggu.

Bicara tentang sistem, kata ini merujuk pada suatu perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Lebih mudahnya sistem adalah kumpulan dari beberapa unsur yang saling berkaitan. Dalam sistem hidup berbangsa dan bernegara, tidak lepas dari sebuah tatanan nilai tingkah laku kehidupan yang sesuai dengan karakter dan kepribadian bangsa tentunya.

Sedang sistem sosial budaya merupakan perilaku hubungan individu maupun kelompok dalam masyarakat yang diterima oleh sebagian besar masyarakat karena bersumber dari nilai-nilai budaya yang telah menjadi bagian pola hidup sehari-hari masyarakat itu sendiri. Pada masyarakat pedesaan tentunya memiliki karakteristik sistem sosial budaya tersendiri yang membedakannya dengan masyarakat perkotaan. Demikian juga pada masyarakat adat nusantara yang berangkat dari berbagai suku bangsa, ras, agama, dan budaya mempunyai karakteristik nilai-nilai yang berbeda-beda.

Untuk kita, fakta bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang dibangun dari keragaman suku budaya beserta adatnya yang beragam pula. Pancasila sudah disepakati para pendiri bangsa menjadi dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagaimana tercantum dalam konstitusi. Sebagai dasar, Pancasila, menjadi titik temu dari keberagaman tersebut.

Titik temu ini ada dalam nilai-nilai etik atau moral yang ada pada Pancasila. Hanya saja titik temu ini bisa jadi masih terus menjadi di tengah-tengah adanya tantangan dan ancaman dari nilai-nilai yang tidak berkesuaian dengan nilai-nilai yang ada dalam Pancasila.

Harus diakui, bahwa sebagian bangsa Indonesia telah melupakan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu nilai-nilai Pancasila juga sudah mulai tergerus oleh perkembangan jaman. Lambat laun nilai-nilai lain yang bertentangan dengan Pancasila mulai merasuk dalam kehidupan bangsa kita. Dan, tantangan ini semua merupakan pekerjaan rumah kita bersama terutama generasi muda sebagai warga bangsa Indonesia untuk mengembalikan semangat nilai-nilai Pancasila yang sedang mulai terjal dalam implementasinya.

Kembali ke Magelang sebagai kampung besar Pancasila merupakan ide besar pembumian dan penerapan nilai-nilai luhur bangsa yang terkandung dalam Pancasila itu, secara nyata dan langsung ada di jantung masyarakat.

Nilai-nilai yang harus selalu dijaga dan dipelihara agar dapat menginspirasi masyarakat Indonesia, terutama generasi muda, dalam bertindak dan berperilaku.

Jarak antargenerasi yang nampak melebar, sebagaimana terlihat dalam gaya hidup bermedia sosial dan keteladanan penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, butuh diperhatikan lebih serius.

Kalau secara simbolik-lanskap, nilai-nilai Pancasila telah diwujudkan melalui wajah pusat Kota Magelang. (MN)

Foto aktivitas warga.

Foto aktivitas warga di alun-alun kota Magelang.

CATEGORIES
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)