286 Pengungsi Merapi Putuskan Pulang Kembali ke Desanya
MAGELANG (wartamagelang.com) – Sebanyak 286 pengungsi Gunung Merapi dari Dusun Babadan 1, Desa Paten, Kecamatan Dukun, Kabupaten MagelangSenin (14/12/2020) akhirnya kembali ke desa-nya. Para pengungsi ini memutuskan pulang ke rumahnya masing-masing setelah sebulan lebih berada di lokasi pengungsian di tempat evakuasi akhir (TEA) Banyurojo, Kecamatan Mertoyudan.
Koordinator Pengungsi Dusun Babadan 1 Wahyudi, Senin (14/12/2020) mengatakan bahwa para pengungsi ini berada di TEA Banyurojo sejak Jumat (6/11) lalu. Warga yang memutuskan pulang, kata Wahyudi, berencana untuk memulihkan perekonomian setelah sekian lama berada di pengungsian. Menurutnya, warga memutuskan pulang karena ingin mengurusi ladang dan hewan ternak.
“Mereka yang pulang ini sebanyak 286 dari Dusun Babadan. Yang pertama, kita memulihkan perekonomian setelah sekian lama kita tinggalkan, 38 hari. Yang kedua, mengurusi, memperbaiki atau membersihkan rumah yang telah kita tinggalkan harus dibersihkan sudah sekian lama ini. Yang ketiga kita mengurusi ladang dan hewan ternak terkait masa depan kami di masa mendatang,” katanya.
Wahyudi mengungkapkan, warga sebenarnya merasa khawatir dengan status siaga Gunung Merapi. Bahkan warga, kata Wahyudi, telah bersedia mengikuti anjuran dari pemerintah seiring status siaga tersebut. Namun saat ini warga memilih pulang ke rumah karena beberapa alasan tersebut.
“Kalau sebenarnya masalah khawatir, ya khawatir. Kita ikuti menuruti anjuran pemerintah, tetapi kita pulang ini karena tadi dengan alasan tadi,” ujarnya.
Wahyudi menjelaskan, Dusun Babadan 1 ini berjarak sekitar 5 kilometer dari puncak Merapi. Jika nantinya terjadi peningkatan atau erupsi Gunung Merapi, menurut Wahyudi, warga siap mengungsi kembali menuju TEA Banyurojo.
“Ini pulang ya kita kan kebiasaan di rumah itu, setiap hari kan orang Merapi pasti tahu kita orang Merapi, mesti tahu karakter Merapi itu mungkin semuanya hampir tahu, tetapi alat yang lebih tahu daripada kita. Ya nanti kalau Merapi erupsi, kita siap kembali ke TEA Banyurojo ini dengan segala aturan dari perintah dan anjuran dari TEA Banyurojo dan pemerintah,” ujarnya.
Sementara, Kades Banyurojo Iksan Maksum, mengaku bahwa pulangnya warga Dusun Babadan 1 ke rumah masing-masing merupakan kemauan warga sendiri. Namun pihaknya, kata Iksan, sudah meminta jika sewaktu-waktu aktivitas Merapi meningkat lagi maka warga harus segera kembali ke pengungsian.
“Mereka pulang ini atas kemauan sendiri, tetap musyawarah tokoh yang ada di dusun. Kita dari pemerintah desa tidak memfasilitasi, tetap mempersilakan, tetap di sini (TEA) monggo, tetap kita layani, kita fasilitasi sebaik mungkin. Kita sampaikan bahwa kepulangan sementara jika nanti-nanti ada kenaikan status dan lain sebagaimana, memang harus segera mengungsi kita juga dengan sukarela menerima kembali,” bebernya.
Iksan juga memastikan, barang dan fasilitas bagi pengungsi tetap berada di TEA Banyurojo. Termasuk dengan logistik tetap tersimpan di gudang logistik.
“Barang-barang yang ada di sini tetap bertahan seperti itu dan juga termasuk logistik-logistik dan sebagainya yang awet masih tetap tersimpan di gudang logistik dan jika suatu saat memang harus kembali ke sini,” ucapnya.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Edy Susanto, menegaskan bahwa penanganan bencana membutuhkan kerja sama antarsemua pihak. Pihak pemerintah sudah menjelaskan dan menyampaikan informasi penting tentang kondisi Merapi saat ini.
“Penanganan bencana itu butuh kerja sama antarsemua pihak. Kerja sama antara pemerintah, dunia usaha, PT, media massa dan masyarakat. Baik masyarakat terdampak maupun masyarakat yang lain. Dalam hal ini pemerintah sudah menjelaskan dan menyampaikan informasi penting tentang kondisi Merapi saat ini. Kemudian fasilitasi pengungsian juga sudah dilakukan. Namun pada perkembangannya karena berbagai keadaan akhirnya masyarakat meminta pulang dengan terlebih dahulu surat pernyataan,” sambungnya.
Edi menyebutkan, bahwa tidak ada yang bisa memastikan kapan Gunung Merapi meletus. Sehingga pihaknya tidak bisa melarang atau memperbolehkan warga pengungsi pulang ke rumah.
“Memang tidak ada yang bisa memastikan kapan Merapi akan meletus. Sekali lagi, kita tidak bisa bersikap fatalistik melarang atau membolehkan mereka pulang. Tapi upaya telah dilakukan bersama BPPTKG Yogyakarta untuk meyakinkan bahwa pilihan terbaik saat ini adalah berada di pengungsian bagi kelompok rentan,” pungkasnya (coi/aha)