Magelang menjadi tempat Shooting Film Kadet 1947

Enam dari tujuh kadet AURI dalam misi pemboman dari kiri ke kanan: Suharnoko Harbani, Sutardjo Sigit, Mulyono, Kaput, Dulrachman, dan Sutardjo (Foto: Repro “Sejarah Pendidikan Perwira Penerbang: Periode: 1945-1950”)

KOTA Magelang banyak memiliki bangunan tua bergaya Indis era Hindia Belanda. Hal ini memberi pesona tersendiri, khususnya bagi dunia sineas perfilman. Tak sedikit film layar lebar menjadikan kota Tidar sebagai setting pembuatan film.

Sebut saja Cau Bau Kan, Sudirman, Wage, Oost, Murudeka dll. Bahkan untuk Murudeka, pada tahun 2000 membuat sebuah studio alam berukuran satu lapangan bola bersetting tahun 1940-an di lapangan Rindam IV/Diponegoro. Yang menarik di film kolosal ini, membuat jalanan di kota sejuk ini menjadi area ‘peperangan’ antara kaum Republik dan tentara Jepang. Murudeka ini film yang mengisahkan awal Jepang menguasai Hindia Belanda.

Tak hanya itu, di tahun 2020 ini, film berjudul Kadet 1947 juga menjadikan salah satu bangunan bersejarah di kota gethuk ini menjadi tempat shooting. Shooting film berlangsung selama 2 hari dan melibatkan banyak pemain. Karena masih pandemi Covid-19, seluruh pemain, kru film dan yang terlibat di film itu dikenakan rapid tes dan protokol kesehatan yang ketat. Selain di Magelang, Gunung Kidul menjadi juga untuk tempat shooting.

Di area komplek gedung bersejarah ini, disetting dua tempat yang berbeda. Satu berupa tangsi militer sebagai tempat para kadet dilatih militer lengkap dengan pos jaga dan kawat berduri dan satunya berupa sebuah ruangan yang mencirikan sebagai ruang pejabat militer lengkap dengan meja kursi ala kantor.

Dalam 2 hari shooting tersebut, pengambilan gambar di hari pertama dimulai pada pukul 05.00 wib hingga siang dan dilanjutkan pada pukul 15.00 wib. Sedangkan di hari kedua dilaksanakan pada pagi dan sore hari.

Shooting film Wage 2 tahun lalu di sebuah bangunan tua di Jl. Tentara Pelajar.

Seperti yang dikutip dari Historia.id, bahwa film Kadet 1947 adalah sebuah film drama aksi Indonesia tahun 2020 yang disutradarai dan ditulis oleh Rahabi Mandra dan Aldo Swastia serta diproduksi oleh Temata, Screenplay Films, dan Legacy Pictures. Film ini terinspirasi dari kisah heroik tujuh orang kadet (pelajar sekolah calon perwira) yang melakukan operasi pengeboman di Semarang, Salatiga dan Ambarawa untuk menghancurkan kantor militer Belanda pada tanggal 29 Juli 1947.

Film ini awalnya akan diluncurkan dalam rangka memperingati 75 tahun kemerdekaan Indonesia tahun 2020, namun karena terjadi pandemi COVID-19, peluncurannya ditunda sampai waktu yang tidak ditentukan.

Film ini menceritakan ketika Belanda memulai agresi II terhadap Indonesia untuk mendapatkan kembali kekuasaannya setelah Perang Dunia II, sekelompok kadet muda yang tidak berpengalaman berusaha mempertahankan pangkalan udara yang tersisa untuk membantu Republik memenangkan perang dan membela negara.

Historia.id juga menyebutkan jika para kadet disebut amatir karena saat melakukan pemboman udara pertama Indonesia itu masih berstatus taruna AURI. Jangankan melakukan misi tempur, jam terbang mereka pun masih nol alias belum pernah terbang. Kendati faedah misi mereka kecil jika ditilik arti strategisnya, seperti dikatakan KSAU Komodor Suryadarma, pengaruhnya begitu berarti.

Pesawat latih Cureng alias Yokosuka K5Y yang diterbangkan Kadet Sutardjo Sigit & Suharnoko Harbani selepas misi pemboman (Foto: Repro “Sejarah Pendidikan Perwira Penerbang Periode 1945-1950”)

Misi pemboman mereka pada 29 Juli 1947 dengan sasaran sarang-sarang militer Belanda di Salatiga, Semarang, dan Ambarawa itu adalah misi balas dendam terhadap Agresi Militer I (27 Juli 1947) Belanda dua hari sebelumnya. Misi itu diusulkan kadet-kadet AURI di Pangkalan Maguwo (kini Lanud Adisucipto) seperti Kadet Sutardjo Sigit, Kadet Kaput, Kadet Sutardjo, Kadet Suharnoko Harbani, Kadet Mulyono, Kadet Doelrachman, dan Kadet Bambang Saptoadji.

Darah muda mereka bergolak ketika melihat efek Agresi Militer Belanda I yang turut menghancurkan beberapa pesawat AURI bekas Jepang di Pangkalan Maguwo. Dengan pesawat-pesawat yang tersisa seperti pesawat latih Cureng (Yokosuka K5Y), pesawat tempur Hayabusa (Nakajima Ki-43), dan pembom tukik Guntai (Mitsubishi Ki-51), mereka lalu melakukan perhitungan dengan sepengetahuan KSAU Komodor Suryadi Suryadarma (KSAU) dan Deputi Operasi KSAU Komodor Muda Halim Perdanakusuma.

Meski sempat mengalami sedikit problem teknis di udara, misi itu sukses bikin Belanda panik. Belanda tak menyangka Operatie Product (Agresi Militer) yang dilancarkannya dibalas Indonesia lewat pemboman udara dua hari kemudian.

Kejengkelan Belanda itulah yang mendorongnya balas dendam. Di hari yang sama, Belanda menembak jatuh pesawat angkut Dakota C-47 Indonesia dan menewaskan beberapa tokoh penting AURI seperti Komodor Muda Udara dr. Abdulrachman Saleh, Komodor Muda Udara Agustinus Adisutjipto, dan Opsir Muda Udara Adisumarmo Wiryokusumo. Di kemudian hari, tragedi Dakota itu oleh Indonesia diperingati sebagai Hari Bhakti TNI AU.

Oleh karena kisah itu dilakoni kadet-kadet muda dan untuk menggaet minat milenial sebagai sasaran audiens Kadet 1947, tim produksi pun memilih para aktornya yang juga seusia dengan tokoh yang mereka perankan. Selain Kevin Julio yang memerankan Kadet Mulyono, ada Baskara Mahendra sebagai Kadet Sutardjo Sigit, Ajil Ditto sebagai Kadet Suharnoko Harbani, Samo Rafael sebagai Kadet Bambang Saptoadji, Wafda Saifan sebagai Kadet Sutardjo, Chicco Kurniawan sebagai Kadet Dulrachman, dan Fajar Nugra sebagai Kadet Kaput.

Mereka bakal beradu akting dengan beberapa aktor berpengalaman seperti Ibnu Jamil yang memerankan Halim Perdanakusuma, Mike Lucock sebagai Suryadi Suryadarma, Indra Pacique sebagai Jenderal Sudirman, dan Ario Bayu sebagai Presiden Sukarno. Para aktor kawakan ini diharapkan bisa mendongkrak animo publik mengingat genre film drama sejarah minim peminat dan epos para kadet sendiri masih belum banyak diketahui publik.

Meski disebutkan sang produser bahwa jika bicara statistik film-film bertema sejarah berada di bawah, mereka optimis kemasan epos yang didramatisir ini bakal punya daya tarik bagi generasi milenial. Bukan hanya karena dimainkan aktor-aktor yang juga milenial, namun pesan, inspirasi, dan semangat para kadet itu juga masih relevan untuk digali dan diamalkan generasi kekinian.

Diharapkan juga, film Kadet 1947 bisa menghidupkan semangat kadet-kadet itu untuk membuka mata generasi muda agar bangga akan sejarah yang sudah diukir. Betapa spirit pantang menyerah, semangat kolaboratif dan gotong-royong bisa jadi inspirasi orang-orang muda di masa sekarang (bgs/aha)

CATEGORIES
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)