Serviks, Kanker Tertinggi Kedua Pada Perempuan Yang Dapat Dicegah

foto:

Pasien sedang berkonsultasi dengan dr. Yuliana Wydia Gunawan, Foto: Dok Widya

Magelang (wartamagelang.com) – Kasus kanker di Indonesia masih terus meningkat tiap tahunnya. Berdasarkan data Global Cancer Observatory (GCO), angka kanker serviks di Indonesia hingga tahun 2020 adalah sebesar 9.2% dan masih menempati urutan tertinggi kedua pada jenis kanker yang menyerang perempuan di Indonesia. Kanker serviks merupakan kanker yang disebabkan oleh virus HPV (Human Papilloma Virus) dan menyerang pada bagian leher rahim. Kanker ini jika terdeteksi pada stadium lanjut maka angka kesembuhannya juga semakin rendah.

Setiap perempuan berisiko terkena kanker serviks. Terutama risiko lebih tinggi pada perempuan yang melakukan aktivitas seksual di usia muda (<20 tahun), perempuan yang bergonta-ganti pasangan seksual atau berhubungan seksual dengan pria yang sering bergonta-ganti pasangan seksual, memiliki riwayat kanker dalam keluarga, perempuan yang aktif maupun pasif merokok, atau yang berulangkali mengalami infeksi pada alat kelamin.

Oleh karena setiap perempuan berisiko mengalami kanker yang satu ini, maka setiap perempuan wajib mawas diri terhadap gejala kanker serviks. Gejala yang muncul namun seringkali diabaikan adalah munculnya keputihan atau cairan putih kekuningan dari alat kelamin yang berbau dan bercampur dengan bercak darah. Selain itu gejala seperti nyeri panggul dan nyeri berlebihan pada saat melakukan aktivitas seksual, haid yang menjadi tidak teratur, atau keluarnya perdarahan dari alat kelamin diluar siklus menstruasi juga menjadi gejala yang harus diwaspadai.

Sayangnya mawas diri terhadap kanker serviks di Indonesia masih tergolong sangat rendah, padahal kanker ini sebetulnya dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi dan dapat dideteksi secara dini dengan pemeriksaan IVA atau pemeriksaan Pasmear. Semakin dini atau semakin cepat kanker ini terdeteksi, maka angka kesembuhan juga akan semakin tinggi.

Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) atau pemeriksaan visualisasi dengan tes asam asetat merupakan pemeriksaan dengan meneteskan asam cuka yang telah diencerkan pada daerah leher rahim. Prosedur IVA hanya berlangsung selama 3-8 menit. Pemeriksaan ini tidak nyeri, dan dapat dilakukan di Puskesmas terdekat. Sedangkan pemeriksaan Pap smear dilakukan untuk mendapatkan sampel atau contoh dari jaringan leher rahim menggunakan sikat halus khusus. Prosedurnya berlangsung kurang lebih selama 10-15 menit. Pemeriksaan pap smear dapat dilakukan di puskesmas, laboratorium kesehatan, klinik, maupun rumah sakit.

Kedua pemeriksaan ini disarankan terutama bagi perempuan yang telah aktif melakukan hubungan seksual dan belum pernah melakukan pemeriksaan sebelumnya.

Saat ini, Kementeriaan Kesehatan Republik Indonesia juga telah secara bertahap menjalankan program pemberian vaksinasi HPV kepada siswi kelas 5 dan kelas 6 SD, nantinya vaksin ini akan menjadi salah satu vaksin wajib di Indonesia. Namun, vaksinasi ini tidak hanya penting bagi perempuan usia sekolah, namun juga penting bagi para perempuan berbagai usia.

Vaksinasi ini berisikan partikel virus yang tidak berbahaya namun menimbulkan efek kekebalan pada penerimanya. Menurut rekomendasi IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), vaksinasi ini dapat diberikan sejak usia 9 tahun dengan pemberian sebanyak 2 dosis, dan menurut rekomendasi PAPDI (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia) vaksinasi yang dilakukan setelah usia 19 tahun dapat diberikan sebanyak 3 dosis.

Oleh sebab itu mari kita lebih mawas diri terhadap kanker satu ini. Jangan lupa untuk melakukan pencegahan dengan vaksinasi HPV dan melakukan pemeriksaan IVA atau Papsmear setiap 3 hingga 5 tahun sekali. Lebih baik kita mencegah daripada mengobati, kan?

Penulis :
dr. Yuliana Wydia Gunawan
Dokter Umum RST Tk.II dr. Soedjono Magelang dan Klinik ibu dan Anak BHUMI

Editor: Freddy Sudiono

CATEGORIES
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)